Chapter 28

84 19 6
                                    

Seokjin sangat jarang terbang bukan sebagai pilot. Kadang-kadang ia bisa sangat merindukan (bahkan membayangkan) saat dimana ia bisa duduk tenang di belakang kursi kokoh yang menatapnya dingin—alih-alih berbagai tombol rumit dengan macam fungsi hingga papan pengendali—sambil menatapi tampilan horizon dari sepetak tipis pemisah kabin dan langit.

Mengingat pekerjaannya yang tampak tidak normal membuat Seokjin tidak pernah berharap banyak, tetapi ketika ia mendapatkan kesempatan itu, ia dengan senang hati menikmati semua fase dari moment langka dimana ia bisa berbaur menjadi bagian dari para penumpang dan mengurus segala prosedur keberangkatan seorang diri.

Tidak ada perasaan aneh saat ia datang ke bandara bukan sebagai pilot. Ia hanya melangkah santai seperti biasa sambil mengulum permen campuran rasa mint dan jeruk lalu melewati bagian pemeriksaan dengan perasaan yang berjalan normal. Setelah mengambil kembali barangnya yang telah discan dan mengenakan jaket kulitnya, Seokjin berhenti sejenak untuk membaca berbagai tujuan penerbangan pagi di layar-layar gantung di atas stand baris. Saat ia menemukan tujuannya, saat itulah ia menunjukkan reaksi. Ini bukan jenis perasaan tegang atau takut, hanya perasaan geli saat ia mengingat betapa berharga seragamnya di tempat ini. Faktanya dalam balutan seragam pilot, ia kerap diutama di bagian ini.

Seokjin jadi bertanya-tanya apakah ia akan diistimewakan kalau ia mengatakan kalau ia adalah pilot? Ah, tidak. Ia adalah penumpang biasa, ingat? Ia harus ikut mengantri.

Seorang pemuda ceking dan berambut klimis menyambut dari balik konter saat Seokjin mendapatkan giliran check in. Ia menyempatkan diri untuk tersenyum meski sekilas sebelum mengulurkan tiket dan tanda pengenal lalu memainkan ponselnya sementara si pemuda langsung mengerjakan proses check in-nya.

Kertas boarding berpindah tangan tak berapa lama, Seokjin kembali menerima tiket dan tanda pengenalnya. Kemudian ia berjalan—sekeras mungkin mengingatkan diri untuk tidak masuk ke jalur khusus para staff—melihat-lihat sejenak sebelum akhirnya memutuskan untuk langsung masuk ke ruang tunggu meskipun aroma espresso dari salah satu kafe bandara cukup menggodanya.

Sesungguhnya moment kali ini adalah moment sebelum terbang paling santai yang pernah Seokjin lalui. Tidak ada pemeriksaan kesehatan tubuh yang ketat, tidak ada pengecekkan dokumen terbang, atau briefing yang kaku, pengecekan kondisi pesawat hingga menginput flight plan pada komputer pesawat dengan penuh kehati-hatian. Dan yang terpenting dari semua moment sebelum terbang kali ini adalah tidak ada tanggung jawab paling berat atas ratusan nyawa di belakang punggungnya.

Seokjin benar-benar merasa bebas (meskipun ia masih punya beban recurrent di dalam kepalanya), ia bahkan bisa dengan riang menyusuri garbarata meski sambil membawa ransel dan menggeret kopernya yang sengaja tidak ia titipkan pada petugas check in. Bising dari percakapan para penumpang lain di depannya tidak cukup mampu mengganggunya, ia terus bersenandung mengikuti irama dari earphone yang melekat di telinga lalu tersenyum ketika hidungnya mengendus jejak tipis air conditioner dari arah kabin.

"Sela... apa yang kau lakukan di sini, Gene Roux?"

Spontan Seokjin menghentikan langkahnya, dan terpaku sekejap untuk mencerna sapaan paling absurd yang pernah didengarnya dari seorang pramugari. Ia mengerjap satu detik di pintu pesawat sebelum pandangannya beralih lurus ke satu subyek yang berdiri di dekat jajaran trolley sebelum kembali tersenyum lebih lebar dari sebelumnya.

"Tentu saja untuk melakukan perjalanan, Miss," jawabnya riang.

Perjalanannya sendiri kali ini adalah pengalaman yang menyenangkan untuk Seokjin, apalagi ditambah dengan bonus lain. Bertemu lagi dengan Kim Sojung setelah sekian lama menjadi sebuah kebetulan yang cukup menyenangkan sekaligus sesuatu yang sungguh mengejutkan. Ia pasti akan benar-benar menikmati perjalanannya kali ini.

Across The Sky 「 VERY SLOW UPDATE 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang