Waktu berlalu dengan cepat, sudah seminggu ana keluar dari asrama dan tinggal di apartemen mewah Abian.
Abian menjual rumah yang dulu di tempati dengan adinda, dan memutuskan untuk sementara tinggal di apartemen yang baru di beli nya.
Ana mengerjapkan mata nya dengan linglung. Dia melirik tangan yang memeluk perut nya yang telanjang. Ya, selama seminggu ini dia tak pernah menemukan pakaian melekat pada tubuh nya di pagi hari. Abian selalu meminta jatah nya setiap malam. Dan dia juga dengan senang hati akan menuruti suami nya. Ana tak keberatan.
Ana bergerak perlahan untuk menyingkirkan tangan Abian. Tapi gerakan halus nya malah membuat Abian bangun.
"Mau kemana?"
Suara serak Abian saat bangun tidur sangat seksi.
"Aku harus membuat sarapan untuk kita. Lepaskan dulu."
Bukan nya melepaskan ana, Abian malah semakin mempererat pelukan nya. Dan ana baru menyadari kalau batang panjang Abian masih ada di dalam diri nya. Dia ingat sejak malam pengantin mereka, batang itu selalu di lubang nya setiap pagi. Tak pernah absen.
"Aahhh..."
Abian sengaja menangkap payudara ana dengan tangan kanan nya dan meremas dengan perlahan. Tangan kiri nya turun menuju klitoris ana menggusrak nya perlahan membuat vagina ana berkedut nikmat pada penis nya.
"Aku mau sarapan kamu aja."
Suara Abian terdengar di samping telinga nya. Tubuh ana meremang dengan perbuatan Abian. Abian menarik ana duduk tegak menghadap tiang tempat tidur.
"Pegang tiang nya kuat-kuat sayang. Aku akan melakukan nya dengan kasar kali ini."
Abian melebarkan paha ana yang sedang berlutut di tempat tidur sambil memegang salah satu tiang. Dari belakang nya, Abian menarik paha kanan ana dan di letakkan di atas paha nya sendiri agar jalan masuk tongkat nya pada lubang ana mekin lebar. Posisi tubuh ana yang tegak membuat payudara nya membusung sempurna dengan pantat menjorok ke belakang menekan penisnya makin masuk ke vagina nya.
"Aahh... Pertahankan posisi ini hingga akhir." Perintah Abian.Tangan Abian kembali meremas payudara ana. Tangan satu nya menggusrak klitoris ana dengan kasar. Stimulasi berlebihan membuat cairan ana keluar makin deras.
"Aaahhhhh"
Abian mulai menghentakkan penis nya keluar masuk sarang madu ana. Dia merasakan surga dunia saat lubang ana meremas nya kencang.
"Lubang mu sangat nikmat an.."
"Aahhh.. lebih cepat... Aku.. mau sampai..."
Ana bahkan sampai ikut me maju mundurkan pantat nya menjemput tusukan suami nya.
Abian mendengar permintaan istri nya dan tersenyum. Ana menoleh ke belakang dengan pandangan penuh nafsu.
"Seperti yang kamu inginkan"
Abian meraih bibir ana dan di hirup nya lidah nya dengan kasar. Dia juga akan klimaks. Kedua tangan nya bekerja bersamaan membuat ana makin tak bisa membendung orgasme nya lagi. Abian masih terus menumbuk lubang ana walaupun dia tau ana sudah orgasme. Ana merasakan pikiran nya kosong. Dia hanya bisa mengejang merasakan orgasme yang bertubi-tubi. Tapi Abian masih belum berhenti. Dia menusuk dengan kacau merasakan pelepasan nya sebentar lagi akan datang. Abian makin melebarkan paha ana hingga ana semakin sensitif di daerah bawah nya. Saat dirasa dia akan datang tiba-tiba...
"Ting tong"
Ana yang sudah lemas sedikit mendengar bel rumah berdentang.
"Sayang.... Aaahhhh.... Ada tamuuu..."
"Selesaikan ini dulu."
Abian menggeram kesal. 'siapa yang menganggu sepagi ini'
Abian menusuk semakin cepat. Dia tak menghiraukan ana yang sedang orgasme lagi ataupun bel rumah yang terus berdering. Setelah sepuluh menit bekerja keras secara gila, pelepasan nya datang.
"Ooouughhhh...."
Abian menggeram di dalam lekuk leher ana sambil menggigit kulit ana kasar meninggalkan bekas gigi yang jelas.kedua tangan nya menggusrak klitoris ana dengan kasar sampai ana kembali squirtig dan pingsan di tempat tidur.
Abian masih mengatur nafas nya saat di lihat nya ana pingsan masih dengan penisnya menancap di vagina ana. Dia sangat puas.
Dia membaringkan ana di tengah tempat tidur dan menyelimuti nya.
Bel pintu masih berdering. Dia mengernyit dan keluar dari kamar setelah memakai piyama nya.
Dia mengintip tamu nya dari lubang di pintu. Di lihat nya dua sahabat nya. Dia membuka pintu dan bersedekap menghalangi kedua orang yang akan masuk.
"Astaga, bau apa ini?" Nick mengendus Abian dengan hidung hampir menempel pada kemeja yang di pakai Abian.
"Minggir dari pintu. Biarkan kami masuk."
Alex memicingkan mata nya. Dia sangat kelelahan dari perjalanan bisnis mereka.
"Tidak. Mulai sekarang rumah ini tidak menerima tamu. Kalian cari hotel saja."
"Apa ada wanita di kamar mu?"
"Ya"
Kedua teman nya terperanjat. Alex dan Nick melongo tak percaya. Mereka tau teman satu ini tak suka main perempuan. Jadi hanya ada satu alasan yang pasti. Yaitu dia sudah menikah. Dan hanya ada satu perempuan yang di idamkan teman mereka ini. Ana.
"Kamu menikahi nya?"
"Ya"
"Kapan?"
"Seminggu."
Abian tak pernah menjadi kotak obrolan untuk siapa pun kecuali ana.
"Dan kau tak mengundang kami? !"
Nick mencak-mencak.
"Aku tak mengundang siapapun. Hanya keluarga dekat saja."
"Tapi kami teman mu. Kami sudah seperti saudara kandung kan?!"
Abian menyipitkan matanya dan mengukur kedua temannya dari kaki sampai kepala.
"Kita tidak mirip."