⨳ 14

1.9K 420 63
                                    

Duduk diengawa, manik (e/c) (y/n) memandang tajam Noritoshi yang sibuk membaca dokumen yang jelas tak ingin dan tak akan (y/n) pedulikan.

"Sebenarnya untuk apa anda memanggil saya kesini, tuan Kamo." tanya (y/n) kesal.

Laki-laki itu seenaknya saja memanggilnya dan sekarang malah didiamkan begitu saja. (Y/n) menghela nafas dan memilih menyenderkan punggung ke tembok.

"Tanda tangani ini," ucap Noritoshi menyerahkan beberapa kertas kedepan (y/n).

Alis (y/n) bertautan, tangannya mengambil kertas-kertas itu dan membacanya teliti. "Apa ini?"

"Surat nikah siri," jawab Noritoshi.

"Kau gila!"

Noritoshi mengembangkan senyumnya, "sudah sejauh ini dan kau masih menolak?"

"Aku tidak sudi menikahi suami orang lain!"

(Y/n) memilih berjalan keluar dari engawa kamar Noritoshi. Otaknya muak mendengar ocehan Noritoshi yang menurutnya sangat tidak beradab bagi orang dengan pengaruh besar sepertinya.

"Ibumu." Suara Noritoshi menghentikan langkah kaki (y/n).

Mata (y/n) semakin memandang Noritoshi tajam, "jangan menyentuh ibuku, bajingan."

Noritoshi menarik pelan tangan (y/n) keluar dari kamar. Membawanya jauh kebelakang rumah, lebih tepatnya tempat terbengkalai dikediaman Kamo.

"Lepas!" pinta (y/n).

Noritoshi melepaskan cekalannya dan membuka celah jendela kecil didekat pintu. Tangan Noritoshi mempersilahkan (y/n) untuk melihat apa yang ada didalamnya.

Manik (y/n) membulat melihat ibunya yang berada didalam ruangan itu, "Okaa-san!"

Teriakan (y/n) membuat ibunya, Mayu menatapnya senang sekaligus sedih. Tangan (y/n) menarik kerah baju Noritoshi kencang, "sialan! Kau membawa ibuku dalam masalah kita berdua!"

Noritoshi melambaikan pelan tangannya, "mulutmu mendadak kasar sejak keluar dari sini. Siapa yang mengajarimu mengumpat?"

(Y/n) diam dan tak mau menjawab ucapan Noritoshi. Noritoshi mengambil tangan (y/n) dan menyerahkan dokumen nikah siri.

"Tanda tangani dan kau dapatkan kembali ibumu."

.
.
.

Sepeninggalan Noritoshi, (y/n) memilih duduk menunduk menatap lantai kamar lamanya. Matanya sendu menatap dokumen yang diberikan Noritoshi.

Tangan (y/n) merogoh saku baju dan mengeluarkan tanda keluarga Gojou. Bibirnya tersenyum tipis, matanya perlahan memanas, "maaf," ucapnya pelan. "Aku tidak bisa kehilangan ibuku, Gojou-san."

Air mata menetes menuruni pipinya. Bibirnya tersenyum miris, "maaf... Maaf... Hikss..." (y/n) meletakkan tanda keluarga Gojou diatas nakas.

Tangannya mengambil pena dan menggenggamnya erat. Mata (y/n) memandang tajam kedepan, hatinya tak lagi boleh goyah.

Pena menggores kertas dan menuliskan beberapa persyaratan pernikahan siri lalu membawanya ketempat satu-satunya Noritoshi berada. Ruang kerja kepala keluarga Kamo.

Mata (y/n) sembab menatap Noritoshi yang tersenyum dibelakang mejanya.

"Satu, anak yang lahir dariku terlarang untuk kau dekati dan kau sentuh." ucap (y/n) tiba-tiba.

Noritoshi menautkan alisnya tidak mengerti keadaan saat ini.

"Dua, kau tidak punya hak untuk menamai anak-anak yang aku lahirkan nantinya, tak ada nama Kamo dibelakang nama anakku, hanya ada nama keluargaku. Ketiga, mengenai hubungan suami istri, kita hanya akan berhubungan satu kali satu bulan," (y/n) berujar lantang dihadapan Noritoshi, tak mempedulikan air matanya kembali menetes. "Itu syarat pernikahan yang aku ajukan."

Noritoshi memangku kepalanya diatas meja, "sampai saat inipun kau tetap keras kepala, ya?" bibirnya mengulas senyum lebar, tangannya menerima dokumen nikah siri dari tangan (y/n). "Boleh saja, aku setuju dengan syaratmu asal kau tetap berada disekitarku, dikediaman ini."

Noritoshi menandatangi surat itu dan menatap (y/n), "kau mau pernikahan kita dirayakan seperti apa?"

"Tidak ada perayaan." jawab (y/n) keluar dari ruangan Noritoshi.

Matanya memandang wanita dengan perut besar yang sesekali meringis dengan tangan didepan mulutnya. Mata (y/n) bergetar pelan merasa bersalah menjadi duri diantara Mizuki dan Noritoshi.

"Maaf," lirih (y/n) pelan.

Mizuki tampak enggak dan memilih memilin ujung lengan bajunya. "Semoga kita bisa akrab, saudari."

(Y/n) menggigit bibirnya keras dan berbalik, tak sanggup menatap manik mata Mizuki yang berkaca-kaca dan siap untuk tumpah kapan saja.

Langkah kaki (y/n) terasa berat diperjalanan menuju ruangan ibunya dikurung. Detak jantungnya menggila setiap kali berhadapan dengan laki-laki itu. Laki-laki itu, Noritoshi benar-benar berhasil mengekang kebebasannya.

Tangan Mayu terulur dari sela-sela jendela. Tangan kurus dan keriput ibunya mengusap pelan pipi (y/n). Mayu tahu, putrinya itu baru saja kehilangan hal yang sangat dia cintai.

"Nak," panggil Mayu.

Tangan (y/n) meremas pelan jemari Mayu, "Okaa-san... Maafkan aku jadi seorang perusak rumah tangga orang lain."

.
.
.

(Y/n) duduk bersama ibunya yang kini tengah diobati. Mayu sakit, demam yang dia derita semakin menjadi karena diletakkan diruangan tanpa penghangat disaat musim dingin yang mulai mengakar negeri sakura.

Tangan (y/n) mengusap kening ibunya. (Y/n) hanya memiliki Mayu dan Shirayuki di dunia ini.

"(Y/n)," panggil Mayu pelan. Wanita itu tersenyum tipis dan mengusap pipi (y/n) pelan. "Apa kau tidak apa-apa dengan keputusan mu itu?"

(Y/n) menggeleng pelan, "kalau laripun aku tidak tahu harus kemana."

Mayu mengerutkan keningnya pelan, "bagaimana dengan kerabat jauh kita? Kau sudah menemukan mereka?"

(Y/n) mengangguk, "ya, aku sudah menemukan nya."

"Apa mereka... Tidak bisa menolong kita?"

(Y/n) memalingkan pandangannya dari Mayu, "aku tidak bisa melibatkan Gojou-san dihubungan menjijikkan antara aku dengan Kamo Noritoshi, Okaa-san."

Mayu tersenyum miris, "kau benar. Dan sekali lagi kita hanya bisa mengandalkan diri masing-masing."

.
.
.

.
.
.

.
.
.

.
.
.

T
B
C

.
.
.

.
.
.

.
.
.

San: udah berapa lama gak aku up ini? 🤣🤣 ini buku berasa jadi anak tiri astaga 🏃🏻‍♀💨💨

.
.
.

.
.
.

.
.
.

See you next chapter 🏃🏻‍♀💨💨💨

28 Maret 2021

✔ ꒦ ͝  Aria (K.Noritoshi x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang