⨳ 01

2.6K 432 97
                                    

Manik (e/c) berkilat pelan menatap cahaya yang terpantul dari kristal kaca. Wajah tersenyum tipis menatap bayangan. Tangannya terkait pada tangan wanita dewasa yang menuntunnya memasuki kediaman tradisional yang terhitung cukup mewah dan besar.

Kakinya ikut melangkah, bersemangat menuju pekerjaan pertamanya. Ketidaksabaran akan menerima perintah pertama dari majikannya.

"Okaa-san, tuan dan nyonya itu seperti apa?" tanyanya. Memang, delapan belas tahun dia hidup tak pernah sekalipun menatap wajah majikan ibunya, yang juga alan menjadi majikannya dalam beberapa waktu kedepan.

"Nyonya wanita yang baik," ulas sang ibu. Wajahnya tersenyum memancarkan aur keibuan yang membuat gadis itu ikut tersenyum senang. "Tapi kau harus berhati-hati dengan tuan Kamo."

Wajah ibunya terlihat suram seketika, membuat gadis itu ikut-ikutan suram, "haa... Tuan Kamo yah? Tuan itu memang menakutkan sih, sampai sekarangpun masih melajang dan menatap orang dengan mata sipitnya yang tajam." jelas ibunya.

(Y/n) menatap ibunya yabg hanya setinggi telinga, "apa dia benar-benar semenakutkan itu, Okaa-san?"

Mayu, ibu (y/n) mengangguk, "sangat dan ingat untuk terus menjaga jarak dengan tuan Kamo Noritoshi, dia sangat tidak suka diganggu," ucap Mayu. Mayu menatap putri satu-satunya nya dengan seulas senyum, "kau ingat aturannya kan? Jangan menyebut nama belakangmu disini, karena siapapun yang bekerja dikediaman Kamo adalah milik keluarga Kamo."

(Y/n) ikut mengulas senyum, "iya Okaa-san, aku mengerti kok!"

Lengannya mengamit lengan rapuh sang ibunda, menuntun pelan langkah kaki ibunya dengan telaten ketika melewati beberapa jenjang taman. Perjalanan menuju sisi barat kediaman nyatanya terasa cukup jauh.

"Okaa-san, apa kau lelah? Kita bisa istirahat dulu." ulas (y/n).

Mayu menggeleng pelan, menepuk pelan punggung tangan putrinya yang mengamit lengannya, "aku tidak apa-apa, sebaiknya kita cepat karena nyonya akan melihat langsung siapa saja calon pelayan baru."

Wajahnya mengulas senyum lebar, "kalau begitu aku gendong saja Okaa-san!" teriaknya senang. Kedua tangannya menumpu punggung dan lutut ibunya.

Mayu terlihat malu dan langsung menutup wajahnya, "(y/n)! Kamu itu anak gadis rasa anak laki-laki! Darimana kamu dapat kekuatan mengangkat perempuan seberat empat puluh lima kilogram, hah?"

"Ahahaha! Aku juga tidak tahu Okaa-san!"

Berjalan dengan menggendong ibunya, (y/n) sesekali tertawa tatkala Mayu memintanya menurunkan Mayu karena ditatap banyak orang.

Keduanya sampai ke pendopo dan (y/n) langsung menurunkan ibunya dengan hati-hati, manik mata (y/n) menatap beberapa perempuan yang akan jadi pelayan sama sepertinya.

"Sedikit sekali yang akan jadi pelayan." lirih (y/n) pelan. (Y/n) sendiri tak sadar sudah jadi bahan perbincangan sejak tadi. Mungkin juga karena rambutnya yang panjang hingga paha dan terlihat sangat mencolok.

Lengannya ditepuk pelan oleh Mayu, "Okaa-san pergi dulu," ucap Mayu. "Kau tinggal ikuti arahan yang diberikan kepala pelayan nantinya."

Mengulas senyum lebar, (y/n) melambaikan tangannya menatap kepergian sang ibunda.

Sebuah deheman membuat atensinya terpusat. Mata (y/n) menatap siapa yang ada dihadapannya kini. Seorang wanita tua yang mendapat gelar gundik, ibu kandung dari penerus keluarga Kamo sekaligus yang akan menjadi majikannya sekarang.

(Y/n) tak mempermasalahkan gelar apa yang dipunya tuannya, yang dia tahu dan fokuskan saat ini adalah uang untuk ibunya. Bekerja dibawah siapapun selagi tidak berbahaya tak masalah selagi dia mendapatkan apa yang dia mau, itulah prinsipnya.

Sontak menunduk, kedatang sang pewaris nama keluarga sudah lebih dari cukup untuk membuat para pelayan baru menunduk spontan menghormatinya.

"Okaa-sama,"

Suara maskulin masuk kedalam pendengaran (y/n). Perasaan aneh tatkala mendengar suara itu, membuat perasaannya gusar. Sekuat tenaga menahan diri untuk tidak lancang menatap wajah sang pewaris.

"Bagaimana keadaan okaa-sama?"

Kekeh kecil terdengar, suara lembut menjawab pertanyaan, "aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu? Kudengar kau dapat masalah lagi dari nyonya, ah sebelum itu aku harus membubarkan mereka dulu ketempat kerja masing-masing." ucapnya memanggil kepala pelayan.

(Y/n) dan yang lainnya langsung dituntun menuju arah yang sama oleh kepala pelayan. (Y/n) menatap sebentar interaksi ibu dan anak yang ada didepannya.

Manik matanya bertemu tatap sedetik dengan sang pewaris sebelum tangannya ditarik ikut berjalan bersama yang lainnya.

Kamo Noritoshi, sedikit bingung dengan apa yang ada dipikirannya kini. Dia sudah biasa menatap banyak pelayan. Tapi pelayan baru yang menatap matanya walau hanya sedetik sukses membuatnya terus kepikiran.

"Okaa-sama, siapa perempuan berambut panjang itu?" tanya Noritoshi pada ibunya.

Ibunya hanya mengulas senyuman, "dia putri Mayu, pelayanku. Ada apa dengannya?"

Noritoshi menggelengkan kepalanya, "tidak, aku hanya merasa sedikit aneh dengan keberadaannya."

Sang ibu mengerutkan kening, "yah, itu masalah padahal tadinya aku ingin menugaskannya dengan beberapa orang lain untuk melayanimu. Apa kau mau aku menjauhkannya darimu?"

Noritoshi tak sontak menjawab ucapan ibunya. Kepalanya terus berputar mengingat manik mata (e/c).

"Ya, tolong jauhkan dia dariku, aku bisa tidak fokus nantinya."

.
.
.

.
.
.

T
B
C

.
.
.

.
.
.

San: .... Kalian mau endingnya kayak apa? San pengen tanya itu doang sih walau udah punya ending sendiri :3

.
.
.

.
.
.

See you next chapter 😗

17 Januari 2021

🌟🌟🌟

✔ ꒦ ͝  Aria (K.Noritoshi x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang