Ana memandang rumah besar di hadapan nya dengan linglung.
' benar kah ana akan tinggal di istana ini mulai sekarang?'
Ana membatin.
Meskipun dia masih merasakan kesedihan karena di tinggal orang tuanya dalam kecelakaan satu bulan lalu, tapi dia sadar hidup harus terus berjalan.
Tante nya Adinda, adalah adik dari ibu kandung nya, melihat Ana sangat terpukul dengan kepergian orang tua nya. Jadi dengan banyak pertimbangan dia memutuskan untuk membawa Ana ke rumah nya di kota. Agar Ana bisa melupakan kesedihan nya.
Adinda tidak bisa punya anak. Dokter menyatakan kalau dia mandul. Tapi suami nya sangat mencintai adinda. Jadi, meski rumah tangga mereka sering direcoki mertua nya, adinda sangat percaya pada suami nya.Ana memasuki rumah,
" Tante, apa ana akan tinggal di sini?"
" Tentu saja, ana akan sekolah di dekat sini juga. Ayo Tante kenalkan pada om kamu."
Ana mengikuti langkah Tante nya memasuki ruang tamu. Dia duduk dengan tenang sementara Tante nya memasuki sebuah ruangan dan memanggil suami nya. Tak berapa lama Tante Adinda keluar dengan seorang laki-laki yang menurut ana sangat tampan. Tubuh nya tinggi dan tegap. Mungkin karena ana masih berusia 14 tahun, jadi dia merasa lelaki ini sangat tinggi. Ana sampai mendongak untuk melihat wajah nya.
' sangat tampan ' batin ana spontan.Adinda tersenyum melihat ana memperhatikan suami nya dengan cermat. Ini pertama kalinya Ana melihat Ian. Nama suami nya adalah Abian.
Abian memperhatikan anak perempuan yang masih dalam masa pertumbuhan itu dengan cermat. Tanpa dia tau penyebab nya, jantung nya berdetak lebih cepat dari biasa nya.
' sangat cantik ' Abian membatin dalam hati.
" Oke. Cukup melotot nya. Ian ini Ana. Dan Ana, ini om kamu. Nama nya Abian. Kamu bisa panggil om Ian." Kata Tante Adinda memperkenalkan kedua orang itu. Ana menjabat tangan Ian yang ter ulur.
" Hallo om. Maaf Ana ngerepotin."
" Enggak Ana, semoga kamu betah tinggal di sini."
Abian menoleh pada istrinya " aku ke dalem dulu. Banyak kerjaan yang belum selesai."
Adinda tersenyum dan mengangguk. Dia merasa beberapa tahun belakangan ini hubungan nya dengan Abian semakin dingin. Tapi dia tahu, suaminya tidak pernah selingkuh. Jadi Adinda tidak keberatan dengan sikap dingin suami nya." Ayo Tante antar ke kamar kamu. "
Ana mengangguk antusias. Dia seperti anak seusianya yang bisa dengan mudah bahagia hanya karena hal kecil. Apalagi ana anak yang sangat polos. Karena didikan orang tua dan lingkungan desa terpencil tempat asal nya yang masih sangat membumi. Ana tidak akan pernah berpikir neko-neko terhadap orang asing.