Anak-anak yang berlari dan bermain di taman menjadi pemandangan yang menyejukkan. Angin sejuk memasuki musim dingin membuatnya mengeratkan syal dan balutan kain penyangga bayinya.
Shirayuki terlihat sama menikmati angin dingin yang berhembus. Jarang-jarang anak itu diajak keluar dari kediaman Gojou bersama (y/n). Karena biasanya Gojou selalu membawa Shirayuki kabur dari (y/n) hanya untuk bermain-main.
"Kau menyukainya?"
Shirayuki tersenyum lebar dan mengeluarkan suara tawa khas anak-anak ketika mendengar suara (y/n). Jarinya menggapai rambut (y/n) dan menarik-nariknya pelan. Membuat (y/n) sedikit mengaduh kesakitan.
Dua pelayan Gojou, satu berjaga didekat (y/n), sedangkan satu lagi kini tengah membelikan makanan untuk ketiganya. Shirayuki tentu belum bisa diberi makanan cepat saji, gigi saja belum tumbuh bagaimana dia mau mengunyah.
(Y/n) menatap ke putrinya yang kini sibuk mengunyah rambutnya, "jangan dimakan sayang." ucap (y/n).
Seolah mengerti apa yang diucapkan (y/n), Shirayuki melepaskan kunyahannya dan beralih mengelus dan mencubit kecil wajah (y/n).
Keempatnya sudah bermain sejak jam delapan pagi, dan kini jarum jam ditangan (y/n) menunjukkan pukul dua, mereka harus makan siang agar tidak kelelahan.
(Y/n) mengusap pelan betisnya yang sedikit keram, Sayo yang menjaganya menatapnya dengan senyum tipis, "biar saya yang menggendong nona kecil, nyonya."
(Y/n) membalas senyuman Sayo, sedikit tidak enak hati karena Sayo padanya. Dia bukan nyonya mereka, tapi mereka memperlakukannya seolah-olah (y/n) adalah nyonya baru mereka.
"Terimakasih, Sayo-san."
Sayo berjalan pelan dan menggendong Shirayuki. Shirayuki terlihat tertawa pelan ketika Sayo mengayun-ayukan tubuhnya pelan ke udara.
Usia Sayo dan (y/n) hanya berjarak dua tahun, gadis muda itu sudah melayani keluarga Gojou sejak masih muda bersama kakak-kakaknya.
"(Y/n)...-san?"
Panggilan seseorang terdengar ke telinga (y/n). Mata (e/c)nya membulat menyadari siapa yang berdiri tak jauh darinya.
"Ke-kenapa anda bisa di sini?"
.
.
.(Y/n) duduk berdampingan dengan Mizuki, istri sah Noritoshi yang kini sedang mengandung. Matanya melirik ke arah perut buncit Mizuki yang sesekali Mizuki elus pelan.
"Aku tidak menyangka bisa bertemu denganmu disini," ucap Mizuki skeptis. (Y/n) menunduk menatap tanah, Sayo sudah pergi mengejar pelayan lain yang membelikan makanan untuk mereka tadi.
Shirayuki kini berada di dalam pelukan (y/n), wajah tidurnya terlihat damai seolah tidak terusik dengan suara berisik anak-anak yang bermain.
"Aku sudah mendengarnya dari ibumu." ujar Mizuki. "Awalnya aku tidak percaya Noritoshi-kun melakukan hal bejat seperti itu."
(Y/n) menghela nafas pelan, "Tuan Kamo sudah mempermainkan kita. Aku juga sudah ada hubungan apapun lagi dengannya, anda tidak perlu khawatir."
Mizuki menggeleng pelan, "tapi kau melahirkan keturunannya, ditambah kau itu takdirnya." Mizuki tersenyum miris. "Aku ingin kau kembali ke kediaman Kamo. Anakmu pasti membutuhkan orang tua yang lengkap--"
(Y/n) berdiri, "tidak," putus (y/n). "Aku tidak akan kembali ke kediaman itu. Hanya ada mimpi buruk kalau aku kembali ke sana."
Tangan Mizuki menghentikan (y/n). Jemarinya mencengkram lengan (y/n) erat, "kumohon, kalau kau pergi aku akan merasa bersalah sampai aku mati karena memisahkan seseorang yang berjodoh, (y/n)."
Mata Mizuki kentara memerah dan menahan tangis. (Y/n) merasa bersalah dan tidak enak hati, tapi dia tidak mau kembali ke kediaman itu.
"Aku tidak bisa," kata (y/n) melepaskan pegangan Mizuki.
Mizuki merogoh sakunya dan mengeluarkan ponsel miliknya yang terhubung pada panggilan keluar.
Mata (y/n) membelalak terkejut, "sejak kapan?!" pekiknya pelan.
"Sejak awal," jawab Mizuki. "Kumohon kembalilah. Noritoshi sangat kejam pada kami, (y/n)."
Clap clap.
"Kau pintar, Mizuki."
Suara berat dari belakang membuat (y/n) mengeratkan pelukannya pada Shirayuki. Matanya menatap horor Noritoshi bersama beberapa pelayannya yang berdiri dibelakang pria itu.
"Kau kabur cukup jauh juga ya," Noritoshi mengembangkan senyum tipis yang (y/n) artikan dirinya berada didalam bahaya besar sekarang.
Beberapa pelayan Noritoshi memegangi tubuh (y/n) dan mengambil Shirayuki dari tangannya.
"Kembalikan!" jerit (y/n) yang ditahan beberapa orang.
Noritoshi mengendong Shirayuki yang mulai bergerak tidak nyaman dan terbangun. Mata Shirayuki mengerjap mendapati orang asing yang menggendongnya.
"Siapa namanya?" tanya Noritoshi.
"Tak akan aku beritahu! Kembalikan!"
Mizuki sudah pergi memasuki mobil dan duduk menunduk meremas jarinya di atas paha. (Y/n) bisa lihat bahu Mizuki yang gemetar ketakutan setiap kali mendengar jeritan (y/n).
Tubuh (y/n) dipaksa masuk kedalam mobil. Noritoshi duduk didepannya dengan Shirayuki yang merengek di pelukannya.
Tangan kanan dan kiri (y/n) ditahan oleh pelayan Noritoshi agar tidak bisa menyerang Noritoshi yang sibuk menenangkan Shirayuki.
"Kau bajingan!"
Noritoshi menatap (y/n) datar, "dan kau seorang wanita yang memisahkan anak dari ayahnya."
"Kau tak pantas jadi ayahnya," ujar (y/n) tajam.
Mata Noritoshi terbuka dan menatap (y/n) dingin. Noritoshi memberikan Shirayuki pada Mizuki, "pegang anak ini."
Noritoshi maju dan mencengkram keras dagu (y/n). (Y/n) bisa merasakan kuku-kuku jari Noritoshi yang menancap masuk kedalam daging. "Ada darahku didalam tubuhnya. Jangan berpikir kau bisa membawanya jauh dariku, (y/n)."
Noritoshi melepas cengkeramannya saat tahu (y/n) tak lagi menaruh rasa takut atau hormat padanya. "Sepertinya akan sangat menyenangkan membuatmu tunduk seperti dulu lagi," ucap Noritoshi tersenyum tipis.
.
.
..
.
..
.
.T
B
C.
.
..
.
..
.
.San: yiks, aku bikin ini sambil nge zoom 🚶🏻♀💨
.
.
..
.
.See you next chapter 🏃🏻♀💨
8 Maret 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ ꒦ ͝ Aria (K.Noritoshi x Reader)
FanfictionMate Project by San_21_Arts . . . Hubungan sebatas tuan dan pelayan, membuat keduanya yang terhubung sebagai takdir tak kuasa menentang aturan yang telah ada. "Kita mungkin berjodoh, tapi orang-orang tidak akan menyukai itu." "Saya tahu, saya undur...