CHAPTER 05

302 43 6
                                    

Sekitar pukul 17:30,Raffa baru sampai kerumah nya dengan menggunakan sepeda yang biasa ia gunakan kemana pun ia berpergian termasuk ke sekolah.Raffa memasuki rumah lewat pintu belakang ia tidak berani lewat pintu utama rumah keluarga Alexander.

"Assalamualaikum bi Raffa pulang,"salam Raffa pada bi Ijah sambil mencium Penggung tangan wanita berusia paruh baya itu.Raffa sangat akrab dengan pembantu di rumah ayah nya.

"Wa'alaikumussalam,eh den Raffa udah pulang,udah makan belum den?"

"Belum bi."

"Ayo makan den bibi masak makanan kesukaan aden loh."

"Tapi bi,nanti ketauan sama papa,"terdapat nada lirih dalam ucapan Raffa.

"Den Raffa tunggu di sini,bibi siapin makanan nya."

Raffa bingung apa yang di lakukan oleh bi Ijah,Raffa sangat jarang makan di rumah, ia hanya di izinkan tinggal di rumah itu asal tidak menyentuh barang barang si situ.

"Nih den,bawa aja ke kamar aden,"ucap bi Ijah sambil menyerahkan piring yang sudah di isi dengan nasi dan lauk Pauk nya.

"Makasih bi,aku ke kamar dulu."

Kamar Raffa tidak lah besar di dalam nya hanya ada kasur,lemari,dan meja belajar,di samping meja belajar ada jendela kecil yang menghubungkan dunia luar,Kamar Raffa bersebelahan langsung dengan kamar bi Ijah.

****

Malam hari sekitar pukul 20:00 malam Raffa bersiap-siap berangkat kerja di kafe sebagai pelayan di sana.

Suasana kafe malam ini sangat ramai di kalangan remaja,ada yang hanya sendiri mungkin menunggu teman nya,ada yang nongkrong bareng teman-teman nya dan ada jua yang hanya bersantai.

"Raffa ini pesanan meja nomer 3,tolong antarkan"kak Adit memberikan nampan berisi minuman milk shake kepada Raffa,kak Adit adalah salah satu pelayan di sana usianya masih muda terpaut lebih tua 4 tahun dari Raffa.

"Silahkan."

"Kayak kenal tuh suara,"gumam seseorang pelan.

"Lo!"

"Permisi,"pamit Raffa pada seseorang itu.

"Oh jadi lo kerja di sini,"orang itu menatap Raffa dengan benci.

"Apa gue perlu aduin ini sama papa biar lo di keluarkan dari pekerjaan lo sebagai pelayan murahan ini,ups."

"Kak jangan ikut campur urusan aku,"ucap Raffa lirih,yang bicara dengan Raffa itu adalah Reyla Ariani Alexander kembaran nya Reyli Ariana Alexander kakak kembarnya Raffa.

"Gue akan tetap ikut campur urusan lo sampai lo menderita semenderitanya."

"Ingat itu,"Reyla pergi dari cafe setelah melempar uang berwarna merah dua lembar.

"Kak,pah,Raffa sayang sama kalian,"batin Raffa

****

Di sekolah banyak murid-murid menatap Raffa rendah,itu memang sudah biasa menurut nya,tapi ada yang berbeda dengan tatapan mereka.

Orang-orang berkumpul di Mading dan ketika Raffa datang mereka menatap Raffa sinis.

"Oh jadi dia yang membunuh ibu nya sendiri."

"Wah gila tuh orang ,kirain dia cuman miskin ternyata juga pembunuhan."

"Mana muka nya kayak nggak ada salah gitu lagi."

"Hooh,emang dasar pembunuh nggak tau malu."

Bisik-bisik mulai terdengar dari mulut-mulut siswa siswa yang melihat Raffa lewat di depan nya.Raffa bingung siapa yang mereka sebut pembunuh,apakah dirinya?.

Raffa berjalan menuju Mading tanpa menghiraukan tatapan tajam siswa siswi seperti siap untuk memakan nya.

Di Mading ada beberapa Poto dirinya waktu kecil saat ayahnya memarahi nya dan di tuduh membunuh ibu nya,di samping Poto itu ada tombol berwarna merah ketika di tekan terdengar lah suara ayah nya yang menyebutkan dirinya telah membunuh ibu kandung nya sendiri.

Tangan Raffa mengepal erat sampai kuku-kuku jari nya memutihkan,mata nya sudah berwarna merah menahan kemarahan dan kesedihan nya.

"Wel bagaimana dengan kejutan gue,"suara itu,Ah itu suara Siska yang Baru saja datang.

"Jadi lo yang menyebar fitnah ini?"Raffa mencoba menahan amarah nya agar tidak bermain tangan dengan Cewek.

"Fitnah?,gue rasa ini realita,"ucap Siska tersenyum remeh,selang dua detik ia kembali bersuara,"gue kira setelah gue sebar bahwa lo kerja di bengkel kecil itu anak-anak akan memandang lo tambah rendah,ternyata gue salah,anak-anak bahkan memandang lo lebih rendah dari pada yang gue pikirin,"

"Gue emang kerja di bengkel,terserah lo mau kasih tau anak-anak tentang pekerjaan gue,gue nggak peduli,tapi sekarang lo udah nyebar prifasi hidup gue dan itu semua nggak benar,bukan gue yang bunuh nyokap gue,GUE BUKAN PEMBUNUHAN!"

Siska sangat kaget dengan bentakan Raffa,"Maksud lo apa?"tanya Siska bingung,karena ia hanya menyebarkan bahwa Raffa kerja di bengkel kecil dekat sekolahan ini,tapi mengapa Raffa membahas tentang pembunuhan.


Jika ada typo mohon di koreksi ya man teman!
Jangan lupa vote,comment,dan follow

Kamis,14 Januari 2021
See you next chapter!!

RAFFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang