Hi guys! Aku udh publish 2 cerita baru aku. Jangan lupa baca^^. Kasih aku vote and comment juga.
PERINGATAN!!!
2 cerita itu tdk kalah baper dari Devino. Nctzen dan army yakin tidak mau baca cerita itu?Awal pertemuan dan akhir pertemuan pasti tidak akan sama lagi.
-Xipert.Happy Reading❤
•
•
•
•
•
•
•Pukul 05.30, Devino sudah berlari menuju rooftop sekolahnya. Masa bodoh dengan keadaannya sekarang yang tampak berantakkan. Semalaman Devino tidak mengistirahatkan tubuh dan fikirannya. Biarkan saja matanya menghitam dan merah, tidak ada yang peduli kan?
Devino menaiki tangga dengan tergesa gesa. Tas sekolahnya ia tinggalkan di parkiran. Devino membuka pintu besi tersebut dengan tidak sabaran yang membuat pintu tersebut mengeluarkan suara yang sangat berisik saat di buka.
Dadanya naik turun. Nafasnya terengah engah. Ia berjalan dengan perlahan. Menempelkan pantatnya di sofa yang sudah kotor. Devino menghembuskan nafasnya lalu memejamkan matanya. Ia bersandar dan mendongakkan kepalanya menikmati angin pagi yang menerpa kulitnya.
Ia mengeluarkan benda panjang dan pematik dari sakunya. Ia membakar ujungnya lalu menghisapnya dan menghembuskan asap nya keluar. Tenang. Itu yang ia rasakan. Hanya ada asap, angin, dan dirinya. Tidak ada suara berisik dari bisingnya Jakarta.
Terdengar suara ribut dari arah pintu. Devino sudah tau siapa mereka. Suara penuh dengan ocehan, suara yang penuh dengan tuduh menuduh, suara yang penuh dengan kutukkan. Suara pintu terbuka pun terdengar, tapi suara ocehan itu tidak hilang.
"Balik bentar woi. Ambil celana bentar doang". Ucap Dito dengan sedikit memaksa.
"Kelamaan. Bentar lagi bel". Ucap Willy.
"Bal bel bal bel apaan. Masih subuh anjir. Si Jaki juga belum menggonggong". Kata Dito dengan menyebutkan nama ayamnya.
"Lah. Jaki bukannya ayam?", tanya Jerry kebingungan.
Dito menoleh ke sebelah kirinya. "kelainan ayam gue".
"Masih mau ngomong di belakang gue?", kini Devino bersuara tanpa menoleh kebelakang sedikit pun.
Semuanya menoleh ke depan. Ternyata penglihatan mereka tidak salah di parkiran tadi. Devino beneran sudah datang duluan se pagi ini.
Gio melongo. "beneran Pino amjing".
"Anak budiman". Jerry menggeleng geleng kan kepalanya.
"Pin, gue ijin pulang dulu ye. Gue gak pakek celana nih. Gu--".
"Lah ini yang lo pakek paan?", potong Willy.
Dito mendorong kepala Willy ke arah ketiaknya.
"Diem lu diem. Gemes gue ama lu". Ucap Dito geram.
Willy menjauhkan kepalanya dan berlagak seperti seorang mabuk.
"heeemm... Subhanallah gak tuh aroma nye?". Tanya Gio dengan tampang seolah olah jijik.
Devino menjatuhkan rokoknya lalu menginjaknya. Devino berdiri lalu membalikkan badannya untuk menghadap ke arah ke empat sohibnya. Dua tangannya masuk ke saku celananya. Devino tidak tertawa sama sekali. Hanya tatapan datar. Dia sungguh muak ketika di saat serius, mereka malah bercanda. Tapi, ia tidak menunjukkannya. Mereka yang akan menyadarinya sendiri nantik.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVINO (END)
Fiksi Remaja⚠️ CERITA INI MENGANDUNG KATA KASAR YANG TIDAK BAIK UNTUK DITIRU DI DUNIA NYATA⚠️ Devino Raendra Radipta. Manusia balok es berjalan ini memang terkenal dengan dingin,bad boy,tajir dan ke tampanannya.Padahal dulu sifatnya sangat berbanding terbalik d...