"Aku heran kenapa kau belum juga sembuh dari sakitmu, Pai." Seokjin mengernyit menatap kakeknya yang menggigil di balik selimut tebalnya.
"Aku sendiri juga heran," balas kakeknya setelah berhasil bersin.
"Kurasa ini karena kau yang sudah semakin tua," komentar Seokjin usil.
"Sia... uhuk, uhuk, sialan!" maki kakeknya dengan susah payah.
"Sudah saatnya kau mulai menerima kenyataan kalau kau tua, Pai. Tua itu hal yang mutlak." Seokjin berkata dengan sok bijak demi mengolok kakeknya.
"Kau sedang bicara pada dirimu sendiri?" sindir kakeknya.
Seokjin menatap prihatin pada kakeknya yang kembali bersin-bersin lalu mengulurkan secangkit teh lavender hangat.
"Astaga, aku benci sakit," gerutu kakeknya sambil mengeratkan jaketnya erat-erat.
"Kau yakin tidak ingin pergi ke dokter, Pai? Aku bisa mengantarmu." tawar Seokjin penuh perhatian.
"Tidak, aku benci minum obat," gerutu kakeknya.
Seokjin menghela napas, merasa sedikit repot menghadapi kakeknya yang bertingkah seperti anak kecil. "Sudah berapa lama sejak kau sakit seperti ini?"
"Aku tidak ingat." Kakeknya merengut setelah berhasil menyeka cairan yang keluar dari hidungnya dengan tisu. "Kalau dipikir-pikir, aku sakit sejak aku menelpon Olivia tempo hari."
Kemudian kakeknya mendadak bangun dari posisi berbaring dan langsung mengeluh sakit kepala. "Astaga, aku benci sakit," gerutunya sekali lagi.
"Katakan padaku, Nak, aku tidak baru saja mendapatkan karma dari kelakuanku, kan?" tanya kakeknya setelah rasa sakit kepalanya agak menghilang.
"Kupikir kau bukan tipe orang yang percaya pada hal semacam itu, Pai."
"Tapi aku terserang sakit tepat setelah pura-pura sakit di depan Olivia," lanjut kakeknya.
Seokjin mengernyit heran. "Aku tidak menangkap pointmu," akunya jujur.
"Aku sempat menelponnya tempo hari dan pura-pura sakit untuk mendapatkan simpatinya. Kemudian... ya, seperti yang kau lihat saat ini, aku langsung sakit setelah beberapa jam menelponnya."
Seokjin melongo sebentar sambil berpikir maksud perkataan kakeknya sebelum tertawa keras-keras dan membiarkan kakeknya menggerutu jengkel. Kekonyolan kakeknya tidak pernah tidak bisa membuatnya terhibur. Dari sekian banyak hal konyol yang dilakukan kakeknya, baru kali ini yang benar-benar bisa membuat kakeknya tampak bodoh dan lemah.
"Kau tahu, Pai, di lingkaran pergaulan kami, Olivia sangat terkenal sebagai subjek terlampau unik yang dianggap keramat," kata Seokjin dengan ekspresi super serius yang masih bisa dijangkaunya saat bercanda. "Ada aturan tak tertulis untuk tidak menyebut namanya saat kami sedang bersenang-senang atau kami akan kehilangan kesenangan. Kurasa kau juga baru terkena efeknya."
Kakeknya mendadak merengut tersinggung, seolah Seokjin baru saja membeberkan kejelekannya. "Kenapa kalian membuat gadis itu jadi sesuatu yang mengerikan? Kalau kau bilang itu hanya lelucon, menurutku itu sama sekali tidak lucu."
Seokjin langsung bungkam, agak tertohok dengan pertanyaan kakeknya.
"Entahlah." Seokjin membalas pelan. "Semua sudah terbentuk seperti itu dengan cepat di balik punggungku. Ini seperti aku adalah orang baru dalam satu lingkungan yang telah memiliki struktur perannya masing-masing. Kurasa ini salah satu kekejaman sosialisasi masa kini. Akan selalu ada pihak yang dikorbankan untuk jadi bahan lelucon atau ejekan di setiap lingkar pertemanan hanya karena mereka sedikit berbeda."
KAMU SEDANG MEMBACA
Across The Sky 「 VERY SLOW UPDATE 」
FanficCast : - Kim Seok Jin (Jin) - BTS - Kim Sojung (Sowon) - Gfriend Sinopsis : Setelah perjalanan panjang menjelajahi setengah dari belahan bumi dan bergumul dengan beberapa hal; mesin, papan serta tuas pengendali, rute, tol dan lalu li...