💎 || 3.2 Pencuri Memori

802 285 54
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Sembilan Nyawa Al Barra

🍀 Story by Ana Latifa 🍀
Instagram: Onlyana23 | Wattpad: Onlyana23 | GWP: Onlyana23

💎

Ada dua alasan Tuhan mencabut kenikmatan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada dua alasan Tuhan mencabut kenikmatan. Bila dianggap anugerah, derajatmu sedang diangkat. Bila dianggap musibah, Dia sedang mengingatkanmu untuk mendekat.

💎

Tak jauh dari sisi timur UnBim, tepatnya berjarak lima bangunan sebelum Arion Mall Rawamangun, La Boss berdiri di atas tanah seluas 8 x 7 meter. Dinding kaca menyambut tiap pasang mata, mencuri perhatian tiap lalu lalang kendaraan yang melintas, menanam rasa kagum melihat keramaian yang selalu tampak dari dalam kafe La Boss. Dengan lahan parkir yang muat sekitar 4 mobil dan akses jalan yang mudah dilalui, La Boss selalu jadi pilihan anak muda terutama mahasiswa UnBim yang hanya memerlukan waktu sekitar delapan menit dengan kendaraan bermotor menuju kafe ini.

Bangunan didominasi warna putih tulang dan cokelat pastel. Begitu masuk, pengunjung langsung dihadiahi jam dinding vintage dengan bandul yang menari ke kanan dan ke kiri yang terpajang di bagian tengah kafe. Pemandangan sekitarnya pun tak kalah memanjakan dengan penataan furnitur rotan. Sofa-sofa empuk seolah melambai minta diduduki beserta meja kayu yang disusun sedemikian rupa hingga menambah estetika. Kesan homey kental terasa, membuat pengunjung betah berlama-lama memanjakan lidah guna memusnahkan lelah. Beberapa tanaman segar terpasang di pot-pot kecil yang menyebar di sela-sela kafe sedang tanaman imitasi tampak merambat di satu sisi dinding. Di samping jam vintage, dapat ditemui mini bar sekaligus meja kasir, lalu tepat di belakangnya terdapat lantai baru yang dibatasi tiga level anak tangga. Di sisi kiri dapat ditemui ruang ganti pegawai serta kamar mandi dan di sisi kanan ada ruang chief, alias markas Dwiki, yang berisi meja, kursi, komputer, serta sofa kecil untuk menyambut tamu.

Dan di sanalah, Albar berada.

Tampang serius Dwiki di singgasana, kursi kerja hitam beroda, di balik meja komputer menyambut Albar yang langsung masuk tanpa permisi. Bersama dengan satu pegawai, Dwiki meneliti dan mengulang-ulang rekaman CCTV di mana kejadian pencurian itu terjadi. Albar ikut bergabung dan mendapati kabar bahwa ada anak kecil yang mengambil uang dari dalam mesin kasir.

Keteledoran kasir yang membiarkan mesin uang terbuka ketika dia menoleh untuk menanyakan menu pada staf lain, memberi akses anak kecil yang berdiri di antrian kedua untuk mencuri uang. Gerakannya gesit, tepat sasaran, dan meraup cukup banyak lembaran warna merah. Tubuhnya pun tampak seperti licin padahal sudah ada beberapa tangan mencoba menahan anak itu yang langsung berhambur keluar kafe.

Sembilan Nyawa Al BarraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang