💎 || 8.2 Dia yang Satu

697 218 95
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Sembilan Nyawa Al Barra

🍀Story by Ana Latifa🍀
Instagram: Onlyana23 | Wattpad: Onlyana23 | GWP: Onlyana23

💎

Kebenaran seperti lapisan bawang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kebenaran seperti lapisan bawang. Semakin dikupas, semakin tampak mana inti kebenarannya.

💎

Albar tidak bisa tidur semalaman. Dia terus mengoceh tentang kebenaran pemikiran yang baru dia temukan. Bahkan Dwiki sampai harus menutup telinga dengan bantal karena Albar yang tidak tahu waktu terus berbicara dengan semangat betapa kagumnya dia dengan analogi yang Raya berikan. Pembicaraan Albar menjalar ke mana-mana, tetapi hanya satu intinya; Dia yang disebut Tuhan. Harus berjumlah satu.

"Gue juga baru kepikiran ini, Dwik. Alasan kenapa Tuhan itu harus satu!"

Dwiki melenguh dengan mata terpejam. Menyahuti Albar atau tepatnya mengusir halus cowok itu agar pergi dari kamarnya.

"Penciptaan cuma bisa dilakukan kalau ada satu sebab yang tidak dipengaruhi oleh sebab apa pun!" seru Albar sembari menggigiti kuku jempolnya.

"Maksudnya?" Dwiki menguap lebar setelah bertanya. Dari celah sempit matanya, Dwiki temukan jam dinding menunjukkan waktu pukul empat pagi. Dan Dwiki tidak bisa merasa tidur malam ini.

"Ya itu maksudnya!" tukas Albar semangat. "Harus ada penyebab yang terputus. Manusia aja harus ada manusia pertama dulu yang menjadi titik asalnya. Nah, karena manusia nggak bisa bikin diri mereka sendiri, berarti ada titik asal lain yang nggak diciptakan dari apapun lagi yang menciptakan manusia. Titik pertama sumber segalanya. Dan itu harus kayak gitu."

Dwiki mendengar walau matanya memejam. "Kenapa harus?" paraunya.

Albar mendelik tajam pada Dwiki. "Ya lo bayangin aja kalau Bos ketiga harus izin buat pergi ke bos kedua dan bos kedua harus izin ke bos pertama, terus bos pertama harus izin-izin-izin terus ke bos yang di atasnya." Albar menghela napas panjang. "Kapan bos ketiga tadi bisa pergi?"

Dwiki mengangguk setuju. Penciptaan adalah mata rantai yang terputus. Seperti penciptaan manusia dari Adam dan Hawa yang tidak dilahirkan dari manusia mana pun. Karena dengan itu, ujung mata rantai baru dapat mengendalikan segalanya.

"Ya, masuk akal."

Albar manggut-manggut. Bibirnya mengembang senang karena pendapatnya diterima. "Tapi, berarti gue harus nyaring mana agama yang Tuhannya satu."

"Cuma Islam sama Yahudi," balas Dwiki.

Alis Albar terangkat tinggi. "Yahudi?" Dwiki mengangguk. "Terus kenapa lo nggak ngikut Yahudi aja?"

Sembilan Nyawa Al BarraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang