💎 || 7. Terlampau Dekat

655 239 62
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Sembilan Nyawa Al Barra

🍀Story by Ana Latifa🍀
Instagram: Onlyana23 | Wattpad: Onlyana23 | GWP: Onlyana23

💎

Dan bila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku itu dekat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan bila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku itu dekat.

💎

"Jadi, kenapa kalian percaya Tuhan itu Allah?"

Virly kontan mengerucutkan bibir ketika Raya hanya mengerjap tampak berpikir. Keduanya membiarkan Albar menunggu jawaban sampai ketika mulut Raya sudah terbuka, seseorang datang menginterupsi mereka bertiga.

"Permisi, ini saya antar pesanannya."

Albar mendesis sebal, tetapi dia tidak sanggup marah pada pelayan La Boss, pegawainya sendiri.


"Dua ayam ... loh? Raya sama Pirli? Betul, 'kan?" seloroh pemuda Ambon dengan tempo suara yang lebih cepat dari orang biasa.

Virly membelalak. "Loh? Julvri? Kamu kerja di sini?"

"Wah, sejak kapan, Jul?" tanya Raya.

Julvri adalah salah satu anggota LDK (Lembaga Dakwah Kampus). Organisasi yang juga diikuti oleh Raya dan Virly.

Julvri memeluk nampan setelah menyimpan dua piring di atas meja berisi ayam geprek dan lalapan. "Iya, Para Eneng. Gara-gara saya nangkep pencuri kecil di sini, saya diizinkan kerja nih sama Pak Bos," tukas Julvri sembari melirik Albar yang kontan menyipit-nyipitkan mata, membuat kode, yang sialnya tidak sampai ke Julvri.

"Kenapa matamu, Pak Bos? Sakit mata, kah?"

Albar meringis. Diliriknya dua gadis di hadapannya memajang ekspresi serupa. Alis bertaut dengan mata yang melebar. Albar hanya tahu mereka sedang terkejut. Namun dia tidak mampu menebak apa yang ada di pikiran mereka. Bagaimana kalau Raya akan semakin canggung dan tidak ingin mendatangi kafe langganannya ini kalau dia tahu Albar adalah pemiliknya?

Meski tak pernah ada penjelasan, bukan berarti Albar tak sadar ada ketidaknyamanan yang Raya sembunyikan bila berbicara dengannya.

"Bos?" tanya Virly. "Kak Albar yang punya kafe ini?"

Tepat setelah Albar mengangguk, Virly dan Raya menganga takjub. Jempol Virly pun teracung pada Albar. "Masyaallah. Keren banget, Kak."

Albar menunggu reaksi Raya, tetapi gadis itu hanya tersenyum tipis tanpa kata. Dada Albar pun menyempit tiba-tiba. Apa yang gadis itu pikirkan sekarang? Rasanya Albar ingin menembus pikiran gadis itu lewat iris matanya.

Sembilan Nyawa Al BarraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang