Sekolah

1.4K 79 19
                                    

mengejar sampai lupa diri, berhenti karna tau diri.

Happy Reading <3

.

.

.

.

.

Di kamar mandi, Anisha terus saja mencuci hidung. Sudah 3 kali ia ke kamar mandi untuk mencuci hidungnya yang terus terusan keluar darah. Anisha mengangkat kepalanya dan memperhatikan wajah pucatnya. Ia menyentuh pipi, lalu bibirnya yang hampir tidak bewarna. Ia pun mengelap mukanya lalu keluar dari kamar mandi. Di ambang pintu, ia melihat tempat sampah yang sudah di penuhi oleh tisu yang berlumuran darah. Cepat cepat ia mengikat plastik sampah tersebut sebelum abangnya melihat. Anisha pun duduk di tepian ranjangnya, memegang kepalanya yang terasa berat.

"kepala gue berat banget. Kek nya karna gue belum makan deh." Anisha pun beranjak dari tempat tidurnya. Sekilas ia melihat kembali wajah pucatnya saat melewati kaca lemarinya. Ia pun mengambil liptint  lalu mengoleskannya tipis ke bibirnya agar kelihatan natural.

"semoga aja abang gak curiga." gumamnya.

Anisha pun keluar dari kamarnya dan turun dari tangga. Ia melihat Ferdo yang tengah makan sambil mengetik sesuatu di laptop nya dan Dirza yang tengah sibuk dengan game di ponselnya dan cemilan di sampingnya.

Anisha menghampiri Ferdo yang terus mengetik, bahkan nasi yang di sampingnya tak kunjung berkurang. "lagi ngetik apa ? serius banget," kata Anisha.

"skripsi, banyak yang harus di revisi." jawab Ferdo tanpa melepaskan pandangannya dari laptop.

Anisha hanya mengangguk lalu pergi untuk mengambil nasinya.

"gua gak di tanya ?" tanya Dirza tanpa melihat Anisha.

Anisha menoleh sebentar lalu mengambil nasi nya di rice cooker.

"siapa penemu batu bata ? dimana dia lahir, tanggal berapa, bulan berapa, tahun--"

"bukan itu bolot, udah diem aja lu." sewot Dirza.

Anisha pun berjalan ke arah meja makannya, ia mengambil lauk yang sudah di sediakan lalu duduk di samping Dirza.

•••

Devino dengan gitar di pankuannya kini tengah duduk di balkon kamarnya. Memandangi langit malam yang kosong. Otak nya terus saja memutar kejadian siang tadi. Wajah pucat dan darah yang keluar dari hidung Anisha sangat banyak. Tidak seperti orang mimisan biasanya.

Flashback

Devino buru buru mengambil tisu yang ada di dalam mobilnya. Ia lalu mengusapkannya ke hidung Anisha. Mata sayu dan wajah pucat menambah kepanikkan Devino.

"Sha, lu sakit ? Kenapa gak bilang ? Kalau gitu gue gak bakalan ajak lu buat jalan jalan," kata Devino yang terus saja mengambil tisu sebanyak mungkin untuk mengelap darah Anisha yang tidak berhenti mengalir.

Anisha menahan tangan Devino dan menyingkirkan wajahnya. Ia mengambil tisu yang Devino pegang lalu menyumbatkannya ke hidung.

DEVINO (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang