Chapter 17

133 25 12
                                    

"Jadi, kau menangis karena lapar dan bukannya menyesal dengan kesalahan yang kau buat di masa lalumu, Pai?" bisik Seokjin geli pada kakeknya saat mereka keluar dari rumah setelah sepakat untuk makan malam bersama. Mereka berjalan bersisian di belakang Kim Sojung yang tampak masih terpukul dengan kelakuan kakeknya.

"Ya," balas kakeknya kemudian dengan lugas. "Aktingku bagus, kan?"

"Kau tidak takut kena karma lagi?" goda Seokjin. "Kau baru saja kembali membuat ulah dengan gadis itu. Selanjutnya mungkin tidak hanya sakit, kau bisa saja mendadak menderita suatu penyakit."

Kakeknya menghentikan langkah dan refleks memegang kepalanya dengan kedua tangan, sementara raut wajahnya terlihat agak pias. "Astaga, aku melupakan fakta itu," katanya benar-benar terkejut. "Astaga, astaga, semoga orang-orang di atas sana tidak menghukumku."

Seokjin terkekeh pelan melihat tingkah kakeknya yang tidak pernah tidak menghibur, kali ini ia bahkan mendapatkan tambahan bonus berupa kram perut karena terlalu lama menahan tawa melihat aksi pembodohan kakeknya.

"Sojung Kim yang malang," bisik Seokjin geli sekaligus prihatin sambil menatap punggung kecil gadis itu.

"Mau bagaimana lagi, siapa suruh dia tumbuh menjadi gadis manis dan terlihat cocok bersamamu. Kuharap suatu saat dia mensyukuri kelakuan bodohku," kata kakeknya ikut menatap punggung gadis itu.

Seokjin menatap kakeknya lalu mengendikkan bahu sebelum berjalan ke garasi untuk mengambil mobil.

"Hei, kau bisa duduk di samping calon tunanganmu, Olivia," tegur kakeknya saat Kim Sojung bermaksud membuka pintu penumpang. "Aku yang akan duduk di kursi penumpang. Tidak usah sungkan, lakukan apa yang ingin kalian lakukan. Mengobrol saja, anggap aku tidak ada," lanjut kakeknya.

Seokjin sudah luarbiasa kebal dengan segala tingkah dan ulah kakeknya hingga ia bisa menghadapinya dengan santai, kontras dengan Kim Sojung yang belum terbiasa dan langsung tampak jengkel dan menanggapi kakeknya dengan kesopanan yang dipaksakan. Seokjin bahkan seperti bisa melihat asap tipis di atas kepala gadis itu ketika mendebat kakeknya yang kembali berulah di sepanjang perjalanan menuju restoran dengan tak habis-habisnya mengangkat pembicaraan mengenai hubungan mereka dan pentingnya membangun kemistri.

"Dalam membentuk sebuah hubungan, hal yang paling dibutuhkan adalah kemistri. Kalian mendengarku? Itu hal yang paling penting dalam membangun sebuah hubungan. Kalian harus bisa membangun dan memperkuat kemistri. Aku bisa membantu kalian. Sebentar, beri aku waktu menemukan cara untuk membangun dan memperkuat kemistri."

"Anda tidak perlu repot, Sir, masalah hubungan dan membangun kemistri adalah urusan kami," tolak Kim Sojung cepat.

"Kenapa? Aku sedang membagi isi pikiran dan ilmu pada anak muda seperti kalian. Tenang saja, tidak usah malu apalagi sungkan."

"Tapi Sir, yang menjalani adalah kami berdua, jadi saya berharap Anda mengerti dan membiarkan kami melakukannya dengan cara kami sendiri." Kim Sojung dengan tidak sungkannya merengut, lalu bergumam pelan nyaris berbisik, "Lagipula aku sudah memutuskan untuk tidak berniat serius pada hubungan ini, apalagi setelah menyadari kau mencoba membodohiku untuk menyetujui rencanamu."

Seokjin menyeringai, menikmati segala keluh kesah dan kesulitan gadis itu.

Kim Sojung barangkali tidak tahu bahwa cara paling sederhana untuk menghadapi orang tua semacam kakeknya adalah dengan jangan pernah membantah dan selalu mengatakan 'ya' di setiap perintahnya. Kalau ditanggapi serius apalagi sampai dibantah, kakeknya sudah pasti akan lebih lama menghentikan pembicaraan.

"Tidak apa-apa, Olivia, kalian tetap bisa melakukannya dengan cara kalian sendiri, aku hanya memberi ini untuk memberikan gambaran, siapa tahu ini bermanfaat," kata kakeknya.

Across The Sky 「 VERY SLOW UPDATE 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang