I'am Yuta 11 (Revisi)

54K 2.9K 87
                                    

"Mau ngapain lagi?!" sentak Nanda, saat mendapati Yuta kembali berkunjung ke kamarnya. Dia tengah mengerjakan tugas desain yang diberikan dosennya dan akan dikumpulkan esok hari.

"Ngantuk," jawab Yuta lalu laki-laki itu merebahkan tubuhnya diranjang empuk milik Nanda.

Nanda menghela napas jengah, "Tidur dikamar lo lah," mencoba untuk fokus kembali seolah tak menyadari kehadiran laki-laki berdarah Jepang itu.

"Perlu gue tulis terus tempel dijidat lo?" sarkas Yuta.

Malas menjawab perkataan Yuta, gadis itu memokuskan diri mengerjakan tugas. Tersisa lima persen untuk menyelesaikan projectnya tetapi Yuta sudah mengganggunya dengan caramengurung tubuh Nanda dari belakang.

"Minggir, ah! Ganggu mulu," geram Nanda, menyingkirkan lengan kekar Yuta yang berada disampingnya.

"Jelek amat," dia mengejek hasil desain Nanda, "Kalo desainnya gini mah nggak bakal ada yang minat. Liatpun ogah."

Napas Nanda memburu mendengar ejekan Yuta. Seolah menutup telinga, Nanda kembali mengerjakan tugasnya. Membiarkan Yuta mengurungnya dari belakang. Sebenarnya Nanda risih dan tidak bisa fokus, tetapi mau bagaimana lagi?

"Apaan ini kasur taro ditengah? Taroh dekat dinding! Misalnya, kliennya suami istri terus mereka mau ngelakuin hal intim pake gaya doggie 'kan enak. Bisa nahan tangannya didinding," protes Yuta, asal.

Nanda menoleh sembari memicingkan mata, bibirnya mengerucut lucu. Menurut Yuta. Laki-laki itu cengengesan lalu mengecup sekilas pipi gembul Nanda. Setelahnya, dia melompat ke ranjang, menutup diri dengan selimut. Macam bocah.

"Issh... apa sih cium-cium?!" sentak Nanda sembari mengelap pipinya, namun tak urung dia pun ikut mengulas senyumnya melihat tingkah Yuta.

Yuta membuka selimutnya sedikit, mengintip Nanda. Laki-laki itu mengembuskan napas, dia kesal menunggu Nanda yang sedari tadi tidak selesai juga. Barusan hanya kecupan pipi saja dan itu tidak cukup bagi Yuta.

Setelah merapikan seluruh peralatannya Nanda berlalu ke kamar mandi, menggosok gigi dan mencuci muka. Melirik Yuta yang tertidur dikasurnya, hanya menyisakan sedikit space. Menarik kaki Yuta dengan sekuat tenaga, melepaskannya sebentar untuk mengambil napas.

Alangkah terkejutnya ketika Yuta menarik lengan Nanda hingga berbaring di atasnya. Mata Nanda masih membulat, menatap Yuta. Yuta membalikan posisi, langsung melahap benda yang sudah menjadi incarannya.

"Kebiasaan," dia mengelap bibirnya yang basah karena ulah Yuta. Sedangkan, laki-laki itu hanya bisa tersenyum.

"Enak soalnya hehe," Nanda menatap datar, Yuta yang gemaspun meraih wajah Nanda menyatukan bibirnya lagi.

Pipi gembul Nanda menjadi sasaran kegemasan Yuta, "Sakit," rengek Nanda sembari mengusap pipinya yang digigit laki-laki itu.

"Lo makan apaan sih? Pipinya gendut gini," ujar Yuta jail.

Nanda memalingkan wajahnya, tak ingin melihat raut jail Yuta. Selama ini Yuta tak pernah berlaku— yang menurut Nanda sedikit manis— kepadanya. Entah apa yang membuat Yuta seperti ini. Namun ada perasaan bahagia yang Nanda rasakan kala bersama Yuta.

Karena tak ada balasan dari Nanda, Yuta beralih berbaring disampingnya. Menarik pinggang Nanda mempertipis jarak yang ada. Melingkarkan tangannya, memeluk Nanda erat. Kakinya menimpa badan Nanda.

Sekali lagi Yuta menggigit pipi Nanda membuat gadis itu mengaduh kesakitan. Nanda mengecurutkan bibirnya lalu berbalik memunggungi Yuta. Bibirnya mengeluarkan sumpah serapah untuk Yuta sembari mengelap pipinya.

Yuta terkekeh, kembali memeluk Nanda dari belakang. "Gitu doang ngambek," godanya.

"Sakit tau," kata Nanda.

"Nggak tau." Nanda menghela napas jengah, meraih lengan Yuta kemudian menggigitnya keras.

Yuta terlonjak kaget, menarik lengannya. "Anjir, cosplay jadi drakula lo?"

"Drakula gigit leher kalo nggak tau," ucap Nanda.

"Mau dong digigit lehernya," tantang Yuta.

Yuta hanya bercanda, Nanda menanggapinya terlalu serius. Dia berbalik kemudian menggigit leher Yuta cukup kasar hingga meninggalkan bekas gigi. Jikapun Yuta serius, bukan seperti ini yang dia mau.

"Bukan gini, sini gue contohin!" menarik tengkuk Nanda lalu mengisap lehernya sensual, menimbulkan tanda-tanda berwarna merah.

Mata Nanda membulat sempurna, dia panik. Alih-alih berhenti, justru Yuta semakin merajalela. Berulang kali membuat kissmark, hampir keseluruhan leher Nanda. Nanda semakin kalut, esok dia akan pergi ke kampus. Bagaimana jika teman-temannya melihat ini?

Mendorong dada Yuta agar semakin menjauh, "Nggak gini juga," Nanda bangkit menuju meja riasnya. Bercermin, memperlihatkan lehernya yang dipenuhi kissmark buatan Yuta.

"Yuta!!!" teriak Nanda murka.

Tanpa rasa bersalah, laki-laki itu menertawakan Nanda.

"Aaa...gimana ini?" Nanda terisak kecil.

Mendengar isakan kecil yang timbul dari bibir Nanda membuat Yuta mengembuskan napas. Dia bangkit menghampiri Nanda, melihat tanda buatannya yang memenuhi leher gadis itu. Menarik tubuh Nanda memeluknya.

"Yaudah lah biarin aja," ucapnya asal.

Mendorong Yuta dengan kasar lantaran Nanda sangat jengkel. Mendorongnya sampai pintu, tenaganya tak sekuat Yuta. Alhasil Nanda tak berhasil mengusir laki-laki itu.

"Mami, Yutanya nakal!!!" Nanda berteriak kesal.

Yuta membekap mulut Nanda agar berhenti teriak. Bahaya jika mami mengetahui kelakuannya. "Diem, bego! Kalo mami tau, lo juga bisa dimarahin. Terus kita dinikahin, mau lo nikah sama gue? Gue sih mau-mau aja, asalkan jatah tiap malam lancar."

Dengan kasar Nanda kembali mendorong Yuta keluar kamarnya. Lalu membanting pintu cukup keras. Dia naik ke ranjangnya, menangis sembari memikirkan sesuatu yang akan terjadi esok hari. Nanda malu jika Vira dan Karin mengetahui itu lalu mengolok-oloknya.

Ini semua gara-gara Yuta. Lain kali Nanda akan mengunci pintusebelum tidur. Jika perlu memasang papan didepan pintuberisikan tentang larangan masuk kamar Nanda. Biarkan laki-laki itu marah-marah padanya atau Nanda bawasemua barang-barangnya dan tidak akan pernah tinggal dirumah ini lagi.

🐊🐊🐊

Just UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang