Kadang-kadang pikiran itu sangat sulit dikendalikan. Awalnya Seokjin hanya bertanya-tanya tentang sikap seperti apa yang harus ia lakukan selama mengikuti kegiatan si Kim Sojung hari ini. Kemudian Seokjin mulai bermain-main sebentar dengan ide itu. Mungkin pilihan terbaik dari semua yang terpikirkan adalah ia harus bersikap manis layaknya seorang gentleman pada pasangannya.
Namun, mereka bukan pasangan. Mereka bersama hanya didasari keinginan kakeknya.
Untuk menjadi pasangan, Seokjin harus punya kepastikan lebih dulu tentang perasaannya pada Sojung sekaligus meyakinkan dan membuat gadis itu juga memiliki perasaan padanya.
Setelah yakin, ia perlu menyeret si Kim Sojung ke altar.
Setelah dari altar, barulah ia bisa bersikap layaknya pasangan pada gadis itu. Mengantarkan kemanapun gadis itu pergi, termasuk ke supermarket hanya untuk membeli sandwich dan kopi kaleng untuk sarapan yang terlambat, atau melakukan hal lain seperti mengantar gadis itu bekerja atau sekedar menemui teman-temannya di cafe.
Sebelum Seokjin menyadarinya, pikiran-pikiran itu terus membuat cabang dan menjadi sangat sulit untuk dikendalikan hingga membutuhkan seseorang menghardiknya lebih dulu untuk menghentikan pikirannya.
"Gene Roux ekspresimu itu menjijikan!" hardik sebuah suara.
Dengan gerakkan pelan Seokjin melirik ke samping tanpa melepaskan sandaran tangannya dari kepala. "Menjijikan bagaimana?" tanyanya heran.
Aubrey Winifred memutar bola matanya dan menyahut dengan ganas. "Caramu memandang gadis itu seperti pria pedofil yang sedang membayangkan remaja lima belas tahun melakukan sesuatu yang mesum."
Seokjin mengerut. Apa separah itu?
"Tentu saja parah, kau sungguh mengganggu pemandangan. Apa kau tidak sadar kalau Liv terus mendapatkan teguran dari si fotografer? Apalagi yang bisa mengganggu konsentrasinya kalau bukan karena tampang dan tatapanmu yang mengerikan itu?"
Seokjin menarik dan mengembuskan napasnya dengan cepat, secepat ia mengubah mimik wajahnya dengan normal. Hilangkan dulu dorongan hormonmu atau apalah itu, Kim Seokjin!
"Jadi...," Seokjin berdeham sekilas, "Apa pendapatmu tentang si Sojung... tunggu, kau lebih mengenalnya sebagai Olivia, kan? Bagaimana pendapatmu tentang gadis itu? Apa menurutmu kami cocok?"
"Pendapatku masih sama, Liv itu terlalu bagus untuk ukuran lelaki sepertimu. Mungkin pendapatku akan berubah kalau kau mulai berhenti menjadi brengsek," jawab Aubrey sadis.
"Lagipula kenapa sih kau berubah menjadi sosokmu yang sekarang?" Aubrey bertanya dengan heran. "Dulu saat pertama kali melihatmu, kau tidak seperti ini. Cukup ubah penampilanmu dan jangan bertingkah seperti bajingan. Kau tahu kakekmu sudah sangat pusing memikirkan tingkahmu yang satu ini?"
"Oops, maaf. Topik itu off limits, Bee." Seokjin berhenti dan mencecap lidahnya sejenak, "enak juga," ujarnya. "Pai ternyata sungguh hebat memilih nama panggilan untukmu."
Aubrey mendengus tak suka. "Jangan memanggilku lebah!" protesnya sambil melayangkan tinjuan ke lengan Seokjin.
"Jangan terlalu sadis, Bee!" ringis Seokjin pelan. "Omong-omong kenapa kau bisa dekat dan mengobrol akrab dengan si Sojung Kim? Kau bahkan punya panggilan tersendiri.Yeah, kau tahulah, keluarganya bukanlah jenis keluarga dengan jumlah kekayaan yang fantastis. Lingkunganmu kan di atas sosialita, tidak biasanya kau mau bergaul dengan yang bukan dari golonganmu. Apa ini karena James? Kau sedang mencoba menyesuaikan diri dengan lebih banyak bergaul bersama rakyat jelata?"
"Tahu apa kau tentang pergaulanku," dengus Aubrey. "Lagipula kalau akhirnya Liv menikah denganmu, dia akan jadi bagian Roux yang artinya dia juga akan berada di lingkungan yang sama dengan kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
Across The Sky 「 VERY SLOW UPDATE 」
FanficCast : - Kim Seok Jin (Jin) - BTS - Kim Sojung (Sowon) - Gfriend Sinopsis : Setelah perjalanan panjang menjelajahi setengah dari belahan bumi dan bergumul dengan beberapa hal; mesin, papan serta tuas pengendali, rute, tol dan lalu li...