8

93.7K 590 1
                                    

"Tante tidak akan mengantarku ke asrama?"
Ana bertanya pada Tante nya. Dia melihat Tante nya sangat pucat. Adinda tersenyum dan menggeleng.
" Tidak sayang, Tante sedang tidak enak badan. Kamu berangkat di antar om kamu yah."
Abian memeluk istrinya sebentar.
" Kamu yakin bisa di rumah sendiri?"
" Iya, jangan khawatir"
Adinda meyakinkan kedua orang itu untuk segera berangkat. Ana melihat Tante nya dengan prihatin. Abian membuka pintu mobil dan menyuruh ana untuk segera masuk karena hujan akan segera turun. Ana memeluk Tante nya dan mengecup pipi kiri Tante nya dengan sayang.
" Ana berangkat sekarang Tante, baik - baik di rumah. Jangan lupa minum obat nya biar cepat sembuh "
Adinda mengangguk dengan tersenyum. Dia melambaikan tangan nya pada ana.
💦💦💦

Abian memutar lagu romantis di dalam mobil. Sepanjang perjalanan di genggam nya tangan ana. Sesekali di remas dengan mesra, sesekali di bawa nya tangan ana ke bibir nya untuk di kecup dengan sayang. Lama kelamaan, Abian semakin terangsang melihat paha mulus ana terpampang di depan nya. Ana duduk dengan meregangkan kedua paha nya karena merasa AC mobil terlalu pengap. Ana memakai gaun terusan yang harusnya cukup sopan. Tapi dasar otak Abian selalu berpindah ke selangkangan tiap kali bersama ana, jadilah sekarang batang nya keras dan semakin tegak berdiri.

Abian melepaskan tangan ana, menaikkan suhu AC mobil nya dan berdehem.
" Ana, bukan kah kamu harus nya membayar om karna sudah mengantar kamu ke asrama mu?"
Abian melirik paha ana lagi dan tersenyum miring.
" Membayar om? Om kan punya banyak uang. Kenapa minta sama ana?"
Abian tersenyum. " Maksud om bukan uang. Bayar dengan sesuatu yang lain."
" Om mau di bayar dengan apa?"
" Maukah kamu mengizinkan om untuk megang buah kembar kamu itu? Om akan sangat merindukan nya selama kamu gak ada. Plissss"
Ana mendelik dengan permintaan om nya yang tak tau malu. Dia gak habis pikir. Bagaimana mungkin om nya yang keren ini meminta hal konyol seperti itu. Ana mengerutkan kening nya merasa tak yakin.
" Please sayang. Om udah dari tadi pingin megang itu kamu. Apa lagi sekarang udah sebesar itu. Itu juga atas usaha kerja keras om setiap hari. Yah boleh ya..."
Ana menghela nafas panjang.
" Baiklah, tapi jangan lama - lama om. Kita lagi di jalan. Malu kalau ada orang lihat."
Abian tersenyum senang seperti seorang anak kecil yang mendapat mainan baru.
" Enggak lama kok. Cuma sampai ke asrama kamu aja. Jangan khawatir sama orang lain. Kaca mobil ini bisa melindungi kita."

Abian langsung meraba payudara ana dari luar pakaian nya. Tangan kanan Abian memegang stir, tangan kiri nya menangkap payudara ana.
" Aaahhhhh....."
Ana merasakan geli di tempat yang di sentuh tangan om nya. Abian mulai memijat dengan pelan dari samping payudara ana menuju ke bagian puting nya. Meskipun masih tertutup pakaian, tapi puting ana menjiplak di pakaian yang di pakai nya.
" An, kamu gak pakai bh?"
" Pakai.... Om.... Yang renda di belikan om ituuuu.... Ooouughhhh...."
Abian mengingat semua pakaian dalam yang di beli nya. Mata Abian melintas dengan kejutan yang menyenangkan.
" Yang hitam?!"

Tanya nya meyakinkan dirinya sendiri. Dia tak menyangka ana akan memakainya secepat itu. Pasal nya set pakaian dalam itu sangat seksi. Penis Abian menegang. ' sialan, calon istriku ini sangat berani rupanya.'
Ana mengangguk polos.
" Itu sangat nyaman di pakai. Dingin waktu di pakai. Gak panas kayak yang lain."
Ana masih mencoba mengatur detak jantung nya. Tapi tangan Abian tidak mengijinkan nya. Abian gemas dengan pikiran polos ana. Di remas nya kuat - kuat payudara ana.
" Aaahhhh.... Om jangan keras - keras. Sakittt....."
Ana kaget dengan remasan tiba - tiba om nya.
Abian menarik nafas panjang. Dia memandang ana sambil menggelengkan kepala nya.
" Kamu dan kepolosan mu itu membuatku ingin memakan mu."
Ana terkejut mendengar apa yang di katakan Abian. Wajah nya yang merah semakin tambah merah sampai ke leher.
Tiba - tiba, hujan turun sangat deras saat mereka melintasi jalan sepi dengan pemandangan hutan kota terguyur hujan. Abian tak tahan lagi. Di pinggirkan nya mobil nya ke tepi jalan yang tidak mencolok. Di matikan nya mesin mobil lalu membuka seat belt nya dan ana. Di tekan nya kursi ana sampai ana tiduran. Ana melotot kaget.
" Apa yang om lakukan?"
" Memakan mu."
Abian menjawab datar. Mata nya berkobar penuh nafsu. Abian meraih ujung gaun ana dan meloloskan nya ke atas. Ana sempat berontak tak mau.
" Ana, menurut saja. Om tak akan melewati batas. Daripada gaun ini terkoyak. Lepaskan sekarang juga."

my tutorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang