💎 || 5.2 Antara Tuhan dan Manusia

749 281 65
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Sembilan Nyawa Al Barra

🍀Story by Ana Latifa🍀
Instagram: Onlyana23 | Wattpad: Onlyana23 | GWP: Onlyana23

💎

Manusia diciptakan untuk mengakui keterbatasannya, tetapi banyak yang berani menantang Penciptanya karena merasa mampu melakukan segalanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Manusia diciptakan untuk mengakui keterbatasannya, tetapi banyak yang berani menantang Penciptanya karena merasa mampu melakukan segalanya.

💎

Albar terbangun dengan nyeri di leher dan bibir yang nyaris membeku. Hujan deras tadi malam membuat lantai meresap dingin yang menembus pori-pori kaki Albar yang terbuka. Pikirannya terus berputar mempertanyakan hal-hal yang terkait dengan pertanyaan Raya. Albar yang insomnia pun memilih untuk memeluk lutut di lantai pojok kamar, memejam, lalu tertidur.

Di kampus, Albar mengusap leher yang pegal karena menekuk semalaman sebelum memakan bakpia kukus cokelat di dalam dus kecil yang diberikan oleh satpam apartemen. Katanya, penghuni kamar nomor 407 yang selalu memberikannya. Albar ingin berterima kasih secara langsung, tetapi belum punya waktu yang tepat untuk berkunjung.

"Kalau Tuhan ciptaan manusia, siapa yang menciptakan manusia?" Albar menggumam dengan kening mengerut.

Sebisa mungkin dia ingin menemukan jawaban yang bisa membenarkan argumennya untuk melawan Raya lagi, tetapi sejak semalam dia hanya menemukan satu jawaban yang enggan Albar terima. Tuhan itu harus ada sebagai pencipta manusia, tetapi ... ah! Mengakui itu seperti menelan bongkahan batu besar. Sulit. Sakit. Egonya terluka.

Sedangkan di sampingnya, Dwiki sibuk memainkan ponsel sembari cekikikan sendiri.

"Jadi siapa ya, Dwik?"

"Rani."

"Hah? Siapa?"

"Cewek."

Albar mengerjap. "Ya emang manusia dilahirin dari cewek. Tapi manusia pertama diciptain siapa?!"

Dwiki mendongak. "Apa? Rani diciptain buat gue?"

Ini siapa yang error, sih? Albar mengepal gemas. Sudah suka memanfaatkan, diajak curhat malah tidak mendengarkan. Sepulang kuliah nanti, dia akan menjual temannya ini di situs online! Gratis ongkir sekalian!

Dwiki pun nyaris tersungkur karena Albar mendorong-dorong bahunya agar segera menjauh. "Aduh, hape mahal gue nanti jatoh!"

"Buruan pergi lo! Otak gue makin konslet deket-deket sama lo!"

Sembilan Nyawa Al BarraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang