9

80.9K 546 2
                                    

Ana mulai kehidupan asrama nya. Dia merasa lebih santai dengan rutinitas baru dan kesibukan sekolah yang menguras tenaga dan pikiran nya. Bahkan dia sampai tak sempat memikirkan om nya. Berkali-kali dia tidak bisa menerima telepon om nya karena teman sekamar nya mengajak untuk belajar bersama. Atau sekedar bergosip tentang banyak hal.
Sampai suatu hari Sabtu pagi, ana mengemasi baju nya untuk pulang selama dua hari. Padahal dia masih banyak tugas. Itu karena Abian mengancam akan datang ke kamar nya kalau dia tak mau pulang.
Sebenar nya sudah dua bulan ana tidak pulang. Dia harus menyesuaikan diri dengan kehidupan baru nya dan banyak tugas yang harus selesai tepat waktu hingga ana tidak bisa pulang ke rumah setiap hari Sabtu.
Ana menghampiri mobil Abian di parkiran asrama. Dia memandang om nya yang berwajah panjang. Ana tau om Ian nya marah besar.
"Om, selamat pagi."
Abian melirik ana. Hari ini dia memakai kemeja putih pas badan dan rok span selutut. Wajah nya masih cantik seperti yang di ingat nya. Dada nya semakin besar dan mengundang. Penis nya bereaksi. Abian menarik nafas panjang untuk menetralkan nafsu nya yang kurang ajar.
" Kita akan ke kantor om sebentar. Berkas om ketinggalan di kantor."
Abian bicara ketus. Dia kesal karena sudah dua bulan tidak memeluk gadis tersayang nya ini. Berkali-kali dia hampir menerobos gerbang asrama untuk menemuinya.
Perjalanan berlangsung sangat sunyi. Tidak ada yang bicara. Sesampainya di parkiran bawah tanah, Abian membuka pintu mobil dan langsung berjalan menuju lift khusus presiden. Dia berdiri di depan lift dan menyadari ana tidak mengikuti nya. Abian menoleh ke belakang.
" Kamu tidak akan mengikuti ku? "
Di tatap nya ana dengan tajam. Ana menelan ludah. Dia mengikuti om nya  masuk ke dalam lift. Jantung ana berdetak kencang. Dia tau ini bukan hanya mengambil map biasa. Om nya pasti akan menghukum nya. Vagina nya langsung berdenyut kuat. Ana menghela nafas keras.
" Kamu kenapa?"
Tanya Abian tak mengerti dengan sikap ana. Sebenarnya Abian tak ada pikiran untuk melakukan apapun pada ana. Tapi melihat wajah ana yang mulai memerah sampai di telinga nya, dia berubah pikiran. Dia mendekat pada ana. Di raih nya tengkuk ana dengan satu tangan. Tangan yang lain nya memegang pinggang ana kuat menyatukan dengan tubuh nya.
Di jilat nya bibir ana yang sangat di rindukan nya selama dua bulan ini. Lidah Abian menggoda bibir ana sampai ana terenggah-enggah pasrah dalam pelukan nya. Saat dirasa nya bibir ana terbuka, Abian menelusup kan lidah nya dan mengabsen semua sisi dalam mulut nya. Lidah nya mencari lidah ana dan mulai menari bersama. Suara ciuman mereka memenuhi seluruh bagian lift sampai membuat ana pusing. Abian tidak melepaskan bibir ana sampai ana merengek kehabisan nafas. Nafas keduanya menyatu. Dengan dahi yang menempel satu sama lain, dan bibir yang saling menyerempet saat bernafas, mereka menikmati kebersamaan yang sudah dua bulan ini hilang dari kebiasaan mereka.
Abian membawa ana dengan gaya princess menuju ruangan nya. Tidak ada siapa pun di kantor. Hanya mereka berdua. Abian meletakkan ana di sofa.
" Tunggu sebentar. Aku akan membereskan beberapa makalah yang harus aku bawa pulang."
Ana mengangguk lemah. Abian menuju meja kerja nya dan membereskan beberapa bahan kerja yang harus segera diselesaikan.
Saat Abian selesai dengan keperluan kerja nya, dia menghampiri ana di sofa yang sedang membalas beberapa chat di hp nya. Abian sedikit melihat isi chat nya.
" Kapan kamu datang ke asrama?"
" Besok Senin aku mulai mengajar renang lagi. Kita akan bertemu di sekolah."
" Baiklah"
Ana tidak menyadari pot cuka baru saja jatuh dan bau nya menyengat memenuhi seluruh ruangan. Ana menggigil di punggung nya. Dia merasa kedinginan. Ana menoleh dan mendapati om Ian menatap hp nya seakan hp nya adalah musuh bebuyutan yang sangat di benci nya.
" Siapa itu?"
Suara Abian sangat dingin. Ana memandang bingung pada Abian.
" Apa?"
Abian tak sabar lagi. Dia meletakkan map kerja nya di meja dekat sofa.
" Kamu akan memuaskan aku sekarang juga. Mulut ini harus di ajar agar jujur dan tidak lagi berbohong."
Abian mendekat dan mencium bibir ana dengan ganas. Ciuman nya seperti badai. Tanpa mempedulikan ana yang  kehabisan nafas, Abian terus menjarah bibir ana. Saat ana mengerang protes, barulah Abian menurunkan ciuman nya ke leher ana. " Aaahhhhhhh......"
Ana meleguh nikmat sambil melengkungkan punggung nya. Tangan Abian mulai menelanjangi pakaian ana hingga tak ada sehelai benang pun menempel di tubuh nya. Abian meneguk ludah nya kasar melihat seluruh tubuh ana telanjang bulat di depan mata nya. Tangan nya menggapai payudara ana dan menggiling nya dengan semangat.
" Ooommmm..... Suuudddaahhhh...."
Abian memakan payudara ana dan mengunyah puting yang menantang mata nya itu. Dia tak akan melepaskan ana sekarang. Ingatan nya masih pada chat ana dengan orang tak di kenal itu. Padahal itu chat yang biasa antar teman. Tapi bagi Abian itu seperti pisau yang menusuk mata nya. Kemarahan nya berkobar lagi. Dia membuka semua baju nya dan menelanjangi diri nya sendiri. Di cium nya bibir ana sambil tangan nya menjamah vagina ana. Jari telunjuk nya memijat klitoris ana dengan kasar.
Kemudian Abian mengeluarkan sesuatu dari laci di samping sofa. Benda itu berbentuk telur yang di ujung nya ada tali. Abian memposisikan kepala nya di depan vagina ana. Di rentangkan nya kaki ana selebar mungkin. Ana tersipu malu melihat Abian menikmati pemandangan vagina nya yang masih berdenyut nikmat. Abian mulai menjilat vagina ana dari bawah ke atas dan berhenti di klitoris nya. Di jilat nya klitoris ana bolak balik. Di towel nya dengan kencang. Tak cukup, Abian memakan klitoris ana dan menggigit nya. Ana seperti akan meledak kapan saja.
"Aahhhh.... ooommm..."

Tangan kiri Abian masih meremas susu ana kencang dan memainkan puting nya. Vagina ana makin becek. Abian masih mengelus klitoris ana seperti mempersiapkan nya untuk sesuatu yang lain.
Tiba-tiba ana merasa ada benda lembut yang masuk ke vagina nya. Ukuran nya tidak besar. Tapi sangat mengganjal di vagina ana yang masih perawan. Abian memang memilih telur sex toy terkecil. Dia tak mau mainan ini merobek mahkota ana. Dia masih ingin merasakan merobek selaput dara ana di malam pernikahan mereka kelak.
" Apa itu om?"
" Kamu akan menyukainya sayang"
Abian menjawab dengan tersenyum. Ana segera mengerti maksud om nya. Abian menekan remote control telur itu ke getaran tertinggi. Ana langsung kejang kejang dan menjerit. Orgasme pertamanya langsung menerpa.
" Aaahhhhh....."
Abian meletakkan remote di meja kopi dan menghampiri ana yang masih mendesah keras. Ana memegang sandaran sofa di belakang nya hingga payudara ana makin menantang Abian untuk di jamah. Abian memulai dengan meremas susu ana perlahan. Ana masih menjerit keras. Di cium nya bibir ana untuk membungkam jeritan nya. Abian sampai harus memegang junior nya sendiri agar tidak langsung meledak melihat ana ada di tingkat baru extasy nya. Ana sudah tak peduli dengan rasa malu nya. Di lebarkan nya paha nya selebar mungkin dan menggoyangkan pinggul nya dengan kencang untuk menerima stimulasi yang lebih hebat di dalam vagina nya. Abian memposisikan kepala ana berbaring di sandaran tangan sofa. Wajah nya menengadah dengan mulut mendesah lebar dan mata tertutup rapat.
Abian memposisikan diri nya di belakang kepala ana. Kepala ana yang menengadah memudahkan Abian memasukkan penis nya ke dalam mulut ana. Dengan posisi ini, Abian bisa melihat payudara dan vagina ana di depan mata nya dalam posisi berdiri. Penis nya juga masuk ke mulut ana dengan lancar tanpa membuat ana tersedak. Ini seperti posisi 69 tapi lebih menggairahkan dengan adanya telur itu. Ana sudah akan klimaks saat Abian mulai memompa penis nya di mulut ana. Di remas nya payudara ana sambil bibir nya menjilati klitoris ana. Sesekali di gigit dan di hisap nya kuat-kuat. Ana meledak berkali-kali karena telur yang dengan kurang ajar nya terus bergetar kuat tanpa jeda di vagina nya. Abian memperoleh madu terbanyak sepanjang hidup nya dari vagina ana. Ana benar-benar di kuras sampai kering. Dia bahkan sudah tak kuat untuk sekedar mendesah. Nafas nya hampir habis. Saat Abian akan meledak, di angkat nya tubuh ana untuk bersandar di sofa. Dia ingin melihat ana duduk telanjang sambil vagina nya masih meleleh mengeluarkan cairan madu nya. Mata Abian menggelap, " ana, buka mata mu dan lihat aku."
Kata Abian sambil terenggah. Abian mengocok penis nya dengan tangan nya sendiri dengan kekuatan maksimal. penis nya berdenyut keras, siap untuk memuntahkan lahar panas nya.
Ana membuka sedikit mata nya sambil membuka mulut nya untuk bernafas. Abian tidak tahan lagi.
" Ouuugghhh.... aaahhhh.... "
Dia memuntahkan cairan putih kental di seluruh tubuh ana. Ana membatin, ' banyak sekali'.
Abian menuntaskan pelepasan nya. Di lihat nya ana sudah pingsan karena kelelahan. Mata ana terpejam rapat. Tapi saat di lihat nya vagina ana, dia melotot. Lubang itu masih meneteskan cairan pekat ana. Abian membelai klitoris ana pelan. Di tarik nya tali yang menghubungkan telur itu. Saat telur di keluarkan, vagina ana menumpahkan cairan kental sangat banyak. Abian takjub dengan lubang ana. Dia berharap dapat segera menikahi ana dan menusukkan batang nya ke dalam lubang surgawi ana. Abian mendekatkan wajah nya ke vagina ana. Menjilat sebentar dan menghisap semua cairan ana tandas. Terasa sangat nikmat. Dia memeluk tubuh telanjang ana dan memandikan nya. Setelah selesai dengan ritual mandi nya, Abian meletakkan ana di tempat tidur di kantor nya dan memeluk ana ke dalam dada nya. Dia sangat lega ana ada dalam pelukan nya lagi.

my tutorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang