⨳ 04

2K 404 125
                                    

Keberadaan (y/n) menjadi tanda tanya besar diotak Noritoshi. Apa dia harus menyampaikan kepada ibunya untuk membatalkan pertunangan dan menjadikan (y/n) istri sah? Atau membiarkan (y/n) menjadi selir setelah pernikahannya? Terlebih ibunya yang terlihat menyukai tunangan Noritoshi.

Gadis itu tak pernah lagi terlihat dimata Noritoshi. Sejauh apapun dia mencari, (y/n) tak pernah berhasil dia temukan.

Noritoshi mengurut keningnya, frustasi. Dia menyayangi ibunya, juga tengah mencoba mencintai (y/n), tapi sepertinya gadis itu benar-benar membuktikan ucapannya.

Mizuki, tunangannya sudah datang sejak sehari yang lalu dan akan menginap dikediaman Kamo selama satu minggu penuh. Gadis berambut coklat dengan manik madu yang seolah bisa melelehkan banyak pelayan. Senyum ceria juga wajah bersahabat, Mizuki sempurna sebagai pasangannya. Tapi, sayang bukan jodohnya.

Noritoshi meminum capuccino yang tersaji didepannya. Kini dia bersama Momo dam Mai. Todo sudah kabur mencari Takada, lalu Miwa dan Muta... Entahlah, Noritoshi tak mau memikirkan apa yang dilakukan pasangan itu saat ini. Mereka sudah legal, jadi biarkan saja.

"Jadi," ucap Momo memulai percakapan. "Gadis pelayan itu benar-benar jodohmu?"

Noritoshi mengangguk, "ya."

Mai menautkan alisnya, "kau tega menyembunyikan ini? Jodohmu bisa terluka kalau kau menikah dengan perempuan lain."

Noritoshi diam dan mendengarkan Mai dengan seksama. Memang benar, hubungan yang didasari benang merah, memiliki efek yang membuatmu tak bisa lepas dari pasangan yang ditakdirkan.

Mai menghela nafas dan menatap Noritoshi tajam, "menurutmu, apa dia sanggup menonton kau menikah dengan perempuan lain sedangkan dia berdiri disatu tempat dan hanya sanggup menangis dalam diam?"

Noritoshi tak menjawab. Otaknya membayangkan apa yang dikatakan Mai. "Bukannya dia bisa?"

Mai mencebik kesal dan tertawa miris, "kalau begitu kubalikkan. Apa kau sanggup melihatnya menikah dengan laki-laki lain?"

Noritoshi kini mencengkram gelasnya erat hingga menimbulkan retak kecil dan membuat air didalamnya menetes kejarinya. Matanya menatap nyalang Mai. Momo yang melihat keduanya beradu tatap mencoba menghancurkan ketegangan diantara keduanya.

"Ayolah," ucap Momo. "Kita disini untuk diskusi, bukan adu tatap."

.
.
.

Noritoshi duduk dijendela, menyenderkan tubuhnya yang letih karena pertemuan dengan teman-teman lamanya.

Noritoshi kembali memikirkan ucapan Mai yang menohok. Rasa tak rela terbesit didadanya. Pintu ruang kerja Noritoshi terbuka, menampilkan siluet perempuan berambut coklat yang tersenyum lebar.

"Noritoshi-kun!" panggil sang gadis senang. Noritoshi memasang senyum tipis tatkala sang tunangan memasuki ruangan. "Aku beli beberapa manisan dikota, mau memakannya bersamaku?"

Ajakan Mizuki diterima Noritoshi. "Ya."

Keduanya berjalan beriringan menuju gazebo. Disana, beberapa pelayan menata makanan dan minuman diatas meja. Noritoshi duduk dan menikmati makanan yang disajikan sembari berbincang dengan Mizuki.

Pandangannya jatuh pada segerombolan pelayan wanita yang membawa pakaian keluar dari sebuah ruangan. Disana dia kembali melihat rambut (h/c) yang kini diikat jalin rapi dan dibentuk sanggul. Matanya bertemu tatap dengan mata (e/c) yang langsung memutuskan pandangan keduanya.

Sedikit tak terima karena (y/n) benar-benar tidak mau melihatnya. Juga sedikit sakit karena kini Noritoshi tak bisa menggapai gadis itu.

Panggilan pelan dari suara lembut Mizuki membuat Noritoshi kembali menatap gadis itu. Mizuki terlihat sedikit bingung dengan sikap Noritoshi yang kembali dingin padahal tadi baik-baik saja.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Mizuki.

Noritoshi menggeleng, "aku baik-baik saja." ya, aku baik-baik saja tanpa (y/n). Sambungnya didalam hati.

Mizuki kembali tersenyum ceria, "ah! Aku benar-benar tidak sabar dengan pernikahan kita!"

Noritoshi kelu. Lidah dan bibirnya terkatup rapat seolah tak mau menjawab ucapan Mizuki. Noritoshi hanya melihat apa yang dilakukan dan mendengar apa yang diucapkan gadis itu, tanpa menjawab satupun ucapannya.

.
.
.

(Y/n) mencengkram dadanya yang sakit. Harusnya dia yang ada diposisi itu. Harusnya dia yang bercengkrama tentang masa depan dengan Noritoshi.

Gadis itu berjongkok dan menutup wajahnya. Mencoba untuk tidak menangis meski dadanya tertusuk dan berdarah sekalipun.

Melihat Noritoshi yang akrab pada perempuan lain yang akan jadi istrinya, membuat (y/n) merasa seperti ditusuk. Rasa tak rela perlahan menghancurkan tubuhnya dari dalam. Isakan perlahan keluar, membuat Mayu menatapnya bingung.

Ibunya, Mayu memeluk sang putri yang mulai terisak sedikit demi sedikit. "Ada apa nak? Siapa yang membuatmu menangis?"

Sudah lebih dari lima tahun (y/n) tak menangis. Tangisan terakhirnya adalah untuk melepas kepergian sang ayah. Mayu tahu (y/n) menahan semua rasa sakitnya selama ini. Tak menunjukkan secara terang-terangan seperti ini dihadapannya. Tapi kenapa putrinya menangis? Apa ada sesuatu yang membuatnya berhasil terpuruk hebat?

Mayu mengusap punggung putri semata wayangnya. Menyanyikan senandung lagu tidur lembut. Membiarkan (y/n) tertidur didadanya.

Kalau sudah seperti ini, (y/n) akan terus mengunci mulutnya dan tak membiarkan Mayu mengetahui alasan kenapa gadis itu menangis.

Langkah kaki mendekat terdengar, Mayu menatap Shinji, teman (y/n) yang berjalan kearah keduanya. Kekhawatiran terlihat kentara dikedua mata Shinji.

"Mayu-san," panggil Shinji. "Ada apa dengan (y/n)?"

Shinji menatap wajah (y/n) yang sembap. Bagian bawah matanya bahkan kini sudah berwarna kemerahan karena habis menangis.

"Aku tidak tahu." jawab Mayu. "(Y/n) tak mengucapkan apapun selain menangis dan kemudian tertidur."

Shinji mengambil alih (y/n) dari Mayu. Tangannya menggendong tubuh (y/n) didepan. Satu tangannya berada dibawah lutut dan satu tangannya yang lain melingkari punggung (y/n), menyandarkan kepala (y/n) kedadanya.

"Aku akan mengantarnya kekamar." ucap Shinji. "Mayu-san, tolong tunjuki dimana kamar (y/n)."

Mayu mengangguk dan jalan lebih dulu. Tangannya membuka pintu kamar (y/n) dan meminta shinji membaringkannya diatas kasur. Shinji menunduk sedikit dan mengecup pelan dahi (y/n).

Teman sekamar (y/n) hanya bisa menatap (y/n) khawatir. Shinji langsung berjalan keluar kamar agar tidak menimbulkan gosip aneh nantinya.

"Sania-san, aku titip (y/n) padamu." ucap Shinji tepat sebelum dia keluar kamar. Sania mengangguk mengiyakan perintah Shinji.

.
.
.

.
.
.

T
B
C

.
.
.

.
.
.

San: tanya dung, kalian ditim mana? Noritoshi atau Shinji? 😗 Sifat Shinji itu 11 12 kayak akaashi 👀

.
.
.

.
.
.

See you next chapter 😓

30 Januari 2021

✔ ꒦ ͝  Aria (K.Noritoshi x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang