Last Love

1.7K 55 7
                                    

Happy Reading ❤
.
.
.
.
.
.
.

Semuanya terkejut. Tisa langsung tidak sadarkan diri. Ferdo, Dirza, Willy, dan Gio mematung di tempat. Jantung mereka seperti berhenti berdetak bahkan tanpa sadar mereka menahan nafasnya. Putra mendudukkan istrinya itu. Ia terlalu lemas untuk membantu menyadarkan Tisa.

"Pasien sangat terlambat di tangani. Darahnya hampir habis. Tidak ada harapan untuk dilakukan pendonoran darah karna itu membutuhkan darah yang sangat banyak. Saya harap kalian di berikan lebih banyak kesabaran. Saya--"

"Cukup dok. Apa saya boleh masuk ?" potong Gio. Dokter tersebut mengangguk.

Gio langsung menerobos masuk, melihat dokter yang menarik kain putih hingga kepala Anisha.

"Jangan." cegah Gio. Para suster tersebut saling melihat satu sama lain. Langkah Gio bergerak mendekati Anisha yang sudah terbujur kaku.

Gio meneliti semuanya. Memastikan masih ada tanda tanda kehidupan. Tangannya bergerak menyentuh tangan dingin Anisha dan menggenggamnya.

"Sha ? Masih bangun kan ?" tanya Gio. Tangan Anisha yang ia genggam tadi, ia letakkan di pipinya.

"Sha, lo cuman lagi tidur kan ? Lo tadi sempat sadar dan nyuruh dokter nya buat bilang yang gak gak tentang lo kan ?" Diam. Gio tidak mendapatkan respon apapun.

"Sha, ketawa. Lo lagi nyiapin apa sampe nge prank  gini ?"

Di luar sana, terdengar suara kegaduhan lalu pintu kamar Anisha terbuka. Ada Devino di sana dengan darah yang mengalir di tangannya. Devino berlari dan berada pada sisi kanan Anisha.

Devino memegang kedua pipi Anisha. "SHA ! BANGUN !!!"

Devino melihat kedua suster yang hanya berdiam diri. "Ambil apa aja, ambil yang bisa buat dia sadar, CEPAT AMBIL !!" ucap Devino dengan emosi.

Gio kembali tersulut emosi. Ia mendekat dan menarik Devino ke dinding dan kembali memukul nya.

"GARA GARA LO !" ucap Gio dengan mata yang merah dan tangan yang mencengkram kuat kerah baju Devino.

"Gua gak ada waktu buat ribut." ucap Devino.

Devino mendorong tubuh Gio. "Minggir."

Devino kembali mendekatkan ke arah ranjang Anisha, memegang satu tangannya dan mengelus wajah Anisha.

"Bangun Sha. Cuman pingsan kan ? Kamu bakalan sadar kan ? Dokter sekarang kalau gak mampu menyelamatkan pasiennya, bilangnya udah meninggal, padahal kamu masih hidup kan ?"

"Permisi, kami harus memindahkan pasien ke ruang mayat. Ini akan di proses oleh keluarga." ucap salah satu suster.

"GAK ! KALIAN SEMUA BODOH ? DIA GAK MATI KENAPA HARUS MASUK RUANG MAYAT HAH ?!"

Ferdo masuk dan langsung menarik Devino. Ia memepet Devino ke dinding.

"DASAR GAK TAU DIRI ! LO SIAPA HAH NGEBUNUH ADIK GUA ?" ucap Ferdo dengan emosi.

"Gak ada bukti kalau gua ngebunuh dia."

Ferdo melayangkan satu pukulan ke wajah Devino setelah mendengar jawaban dari Devino. Ferdo yang ingat bagaimana adiknya mati matian meminta izin kepadanya untuk mendonorkan darahnya kepada Devino di buat tidak bernafas oleh lelaki bejat di hadapannya ini.  Ferdo pikir, mereka saling mencintai setelah melihat perjuangan Anisha agar Devino tetap hidup, tapi nyatanya hanya adiknya saja yang mempunyai rasa itu.

DEVINO (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang