⨳ 03

2K 411 46
                                    

"(Y/n)! Tanjoubi omedetou!"

Manik (e/c) mengerjap, "huh? Siapa yang beritahu kalau aku ulang tahun sekarang?"

Beberapa teman pelayan terlihat melingkari (y/n). "Ibumu yang beri tahu."

Salah seorang yang memegang kue ulang tahun kecil dengan tulisan angka sembilan belas diatasnya. Hampir satu tahun dia habiskan bekerja dibawah nama keluarga Kamo, gadis itu perlahan mulai akrab dengan para pelayan lain juga nyonya yang dia layani.

Gadis itu menerima beberapa bingkisan kecil dan sepotong kue. Sisa kue dibagikan sama rata dengan teman-temannya yang lain.

Seseorang menepuk pundaknya pelan. Sania, teman sekamarnya terlihat tersenyum dan memberinya bingkisan kecil, "selamat bertambah satu tahun."

"Terimakasih!" (y/n) tersenyum lebar dan memeluk hadiah-hadiah yang dia dapatkan.

"Oh iya, nyonya memanggilmu." ucap (y/n). "Nyonya ada di gazebo taman saat ini."

(Y/n) mengangguk dan meminta Sania membawakan hadiah-hadiah yang dia terima kekamar lalu langsung berjalan kearah gazebo.

Rambutnya diikat rapi model bun menggunakan sebuah pita. Membuat leher jenjangnya terekspos. Tubuhnya yang dibalut pakaian yukata kerja beberapa kali dilirik laki-laki, ditambah parasnya yang terbilang cukup menawan meski hanya mengenakan bedak dan perona bibir tipis.

Seorang pelayan laki-laki berjalan disampingnya, mata hijau jernih dengan rambut arang.

"Selamat siang, Shinji-san."

"Selamat siang juga, (y/n)-san." jawab Shinji mengulas senyum lembut diwajahnya.

Tangan laki-laki itu mengelus pelan rambut perempuan yang sudah dia anggap adik. "Kau dipanggil juga?"

(Y/n) mengangguk, "iya, apa kau tahu kenapa kita dipanggil?"

Laki-laki bermata hijau jernih itu mengangkat bahunya, "tidak ada spoiler yang bertebaran ditempat para pelayan laki-laki, bagaimana denganmu?"

"Sama," ulas (y/n) tersenyum menatap wajah Shinji yang terlihat cemberut.

Keduanya sampai di pintu depan gazebo. Tangan (y/n) bergerak mengetuk pintu gazebo hingga diizinkan masuk kedalam. Berdiri dibelakang Shinji, gadis itu bisa melihat ibunya berdiri dibelakang sang nyonya gundik.

Mengulas senyum untuk ibunya dan menundukkan tubuh kepada nyonyanya. Keduanya berdiri dibawah memasang telinga baik-baik lalu menanti perintah dan ucapan yang akan dilontarkan.

Tawa pelan terdengar, nyonya keduanya terlihat senang membaca sebuah pesan surat resmi.

Mata nyonya itu menatap (y/n) dan melambaikan tangan, memanggil gadis itu mendekat lalu memeluknya sebentar. (Y/n) yang dipeluk hanya bisa diam membeku tanpa membalas pelukan sang nyonya.

"Aku dengar kau ulang tahun," ucap sang nyonya. (Y/n) dibuat kelabakan dan mengangguk lalu menjawab seadaanya.

"Iya, nyonya."

Wanita itu tertawa pelan dan mengambil sebuah kotak lalu memberikannya pada (y/n). "Ini hadiah untukmu, itu akan sangat cocok dipakai dirambut panjangmu."

(Y/n) membuka kotak dan melihat jepit rambut ungu muda didalamnya. Senyum lebar terpampang diwajah (y/n). Bibirnya terus berucap terimakasih.

(Y/n) undur diri dan kembali berdiri dibelakang Shinji.

"Untuk kau pelayan laki-laki," panggil wanita itu. "Aku ingin kau menyiapkan persiapan menyambut tunangan putraku."

Mendengar kata tunangan, leher (y/n) terasa tercekat. Matanya menatap jalanan, bibirnya tak lagi menyunggingkan senyuman. (Y/n) merasa aneh, kenapa dia merasa kesal dan sakit mendengar kata tunangan tuan muda mereka.

(Y/n) mendengarkan perintah untuk Shinji, setelah itu keduanya berbalik untuk kembali keperkerjaan masing-masing. (Y/n) masih dengan rasa sesak aneh yang bercokol didadanya.

Tangan (y/n) membuka pintu keluar. Mata (e/c)nya bertemu tatap dengan manik kelam yang berdiri tegap diseberang pintu.

Siluet merah muncul diantara keduanya. (Y/n) menatap pergelangan tangan kirinya. Benang merah yang tersambung dan bermuara ditangan kiri laki-laki didepannya.

Keduanya sama-sama terkejut dengan warna merah yang melayang-layang. (Y/n) langsung menunduk memutus tatapan. Wajahnya sepucat kertas dan langsung berjalan pergi sebelum sempat dipanggil lagi.

Kini gadis itu tahu alasan rasa aneh didadanya. Dia dan sang tuan muda, Noritoshi Kamo berjodoh.

(Y/n) dan Shinji berpisah diperempatan. Gadis itu berjalan pelan menuju kamarnya. Matanya terasa berat dan perih. Tangannya mengepal kuat disamping tubuhnya.

Grep.

Tangannya dicekal, air mata yang tadinya tertahan seketika tumpah dihadapan Noritoshi Kamo. Gadis itu menutup bibir dengan punggung tangannya.

"Kau..."

"Maafkan saya tuan," ucap bibir (y/n) bergetar. "Saya bersumpah tak akan menganggu pertunangan dan pernikahan anda."

Noritoshi kehilangan kesempatan berbicara begitu tangannya memutuskan melepas pergelangan sang gadis. Matanya hanya sanggup menatap punggung rapuh yang berlari meninggalkannya.

Segala jenis ucapan yang tadi hendak dia keluarkan, kembali dia telan bulat-bulat. Tangannya mencengkram erat pakaian yang dia kenakan. Tubuhnya menyender didinding.

Rasa sakit dan sesak seolah menyerbunya.

"Sial," umpat Noritoshi pelan. "Kenapa kau muncul terlambat seperti ini? Padahal aku sudah menunggumu cukup lama."

.
.
.

.
.
.

.
.
.

T
B
C

.
.
.

.
.
.

San: siang sama sore kita uwu"an, malamnya kita nyesek"kan 😭👌🏻

.
.
.

.
.
.

See you next chapter 😔

26 Januari 2021

✔ ꒦ ͝  Aria (K.Noritoshi x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang