Teman-teman yang Yuta undang memang tidak banyak, mungkin berkisar sepuluh orang, tetapi dua diantaranya ada yang membawa pasangan.
"Oliv pacar Jevan, kalau Acha pacar Martin?" tanya Nanda memastikan ulang, kedua cewek-yang ternyata adik tingkatnya di kampus-menganggukan kepala.
"Lo yakin nih kita sekampus?" timpal Karin.
"Benar kak, aku pernah lihat kak Nanda sama kak Juna. Aku kira pacaran, ternyata enggak." Ucap cewek yang bernama Acha.
"Ya kali pacaran, bucin banget dia sama Yuta." Nanda mendelik tak terima atas ucapan Karin. Omong-omong Nanda belum sempat menceritakan kejadian tak terduga yang beruntungnya tidak terjadi kepada Karin. Jika Karin mengetahui permasalahan ini, pastinya cewek itu akan marah. Dan jangan sampai dia mendengar nama orang itu disebut.
"Anyway, kenapa circle's doi lu pada pilih ceweknya di kampus kita ya? Vira sama Jeff, Nanda sama Yuta, Oliv sama Jevan, Acha-acha nehi-nehi sama Martin, jangan sampai nih gue dapat cowok sesirkel sama doi kalian."
"Kak Karin, nama aku Acha doang nggak pake nehi-nehi." Acha protes tak terima.
"Baiklah Acha doang."
"Nggak gitu juga kak."
"Udah biarin aja, emang dia mah rada stress." Ucap Nanda sembari menepuk pundak Acha.
"Oh iya, cowoknya tinggal sisa yang muda-muda. Eh, enggak deng, masih ada teddy. Tapi gue ga tau dia punya cewek atau gak. Kalau lo mau bilang aja, nanti gue kenalin biar ngerasain pacaran nyata."
Air muka Karin mulai berubah, lapisan kulit wajahnya memerah bak karakter Anger dalam film Disney bertajuk inside out. Jari-jarinya bergerak seolah tengah meraup wajah mengesalkan sahabatnya itu. Kemudian dia berlari menyusul Nanda yang sudah terlebih dahulu kabur.
"Sini lo Nandanjing!" ucapnya sembari mengacungkan penjepit makanan.
Nanda tak berhenti lari hingga ke arah Yuta berkumpul bersama teman-temannya, dia segera menerjang tubuh laki-laki itu hingga hampir terhuyung ke belakang lalu bersembunyi dibalik punggung lebar itu.
"Astaga, kenapa si?" tanya Yuta seraya melepaskan tangan Nanda yang melingkar dipinggangnya, bukan tidak suka melainkan cewek itu memeluknya terlalu erat.
"Lepasin dulu anjir, nemplok mulu, engap." Perlahan Nanda melepaskan tangannya dari pinggang Yuta, raut berseri-seri karena berhasil menggoda Karin kini berganti.
Nanda menunduk menyembunyikan wajahnya yang hendak menangis. Karin baru saja sampai, dia mengernyit heran melihat perubahan ekspresi Nanda.
Yuta merasakan atmosfer berbeda dari sebelumnya. Dia mengembuskan napas perlahan, kemudian menarik pergelangan tangan Nanda membawanya menjauh dari telinga orang-orang kepo.
Diruangan yang terdapat televisi, Nanda menunduk tak berani beradu pandang. Jari-jemarinya saling bertautan dengan menggigit bibir agak keras. "Jangan digigit!" tegur Yuta sembari memisahkan bibir atas dan bawah cewek itu menggunakan jarinya.
Jari telunjuk Yuta mengangkat dagu Nanda agar menatapnya, dia menghela napas pelan melihat mata itu berkaca-kaca "Jangan nangis. Maaf tadi refleks, gak ada maksud apapun. Udah ya jangan nangis lagi," dia menarik Nanda lalu memeluknya.
"Ngeselin.""Iya, maaf. Udah ya nangisnya? Kita ke depan.."
"Nanti dulu, pengen peluk."
🍒🍒🍒
"Belum dioles bumbu tuh yang itu."
"Dibalik itu, ntar gosong."
"Apinya jangan sampai mati."
KAMU SEDANG MEMBACA
Just U
RandomSEDANG DIREVISI JUDUL AWAL I'M YUTA *** Nanda Priscilla, gadis kecil yang dulu Yuta temukan saat kepindahannya- dalam keadaan tak berhenti menangis, dekil, kucel, ingusan menjelma menjadi gadis cantik namun sayangnya suka melakukan kekerasan kepadan...