Rutinitas yang harus dijalani sebelum beraktivitas oleh Yuta ialah berolahraga, biasanya dia akan pergi ke tempat gym tiga kali seminggu atau hanya berlari pagi mengelilingi kompleks setiap harinya. Namun sekarang tidak perlu lagi, Papi telah mengabulkan keinginan putranya untuk membeli peralatan olahraga. Yakni ; treadmill dan kawan-kawannya.
Sepertinya Papi serta Mami sudah pergi bekerja terlebih dahulu sebelum kedua anaknya bangun sebab setelah Yuta berolahraga, dia ke dapur namun hanya tersedia roti tawar dan selai serta sticky note yang bertuliskan permintaan maaf Mami karena tidak sempat membuatkan sarapan.
Yuta saat ini tengah menginginkan sarapan bubur, sedangkan pada aplikasi Gocek bubur sedang tidak tersedia dan ada beberapa toko yang masih ditutup. Alhasil Yuta pergi sendiri dengan motornya, mencari pedagang bubur.
Beruntungnya masih ada penjual bubur yang tidak jauh dari sekitar kompleks namun harus mengantre dan antreannya lumayan panjang. Karena malas mencari penjual yang lain, mau tidak mau laki-laki itu menangkring diatas motor menunggu giliran.
Setelah sekian menit penantian tiba juga, Yuta segera menghampiri si abangnya sebelum disela orang. "Dua Bang, yang satu nggak pake bawang goreng, kecapnya dikit aja terus sate ati sama ususnya tiga tusuk. Yang satunya campur, sate atinya satu aja."
"Siap." Sahut penjualnya dan dengan cekatan melayani pembeli.
"Pakai sambal?" tanya si Abang.
"Pakai sendiri aja," kata Yuta lalu menuangkan beberapa sendok sambal ke pinggiran bubur itu.
Setelah selesai membayar, Yuta kembali pulang. Saat sudah sampai, Yuta mendengar suara orang menangis didalam rumahnya. Dia segera masuk, ternyata orang itu ialah Nanda yang sedang menangis di ruang tamu.
"Heh kenapa nangis lo?" tanya Yuta yang langsung diserbu pelukan oleh Nanda.
"Lo abis darimana? Gue bangun udah ga ada siapa-siapa, gue cari ke semua ruangan ga ada, motor lo juga ga ada, gue takut." Yuta membiarkan perempuan dipelukannya itu ngoceh dan menangis tidak jelas.
"Gue beli sarapan."
"Kenapa ga ajak?"
"Orang lu molor, kaya gajah, mana kenceng banget ngoroknya."
Alih-alih marah disamakan dengan gajah, justru Nanda sedih. Mungkin ini efek red days, "Jadi, gue benaran gendut ya kaya gajah?"
Sebagian perempuan memang agak sensitive perihal berat badan, salah satunya ialah Nanda. Karena tidak ingin hal berefek padanya, lebih baik Yuta mengambil jalan pintas. Mengalihkan atensi perempuan itu.
"Lo udah mandi belum?" Nanda menggeleng, "Yaudah sarapan dulu, udah gue beliin."
Si pemeluk tubuh Yuta enggan juga untuk menyingkirkan diri, alhasil dia mengangkat tubuh Nanda yang refleks mengaitkan kakinya dipinggang serta mengalungkan tangan dileher Yuta. Nanda dibawa ke dapur dengan posisi gendongan depan, seperti bocil yang masih ngambek walaupun sudah dibujuk orang tuanya.
"Duduk ya, cil!" titah Yuta.
"Lo kok jadi ikut-ikutan manggil gue cil cil cil kaya teman bencong lo?!" sentak Nanda.
"Jangan banyak bacot, cepat makan!"
Bubur itu segera Nanda raih dan membukanya namun seketika tidak berselera, "Kok sate atinya cuma satu?" tanyanya pada Yuta yang sedang mengisi air pada gelas.
"Coba buka bungkus yang satunya lagi," balas Yuta.
"Hehe iya," matanya berbinar detik ketika membuka bungkus yang kedua. Jika Nanda membeli bubur mesti sate ati dan ususnya masing-masing tiga tusuk. Makan mie ayam juga mesti dua porsi. Memang maruk tapi dikatai gendut ngamuk-ngamuk.
"Hehe makasih Yuta, nanti malam kita ngedate oke?" ujar Nanda setelah menghabiskan sarapannya dan langsung kabur begitu saja begitu mencuri kecupan dipipi Yuta.
Yuta mengumpat dalam hati. Dia juga merasakan jantungnya berdetak dua kali lebih cepat, "Anjir lo Nanda. Ogah gue ngedate sama lo."
🍒🍒🍒
Sekitar pukul setengah delapan malam, Nanda menelpon Mami seraya menangis sesenggukan memeluk guling kesayangan di kamarnya pada sabtu malam ini. "Mamiii, kapan pulangnya?" ucapnya tersendat.
"Hallo, sayang. Loh, kamu nangis ya? Kenapa?"
"Aku nggak papa."
"Gapapa kok nangis?"
"Mami pulang, kan?" tanya Nanda balik bertanya.
"Maaf, Mami kayanya nggak bisa pulang. Masih banyak pekerjaan."
Nanda mengembuskan napas kecewa, "Aku takut sendiri di rumah, Mamiii."
"Memangnya Yuta kemana?"
"Yuta ada, tapi kayanya bakal pergi sama teman-temannya. Kalo nginep, aku sendirian." Nanda menangis karena hal ini, dia sempat melihat Yuta sudah rapi dengan pakaiannya, entah akan pergi kemana.
"Nanda udah dulu ya, nanti Mami telepon lagi."
"Iya, Mami." Balas Nanda kemudian mematikan sambungan telepon. Perempuan itu melanjutkan kembali aksi tangisnya.
"NANDA." Beberapa detik berlalu, terdengar suara Yuta yang menggelegar memanggil nama Nanda. Laki-laki itu sudah berdiri di depan pintu kamarnya.
"Heh lagi ngapain lu? Buruan siap-siap!" tanyanya pada Nanda yang tengah posisi tengkurap namun pantatnya maju ke atas.
"Mau kemana?" lirihnya tanpa ingin melihat Yuta.
"Katanya mau nged- mau keluar, gimana sih lo yang ngajakin," Yuta deg-deg karena hampir salah bicara.
"Tapi lo bilang nggak mau waktu gue ajak," Yuta mengeratkan gigi kesal.
"Gue tabok juga pantat lo ya?!" sentak Yuta benar-benar lagi kesal, karena Nanda ngadu alhasil Yuta dimarahi Mami.
"Issh iya, ini bangun mau ganti baju, sono keluar!" usirnya.
Nanda sudah mengganti pakaiannya, dia keluar kamar menghampiri Yuta di teras yang sedang menunggunya. Laki-laki itu segera menyimpan ponsel digenggamannya begitu Nanda tiba lalu melangkah ke arah motor. Setelah mengunci pintu rumah keduanya segera pergi.
"Kita mau pergi kemana?" tanya Nanda ditengah perjalanan.
"Nggak tau," sahut Yuta.
"Kok nggak tau?!"
"Diem lu, segimana ini motor berhenti aja."
"Dih mana bisa begitu?"
"Bisa, motornya udah gue jampe-jampe. Gue belajar ilmu mantra dari si kayang yang viral itu, hihihi hehehe hahaha hooo."
Refleks Nanda memukul helm Yuta sampai siempu mengaduh walaupun tidak terasa sakit, "Lo apaan sih? Belajar gituan buat ikutan 40 harian kah? Hahaha."
"Nanda, bisa stop nabok punggung sama tangan gue? Bahaya anjir, lo kalau mau mati sendirian aja jangan ajak-ajak gue." Ujar Yuta kesal karena Nanda receh, tidak berhenti ketawa. Yuta tidak masalah mau Nanda ketawa selama 40 hari juga, asal jangan memukul punggung, bahu serta lengannya karena itu bahaya disaat Yuta membawa motor.
"Issh nyebelin," Nanda mencebik, setelah itu Nanda tidak mengeluarkan suara lagi sampai ditempat tujuan.
"Kita disini aja, gue bingung mau kemana." Kata Yuta sambil mematikan motornya.
🍒🍒🍒
Sampai sini dulu ya kawan-kawan, tenang aja nanti malam minggu atau senin update lagi. Tapi kalau mau cepat sih, tinggal lengkapin aja syaratnya.
• Vote (Wajib)
• Komen (Pengin banget punya pembaca nggak fasip)
• Follow wp & ig (Ga wajib)2.4k vote & 600 komen, bisa ga?
Sekian🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Just U
RandomSEDANG DIREVISI JUDUL AWAL I'M YUTA *** Nanda Priscilla, gadis kecil yang dulu Yuta temukan saat kepindahannya- dalam keadaan tak berhenti menangis, dekil, kucel, ingusan menjelma menjadi gadis cantik namun sayangnya suka melakukan kekerasan kepadan...