"dia ponakan gue"
"Apa!" Tanya seluruh penghuni kantin.
"Ya kagak lah! Emang tampang gua kaya om-om? Gua sepupunya dia! Anak dari kakaknya..... Mommy cia" jenot memelankan kata mommy.
"Bener ci? Kok kita gak tau?" Tanya Deon, Cia memainkan kepangan rambutnya, dirinya menoleh ke Jessie, Jessie yang mengerti pun langsung angkat bicara.
"iya, jenot itu Abangnya Cia, Bokap dan nyokap Cia juga nikah muda, mereka menikah saat umur 19 tahun, karena di umur itu bokap Cia sudah sukses menjadi CEO, makanya Daddy nya kelihatan muda banget" jelas Jessie.
Jujur hampir semua orang di kantin terkejut akan hal ini, karena yang mereka tau bokap Cia yang berwajah muda, mereka tidak menyangka jika pria itu memang masih sangat muda.
"Kalau nyokapnya mana? Kok gue gak pernah lihat"
Pertanyaan Deon membuat jenot dan Jessie diam tak terkecuali Cia, selama ini yang mereka tau hanya Daddy Cia, tanpa tau mommy nya telah tiada, mungkin kerena Cia yang selalu tampilkan senyum ceria.
Kali ini Jessie yang menatap Cia, Cia menggangguk mungkin ini sudah waktunya menjelaskan mommy nya kepada mereka.
"Mommy nya Cia udah meninggal, karena tenggelam di danau, itulah alasan danau Lugo di tutup" jelas Jessie, dan saat itu pula Cia berlari keluar, dengan air mata yang berjatuhannya, tapi itu memang harus di beritahu agar teman-teman nya tidak mempertanyakan lagi keberadaan ibunya yang membuat dirinya sedih.
Alvin sungguh terkejut jadi benar orang yang selama ini ia cari adalah Cia.
Jenot ingin mengejar Cia namun Alvin menahan, dan menunjukkan biar dirinya yang menenangkan Cia.
"Dia adek gue, biar gue aja"
"Dia pacar gua"
"Tapi gue gak setuju Lo berdua jadian" tukas jenot.
"Tugasmu hanya menemani tidak memiliki" ujar Darrel pada Jenot.
Alvin tersenyum miring menepuk pundak jenot beberapa kali lalu pergi menyusul Cia, jujur ada perasaan sedikit legah saat mengetahui jenot dan Cia adalah keluarga.
Alvin mencari Cia di setiap ruangan namun dirinya tak urung menemukan, Alvin memutuskan menuju ke belakang sekolah.
Alvin berlari mengelilingi taman belakang sekolah hingga dirinya mendengar tangisan di balik pohon.
Alvin mendekati pohon tersebut, dan suara tangisannya pun semakin jelas.
"Cia?"
"A-alvin"
"Alvin kok bisa ada disini? Kan Alvin harusnya makan dika--
Alvin langsung memeluk Cia, membenamkan wajah Cia di dadanya "nangis aja ga usah di tahan, biar legah"
"Cia kangen sama mommy, huwaaa"
Alvin mengelus rambut Cia, bajunya sudah basah akibat Cia.
Lama berpelukan tangis Cia sudah mulai mereda.
"Al-alvin cia mau nanya"
Alvin melepas pelukannya perlahan, memegang kedua bahu Cia "kalau udah tenang baru boleh nanya, udah tenang?"
Cia menggangguk.
"Sekarang apa yang Cia mau tanya?"
"Cia beneran pacaran sama Alvin" tanya Cia.
Alvin langsung menggaruk tekuknya, dirinya mengira Cia akan bertanya hal yang penting ternyata tidak. ~ eh ini penting.
"Alvin jawab" renggek cia.
“i-iya”
"Nah kalau gitu pulang sekolah kita jalan"
"Ha?"
"Iya! Menurut novel yang Cia baca habis ditembak itu pasti di ajak jalan"
Demi apapun Alvin ingin sekali merobek novel Cia.
"Emang Lo mau pacaran sama gue?"
"Ya mau lah, Alvin kan tampan, tinggi, kaya lagi"
~gue deg-degan anjirr
"Kok lu bisa ngira gue kaya? Kalo gue misalnya miskin?" Tanya Alvin.
"Gak mungkinlah, nih jam tangan Alvin, sama persis kaya Daddy punya, tapi yang Daddy punya ada manik-manik berkilaunya, nah kata Daddy yang punya ini cuma horang khaya"
~ berlian budu (╥﹏╥)
"Orang tua gue yang kaya, bukan gue"
Saat ingin menjawab terdengar dering ponsel Alvin.
Alvin mengambil ponselnya di saku, tertera nama 'Erik' tanpa menunggu lama Alvin menjawab "halo"
"Lo dimana gobl*k, dah lonceng"
"Di taman belakang sekolah"
"Cia udah ketemu?"
"Udah nih bareng gue"
"Nah cepat Lo pada kesini, Bu Lisa bentar lagi masuk anying"
"Oh oke bentar gue kesana"
"Iya cepat kesi--
"Erik telfonan dengan siapa kamu!"
Shit!
"Anu ini Bu, apa itu, itu anu"
"Anu apa?!"
Alvin melotot ternyata Bu Lisa sudah sampai di kelas, dengan cepat dirinya mematikan ponsel dan mengandeng Cia berlari menuju kelas, Alvin merutuki dirinya sendiri karena tak pergi dari taman itu, taman itu jauh dari lonceng sekolah, makanya ia tak mendengar lonceng.
"Cepat ci, Bu Lisa udah sampe kelas" panik Alvin, ciapun ikut panik.
Alvin dan Cia berlari sekuat mungkin hingga sampe di depan kelas, dari koridor kelas Alvin sudah melihat Bu Lisa yang memegang penggaris menunggu kedatangan mereka.
"Dari mana kalian?!"
"Maap Bu, saya tidak mendengar lonceng" ujar Alvin.
"Saya tidak minta alasan kalian, yang saya tanyakan kalian dari mana?!"
"Da-dari taman belakang sekolah" ucap Cia gugup.
"Berdiri depan tiang bendera" perintah Bu Lisa.
"Apa!" Kaget Cia "ibu hukum Cia?"
"Ya iyalah, kalian berdua harus di hukum"
"Tapi gak bisa di ganti Bu? Bersiin toilet atau koridor Bu" tawar Cia.
"Gak usah tawar menawar Cia, cepat"
"Aduh byuuk, ntar kulit Cia yang seputih susu ini akan menjadi gosong kaya ibu, ibu mau Indonesia terkenal dengan manusia berkulit hitam?"
"Buta mata kamu?! Ibuk ini putih" marah Bu Lisa "cepat jalanin hukumannya"
Dengan pasrah Cia dan Alvin pun menuju ke lapangan.
🦋 Thotor 🦋
Hi🙃
Maap keun lama up🥲
Habisnya kalian gak tembus 20 vote😏
Pembaca banyak yang gak ngehargain🙄
Beda jauh vote Ama pembacanya😔
Tinggal pencet aja gak susah kok.Jan lupa vote😒
- Jumat, 15 Januari 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bobrok Girl
Teen Fiction- Kisah seorang cewe bobrok, ceroboh, gila kadang, polos lugu, cengeng, dan itu intinya sang cewe. Lo plagiat gua santet. okey happy Reading. Slow up guys Kalo mau baca cerita jangan cuman berpatokkan sama deskripsi! hes gua bacot!🙃 intinya bacalah...