"Vira lo apain sampai nangis kejer gitu?"Nanda kembali dari dapur setelah membuat jus jeruk untuk Yuta, dia duduk disebelah laki-laki itu lalu memberikan minumannya yang langsung diminum sekali teguk.
"Nggak diapa-apain loh."
Yuta menaruh gelasnya ke meja, "Terus alasannya nangis apaan?"
Nanda mengendikkan bahunya, "Mana gue tau."
Menyentil telinga Nanda membuat siempunya mengaduh kesakitan, "Lo tanyalah, anak pungut."
"Sakit, tolol." Damprat Nanda, dia mengusap-usap telinganya. Mengambil ponsel kemudian bercermin, "Sampai merah gini. Jahat banget sih."
"Geplak pala, tendang perut, jedugin gue itu maksudnya nggak jahat gitu?" sarkas Yuta.
"Oh iya, Vira 'kan lagi hamil. Mungkin hormon ibu hamil sih, tetiba nangis gitu." Ucap Nanda, mengalihkan pembicaraan.
Mendadak atmosfer ruang pertengahan menjadi panas kala Yuta mempertipis jarak diantara mereka. Nanda mengernyit heran kemudian dikejutkan oleh Yuta yang menjatuhkan kepalanya dipundak Nanda.
"Apaan sih?" Nanda gugup, dia mendorong kepala Yuta.
Nanda menahan napas saat tangan Yuta melingkari pinggangnya. "Nanda?" panggil Yuta.
"Hm?"
"Napas!" tegur Yuta.
"Hahaha iya, gue napas anjir." Nanda tertawa canggung. Bagaimana mau bernapas jika Yuta memeluknya sangat erat.
Yuta mengusap perut rata Nanda, "Mau kaya Vira?"
Nanda mengerjap, "Ha?"
"Hamil."
"A-apa si?"
Yuta berdecak, "Gue mau lo hamil. Anak gue," dia tersenyum penuh arti.
"Nggak sehat lo. Kalau mau punya anak, ya hamil sendiri. Minggir gue mau ke kamar!" menyingkirkan badan Yuta.
Yuta tetap bertahan diposisinya, memeluk Nanda. "Cepatan! Tugas gue masih banyak," mata Nanda melebar, kala Yuta membawa dirinya ke pangkuan laki-laki itu.
"Yuta!" pekik Nanda.
Lengan Yuta melingkari pinggang Nanda, sedangkan gadis itu meronta-ronta meminta dilepaskan. "Lepasin ih! Risih tau nggak?" Yuta menggeleng santai.
Memposisikan duduk Nanda menghadapnya, Yuta meraih lengan Nanda lalu meletakkannya dirambut. "Elusin!" titahnya. Kembali memeluk Nanda erat, menenggelamkan wajahnya pada dada Nanda yang montoque.
Ragu-ragu Nanda mengusap rambut Yuta. Sialan, Nanda mengumpat dalam hati lantaran detak jantungnya tidak bisa diajak berdiskusi untuk memelankan tempo detakannya. Di dalam perut Nanda pun seperti ada yang menggelitiki. Tetapi mengapa dirinya merasa nyaman dalam posisi ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Just U
RandomSEDANG DIREVISI JUDUL AWAL I'M YUTA *** Nanda Priscilla, gadis kecil yang dulu Yuta temukan saat kepindahannya- dalam keadaan tak berhenti menangis, dekil, kucel, ingusan menjelma menjadi gadis cantik namun sayangnya suka melakukan kekerasan kepadan...