"Vote atau gue tembak mati?!" - Yuta
Nanda terpaksa memakai sweater rajut dengan kerah panjang untuk menutupi lehernya. Gadis itu masih sangat kesal terhadap Yuta, bahkan dia tidak menunggu Yuta untuk mengantarkannya ke kampus.
Berjalan dari rumah menuju gerbang depan komplek, menunggu taksi yang sudah Nanda pesan via online. Mengobrol sejenak bersama pak Daud, penjaga keamanan perumahan W Garden— sebelum pengganggu datang.
"Naik!" titah Yuta dari dalam mobil.
Nanda acuh, kembali berbincang dengan pak satpam. Hingga sebuah taksi berhenti depan gerbang, Nanda bangkit lalu berpamitan. Lengannya hendak membuka pintu namun terhenti karena Yuta meraihnya.
"Nggak jadi," laki-laki itu memberikan selembar uang merah kepada sopir sebagai tanda permintaan maaf.
"Ih apasi? Nggak sopan banget sama Pak Sopirnya," cibir Nanda. Yuta tak mempedulikan, dia tetap menarik Nanda menuju mobilnya, mendorong pelan agar gadis itu masuk ke dalam. Yuta memutari mobil kemudian masuk dan memakai sabuk pengaman. Menjalankannya sangat pelan.
Keheningan menguasai, keduanya sama-sama diam. Tak ada yang mengeluarkan sepatah kata pun. Nanda memalingkan wajahnya, melihat kendaraan lain di jalanan padat yang dilaluinya lewat kaca mobil.
Menit saling berlalu begitu cepat hingga tak terasa, mobil yang ditumpangi Nanda telah tiba didepan kampusnya. Gadis itu buru-buru membuka sabuk pengaman, membuka pintu setelahnya pintu mobil dibanting cukup keras.
Nanda melangkahkan kakinya, orang-orang yang menyapanya hanya dibalas anggukan kepala. Kejengkelan terhadap Yuta semakin membesar. Apalagi barusan, dengan seenaknya membatalkan taksi yang sudah tiba didepan mata.
Terkejut kala seseorang menepuk pundaknya, "Eh, Jun. Kenapa?" Nanda berbalik lalu bertemu pandang dengan Juna Mathin, mahasiswa arsitektur seangkatannya. Mereka saling mengenal ketika anak arsitek dikampusnya mengadakan pameran.
Laki-laki itu tersenyum singkat, "Gue liatin lo dari tadi dibelakang, kayanya lo lagi mode senggol bacok."
Nanda terkekeh pelan, "Ngaco lo," menabok punggung Juna.
Juna pura-pura mengaduh kesakitan, "Apasi?" Nanda tertawa geli.
"NANDA!" merasa namanya dipanggil, Nanda mencari sumber suara itu. ternyata Karin dan Vira dari arah belakang.
"Gue ada kelas, duluan." Pamitnya pada Juna.
🐊🐊🐊
"Gue curiga sama lo, Nanda." Karin angkat suara ketika ketiga orang perempuan itu berada dikantin setelah kelas usai.
Mata Nanda memutar malas, dia memilih menghabiskan makanannya ketimbang meladeni Karin. Mie ayam special favorit Nanda, dilahapnya penuh nikmat. Ibu hamil itu menatap Nanda sembari meneguk ludah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just U
RandomSEDANG DIREVISI JUDUL AWAL I'M YUTA *** Nanda Priscilla, gadis kecil yang dulu Yuta temukan saat kepindahannya- dalam keadaan tak berhenti menangis, dekil, kucel, ingusan menjelma menjadi gadis cantik namun sayangnya suka melakukan kekerasan kepadan...