I'am Yuta 13 (Revisi)

53.3K 2.9K 158
                                    

Warn⚠

Nanda terpaku, tubuhnya seakan beku atas ucapan laki-laki itu. Bagaimana bisa Yuta melontarkan kata 'cemburu' dengan santai setelah membuat Nanda ketakutan setengah hidup.

"M-maksudnya?" tipisnya jarak membuat Nanda gugup untuk bertanya.

Yuta berdecih, "Masih kurang paham?" gadis itu mengangguk samar.

"Untung lo nggak paham, " sebenarnya Yuta pun tak paham apa arti dari kata cemburu. Melihat Nanda berbincang bersama laki-laki lain membuat darahnya mendesir. First time bagi Yuta merasakan hal ini.

"H-hah?" sebelah alis Nanda terangkat memandang Yuta.

Kening Nanda yang berkerut Yuta usap menggunakan ibu jarinya, "Nggak usah dipikirin. Mending kita ngelakuin yang enak-enak," kata Yuta tanpa beban.

"Heh, ngaco!" sentak Nanda.

Tak Yuta pedulikan, dia merangkak ke atas tubuh Nanda. Melumat bibir gadis itu amat dalam, menyesapnya penuh nikmat. Merasakan manisnya bibir Nanda yang selalu melontarkan bahasa kasar kepadanya. Lengan kekarnya mengusap-usap pinggang Nanda.

Lengan Yuta bekerja secara random, naik-turun hingga tiba di payudara Nanda. Meremasnya membuat gadis itu berjengit, Nanda menyingkirkan tangan Yuta dari atas bukit miliknya. Telapak tangannya diletakkan di dada Yuta, menahan agar laki-laki itu tidak melakukan hal yang lebih.

"Nggak boleh."

"Gue nggak peduli," jawab Yuta dengan suara seraknya.

"G-gimana nasib pacar-pacar lo kalau tau cowoknya ngelakuin itu ke cewek lain. Gue nggak mau dikira pelakor."

"Gue tetap nggak peduli."

Nanda mencebik, "Jahat banget sih jadi cowok."

Laki-laki itu meraih tangan Nanda, menyilangkannya di atas kepala. Yuta kembali melakukan aksi yang sempat tertunda. Nanda terbuai dengan ciuman lembut yang Yuta pimpin. Perlahan tapi pasti Nanda membalasnya. Kedua tangan gadis itu sudah berpindah, mengalung dileher Yuta.

Yuta tersenyum disela-sela kegiatannya, pada akhirnya Nanda membalas apa yang dia lakukan kepada gadis itu. Nanda melenguh saat Yuta menjilati daun telinga lalu menurun pada leher jenjangnya. Sudut bibir Yuta tertarik ke atas menatap jejak-jejak yang dia buat.

"Ahh jangan banyak-banyak, entar ketahuan Vira sama Karin lagi. Malu tau," pipinya bersemu, Nanda benar-benar malu.

Kekehan Yuta membuat Nanda mendengus kesal, "Lo nya aja yang nggak becus nyembunyiin."

Bibir Nanda mengerucut lucu membuat Yuta gemas lantas dia pun menciumnya, "Nggak usah gitu bibirnya, jelek."

Wajah Nanda seketika datar, "Minggir! Gue mau balik."

"Dih, mau balik kemana lu? Rumah lo udah gue jual ke Jeffri. Lo masih numpang ya dirumah gue, tamu harus nurut sama tuan rumah."

"Kita udah tinggal bareng bertahun-tahun dan lo masih anggap gue sebagai tamu?" Nanda kecewa, ternyata Yuta hanya menganggap dirinya hanya sebagai pendatang dikeluarganya tidak lebih. Dan juga Yuta tanpa ijin menjual rumahnya, rumah itu tersimpan banyak kenangan bersama mendiang Mamahnya.

Kalimat Nanda membungkam Yuta, dia berbicara seperti tadi tidak ada maksud lain. Itu hanya candaan semata dan Nanda mengartikan lain. Yuta menahan lengan Nanda yang bersiap bangkit ketika dia lengah.

"Mau kemana lo? Diam disini!" perintah Yuta tanpa minta dibantah.

Jantung Nanda berdegup kencang, nada galak dan tatapan tajam Yuta membuatnya ketakutan. "Please, mau tidur. Ngantuk," bibir bawahnya tertarik ke atas, matanya berkaca-kaca.

Sialan, kenapa gemas banget? Batin Yuta bergejolak.

"Yaudah sana tidur," Ketus Yuta lalu beralih ke samping Nanda, memeluk mesra gadis itu.

Nanda sampai dibuat tahan napas oleh aksi Yuta, berada di dekat laki-laki itu sungguh tidak baik untuk kesehatannya. Nanda memposisikan diri menyamping, menatap Yuta yang juga tidur miring menghadapnya. Mata keduanya beradu tatap selama beberapa detik sebelum Nanda memalingkan wajahnya. Rasa gugup mengalahkannya.

"Katanya mau tidur?"

Sebenarnya Nanda tidak mengantuk sebab saat ini waktu menunjukkan pukul dua siang. Mengantuk hanyalah alibi agar dia bisa menghindar dari serangan ganas Yuta. Nanda berusaha menutup matanya namun lagi-lagi tak bisa. Keberadaan Yuta disini sangat mengganggu ketenangan hatinya.

"Nggak bisa tidur," gumam Nanda mampu di dengar oleh Yuta.

Laki-laki itu membawa Nanda ke dalam dekapan hangatnya, mengusap-usap surai hitam Nanda dengan lembut. Nanda menggigit bibir bawahnya, rasa gugup semakin mendera. Nanda tak tahu harus berbuat apa berada diposisi seperti ini. Mereka memang kerap kali tidur bersama akhir-akhir ini. Namun kali ini rasanya berbeda. Setelah beberapa saat akhirnya mereka bisa tertidur lelap dalam posisi saling memeluk.

🐊🐊🐊

Pukul setengah lima sore, Nanda terbangun dari tidur nyenyak. Dia melirik ke arah Yuta, masih dalam posisi yang sama yaitu memeluknya. Nanda menepuk-tepuk pipi Yuta guna membangunkan laki-laki itu. Yuta menggeliat pelan, alih-alih bangun justru Yuta menelusupkan wajahnya ke leher Nanda. Semakin mendekap erat tubuh Nanda.

"Bangun ih," tenaga Nanda lemas seusai bangun tidur, dia tak kuat mendorong tubuh Yuta.

Leher jenjangnya dikecup oleh Yuta membuat Nanda meremang geli, "Udah!" Nanda menahan dada Yuta.

Yuta menggeleng sembari menarik pinggang Nanda agar semakin mendekat, berulangkali dia mengecup leher Nanda. Perlakuannya itu menimbulkan hasrat yang sempat dia tahan-tahan. Dia naik ke atas tubuh Nanda, mengurung perempuan itu.

Bibir keduanya bertemu, Yuta melumat bibir bawah dan atas Nanda dengan lembut. Meraih lengan Nanda yang berada di dadanya untuk disilangkan ke atas kepala. Detik demi detik berlalu, Yuta melepaskan cumbuannya beralih mencium kedua pipi Nanda.

"Pipi lo gendut banget," tangan jail Yuta merambat, menyusup ke dalam baju yang dikenakan Nanda.

Nanda mendengus kesal, pupil matanya melebar kala Yuta berusaha membuka bajunya. Berakhirlah Nanda pasrah, dia memalingkan wajahnya malu. Keadaannya saat ini ialah setengah telanjang. Baju serta tanktop dan bra miliknya sudah raib entah kemana sebab dilempar sembarangan arah oleh Yuta.

Sertifikat ahli dalam hal memuaskan wanita sudah berada digenggaman Yuta, jadi jangan meragukan kemampuannya. Dia meremas dada Nanda pelan namun cukup lawan mainnya merasakan nikmat, dada perempuan ini ialah type Yuta. Lembut, kenyal, padat dan berisi. Jangan lupakan warna putingnya, sudut bibir Yuta tertarik ke atas merasakan puting Nanda mengeras.

Jilatan Yuta pada milik Nanda membuatnya meremang geli, tubuhnya menggeliat karena ulah Yuta. Otak Nanda sudah tak dapat berpikir jernih lagi mendapatkan kenikmatan surga dunia yang diberikan Yuta. Apakah pacar-pacar Yuta sudah mendapatkan yang lebih dari ini?

Tiba-tiba Nanda kesal sendiri, membayangkan Yuta bermain dengan banyak wanita. Namun perlakuan Yuta mengalihkan rasa kesalnya bahkan Nanda sampai tidak menyadari bahwa tangannya sudah beralih mengalung mesra dileher Yuta.

Yuta memberlakukan adil dada Nanda, sebelah kanan dia mengecup lalu mengulumnya sedangkan yang kiri diremas lembut oleh tangannya yang menganggur. Nanda semakin belingsatan menyedot putingnya rakus seakan jika tidak rakus dia tidak akan kebagian.

Bibir Yuta terlepas dari sibulat milik Nanda, laki-laki mencium Nanda kembali. Kali ini Nanda yang mendominasi ciuman mereka, Yuta sampai dibuat terheran. Belajarpun tak lama namun Nanda sudah pandai melakukannya.

Yuta menyeringai, "Mau yang lebih?" bisiknya lirih. Nanda sampai memejamkan mata, wajahnya memanas mendengar penuturan laki-laki itu.

🐊🐊🐊

Beda, kan, ya sama versi dulu?

Yuta yang kali ini menurut kalian gimana?

Just UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang