⨳ 06

2.2K 384 147
                                    

Siapa tadi yg minta ngegass nih cerita? ಥ⌣ಥ

.
.
.

Teriakan tertahan dari kasur sebelah tempat dia tidur membuat laki-laki itu mengernyitkan kening kesal. Matanya menatap perempuan yang meringkuk disudut ruangan dengan kedua tangan menutupi telinganya.

Matanya menatap keluar jendela, matahari sudah berganti bulan. Langit biru sudah berubah kelam. Noritoshi menggaruk pelan tengkuknya. Tangannya menghidupkan lampu untuk melihat siapa yang meringkuk dengan isakan kecil disudut kamarnya.

Matanya menatap rambut (h/c) yang berantakan. Kulit putih pualam yang dipenuhi lebam. Sekelebat ingatan memasuki otaknya. Noritoshi langsung menutup bibirnya panik. Matanya mengerjap bingung dengan keadaan yang terjadi.

Tangan Noritoshi terulur mencoba menyentuh bahu gadis-- bukan wanita itu. "(Y/n)... Aku..."

Plak.

Tangannya ditampar menjauh sebelum sempat menyentuh (y/n). "Ja--ngan mendekat..." lirih (y/n). Bibirnya pucat dan sudah tak lagi mengeluarkan darah.

Bibir Noritoshi kelu, gigi nya menggigit daging dalam pipinya. Dia baru saja menodai (y/n). Perempuan yang dia sangka murahan, baru saja dia jadikan pelampiasan. Memperlakukan perempuan itu dengan kasar dikali pertama dia berhubungan badan.

"(Y/n), a-aku berjanji akan bertanggungjawab," ucapnya ragu. Noritoshi tak berani menatap mata (e/c) sedikitpun.

Bibir pucat (y/n) bergetar, "tanggungjawab?" ucapnya skeptis. "Aku tidak butuh tanggungjawab, hanya kembalikan apa yang sudah kau renggut dariku!" pekiknya pelan diakhir kalimat.

Noritoshi menundukkan kepalanya, "aku... Tidak bisa, maafkan aku."

Manik mata (y/n) kembali meneteskan bulir beningnya, "jangan mendekatiku, bajingan."

Noritoshi terasa ditampar saat ini. Tubuhnya membeku mendengar ucapan (y/n). Tanpa menyadari perempuan itu sudah lebih dahulu keluar dari kamarnya setelah memakai yukatanya asal.

Langkah kaki (y/n) terseok-seok. Pangkal pahanya terasa menyakitkan setiap kali bergerak. Lututnya bergetar karena lelah tangannya menggeser pintu kamar ibunya.

Mayu mengerjap pelan melihat anaknya yang datang tengah malam dalam keadaan berantakan dan terlihat menangis.

"Okaa-san." lirih (y/n) memanggil ibunya.

Mata Mayu membulat dan langsung menangkap tubuh lunglai (y/n) kedalam pelukannya. Aroma khas yang aneh tercium dihidungnya. Membuat Mayu mengernyit mengenali aroma itu.

"(Y/n) kau...!"

Mayu menutup pintu kamarnya dan mendudukkan putrinya keatas futon miliknya.

Kedua tangan Mayu menangkup pipi (y/n) yang lebam, ibu jarinya mengusap sudut bibir (y/n) yang terluka, membuat putrinya mengernyit merasakan rasa sakit.

"(Y/n) siapa yang melakukan ini padamu, nak?" Mayu memandang (y/n) kasihan. Nasib putrinya sangat buruk, putrinya seolah ditimpa kesialan tepat sejak menginjakkan kakinya kekediaman Kamo.

(Y/n) terisak dan memeluk dirinya sendiri, "Okaa-san... Aku takut..."

Mayu memeluk putri satu-satunya itu, "tenanglah sayang, Okaa-san ada disini." tangannya mengusap rambut putrinya yang berantakan. Hatinya ikut perih merasakan apa yang menimpa (y/n). Delapan belas tahun dia menjaga (y/n) dari banyak tangan laki-laki diluar sana dan berharap (y/n) bisa terlindungi jika ada dikediaman Kamo, justru semuanya malah terbalik. (Y/n) kehilangan mahkotanya didalam tempat yang dia sangka aman.

Mayu merasa ingin mengubur dirinya sendiri karena gagal menjaga putri titipan suaminya.

(Y/n) mencengkram erat pakaian yang dikenakan Mayu. Bibirnya masih kebas dan bergetar pelan, tangannya semakin dan semakin mencengkram erat pakaian ibunya.

"Kamo... Noritoshi..." lirih (y/n) disela isakannya. "Dia yang melakukannya Okaa-san."

Mayu membulatkan mata sayunya. Tak menyangka laki-laki yang dia pikir baik hati ternyata bisa melakukan hal bejat kepada putri semata wayangnya.

Mayu mengusap pelan surai (y/n), "apa kau mau aku membalas perbuatannya untukmu?"

(Y/n) menggeleng, "tidak."

"Kenapa?"

"Karena dia... Orang yang berjodoh denganku Okaa-san."

Mayu meringis pelan, putrinya diperlakukan kasar oleh takdirnya sendiri. Mayu ingin berteriak bahwa putri kecilnya tak pantas diperlakukan seburuk itu.

"Okaa-san aku kotor."

Mayu menggelengkan kepalanya pelan, "Oh, sayangku, kau tetap putri kecilku meski kotor sekalipun," lirih Mayu meneteskan air matanya. "Malang nian nasibmu."

.
.
.

Noritoshi mengurung dirinya seharian dikamar. Memikirkan kembali bagaimana caranya agar bisa dimaafkan oleh (y/n). Dia kehilangan segalanya hanya karena menuruti emosi. Kepalanya mendadak berdenyut sakit. Matanya menatap telapak tangannya yang sudah berani menyakiti perempuan tak bersalah itu.

Api cemburu membakarnya sampai titik terdalam. Noritoshi menyesali perbuatannya yang sudah menodai (y/n). Tangannya mengguyar rambut depannya yang panjang. Tangannya melempar kain futon yang terkena darah perawan (y/n) kedalam lantai kamar mandi. Khawatir perbuatan bejatnya terendus oleh orang-orang dirumahnya.

Noritoshi berjongkok, frustasi dengan prilakunya sendiri. Mencebik kesal karena sepertinya perempuan itu akan benar-benar menjauhinya mulai sekarang.

Noritoshi kebingungan dengan dirinya sendiri. Dia menginginkan (y/n), tapi tak mau mengecewakan ibunya. Katakan Noritoshi maruk, ya dia menginginkan keduanya.

Noritoshi memakai pakaiannya dengan cepat, mencoba mencari keberadaan (y/n) sebelum dia menyebarkan kelakuan bejat Noritoshi kepada orang lain.

Matanya menatap punggung kecil yang ditutupi rambut yang hanya dijalin bagian atasnya saja. (Y/n) berdiri termenung disana.

Tangan Noritoshi menarik lengan (y/n) cepat dan membawa perempuan itu kesebalik tembok gara tidak terlihat oleh orang lain.

Ringisan pelan tak dia dapati sedikitpun. Mata sayu dengan bagian kantong mata menghitam membuat Noritoshi meringis pelan.

Tak ada perlawanan sedikitpun yang dikeluarkan oleh (y/n). Noritoshi menunduk menatap perempuan itu lekat-lekat.

"(Y/n)," panggilnya. Tak ada jawaban yang dia dengar, (y/n) seolah menjadi boneka mati. Noritoshi mengernyitkan hidungnya, "dengarkan aku."

Noritoshi menelan ludahnya susah payah karena teringat kejadian semalam. Tangannya hendak mencapai pipi pucat (y/n) tapi tak jadi. Tangannya kembali surut kesamping tubuhnya.

"Aku pasti akan bertanggungjawab," ucap Noritoshi pelan. "Tolong tunggu sebentar, aku menginginkan mu sebagai selirku."

(Y/n) menatap Noritoshi datar, bibirnya mengulas senyum tipis seolah mengejek Noritoshi, "maaf, aku mau kita memutuskan hubungan takdir ini, tuan."

.
.
.

.
.
.

.
.
.

T
B
C

.
.
.

.
.
.

San: banyak yang ngamuk sama si nori rumput laut🗿

.
.
.

.
.
.

See you next chapter 😫

5 Februari 2021

✔ ꒦ ͝  Aria (K.Noritoshi x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang