Jari-jemari Nanda menggulir layar ponselnya, membuka aplikasi sosial media logo burung biru gembrot. Dengan earpods sudah tersumpal sempurna ditelinga, perempuan ini menyenderkan punggungnya pada dada Yuta, sesekali bibir berpoles lipbalm peach itu mengikuti alunan lagu yang tengah didengarkan.
"Nggak usah nyanyi! Suara lo nggak enak di denger," Nanda menoleh ke belakang, tepat badan Yuta tengah menjadi sandaran punggungnya. Posisi ini menjadi posisi favorit Nanda ketika menemani Yuta bermain game.
"Tolong ya, jangan rusak kebahagiaan gue!" suara Nanda memang tidak layak didengar, cempreng, fals, benar-benar membuat telinga yang mendengarnya terganggu.
Nanda merasa suaranya merdu ketika bernyanyi diiringi musik originalnya. Namun perkataan Yuta membuatnya kembali insecure dengan suara yang dia miliki. Yuta tidak merasa bersalah sama sekali justru masih santai bersama gamenya.
Nanda hendak bangkit namun Yuta menahan pinggangnya, "Mau kemana?"
"Mau balik," ketus Nanda.
"Balik kemana? Emang lo punya rumah?"
"Itu di depan," Nanda masih saja ketus.
"Lah itumah bukan rumah lu, tapi rumah bapak lu."
"Apaan dih? Udah jadi rumah gue kali," ucapnya tidak terima.
"Belum anjir, udah lo diem disini!"
"Nggak mau."
"Diam!"
Selalu begini. Nanda selalu kalah dari Yuta dan laki-laki itu pula tidak mau mengalah. Akhirnya Nanda kembali duduk dengan raut wajah ditekuk, menunjukkan bahwa dirinya benar-benar kesal. Apalagi saat laki-laki dibelakangnya ini melilitkan kaki dipinggangnya sambil mendekap erat serta menumpukkan dagu dibahu. Dikata Yuta tidak berat apa.
Masih sambil memainkan stick PSnya, Yuta enggan jua untuk melepaskan diri. Nanda pun sudah sangat tidak nyaman, "Lepasin ah, engap tau," erangnya kesal.
Yuta sedikit melonggarkan dekapannya tanpa melakukan apapun lagi. Leher Nanda yang bersih nan menggoda itu mengalihkan atensi Yuta dari permainan yang terasa membosankan. Dan Yuta tertarik untuk membelai leher ini, bibirnya berkali-kali memberikan kecupan ringan.
"Bibirnya bisa diem?!" desis Nanda. Bukannya diam, Yuta malah mengigit leher Nanda hingga menimbulkan bekas kemerahan yang biasa disebut kissmark.
"Kok malah digigit?! Sakit issh," Nanda mengusap pelan lehernya berharap sakit berkat gigitan Yuta mereda.
Tok... Tok... Tok
"Yuta? Nanda? Ayo, makan malam!" teriak Mami Yuta dari luar kamar.
Sontak kedua orang itu segera menjauhkan diri, mencoba bersikap senormal mungkin. Namun Nanda terlihat panik saat menyadari ada bercak kemerahan yang Yuta buat tadi.
"Yuta, ini leher gue gimana?!"
"Ya... nggak gimana-gimana," kata Yuta dengan santai.
Nanda malu jika kissmark ini dilihat oleh Mami dan Papi, "Tinggal bilang di gigit nyamuk gitu," ucapan Yuta membuat Nanda ingin menjejalkan laki-laki itu ke rawa-rawa saat ini juga.
"Nyamuk apaan gigitannya bringas gini?!" Yuta mengendikan bahunya. Setelah Yuta meninggalkan Nanda sendirian di kamar, Nanda mengurung dirinya pada selimut tebal sambil berguling-guling dikasur laki-laki tersebut.
🍒🍒🍒
"Loh, Nandanya tidak ikut?" tanya Papi Yuta saat menyadari Nanda tidak ada disamping Yuta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just U
DiversosSEDANG DIREVISI JUDUL AWAL I'M YUTA *** Nanda Priscilla, gadis kecil yang dulu Yuta temukan saat kepindahannya- dalam keadaan tak berhenti menangis, dekil, kucel, ingusan menjelma menjadi gadis cantik namun sayangnya suka melakukan kekerasan kepadan...