Tanpa menyandang nama belakang Kamo, (y/n) bersama ibu dan putrinya hanyalah orang asing yang menumpang tinggal dikediaman Kamo.
Jemari halus mengusap pelan tangan ringkih yang mulai ditutupi keriput. Usia senja menjadi sangat berat bagi ibu dan anak itu sekarang.
"Okaa-san minum dulu obatmu."
Mayu tersenyum tipis melihat putri semata wayangnya yang terlihat khawatir meski menampakkan rawut wajah datar. Manik (e/c) putrinya fokus membaca susunan kata dalam dokumen nikah siri miliknya.
"Nak," panggil Mayu pelan. "Seseorang menunggumu."
(Y/n) menatap ibunya yang melirik kegerbang kediaman utama yang menyambung ketempat dia dan ibunya beserta Shirayuki diletakkan terpisah dari kediaman utama.
Disana, berdiri seorang wanita yang dibantu beberapa pelayan hanya untuk berdiri. Lambaian tangan wanita itu terlihat sangat lemah, senyum yang ditampilkan pun tak secerah senyumannya dulu.
"Sania, bawa okaa-san dan Shirayuki kedalam." ucap (y/n) meletakkan dokumennya keatas meja.
Temannya yang dulu seprofesi sebagai pelayan kediaman Kamo mengangguk dan mendorong kereta bayi berisi Shirayuki bersamaan menuntun Mayu kedalam rumah kecil yang disediakan Noritoshi.
Langkah kaki ibu hamil itu terlihat berat, "perlu aku bantu? Aku bisa menggendongmu dengan mudah, Mizuki-san."
Gelengan pelan didapati (y/n), perempuan itu hanya bisa menghela nafas menunggu Mizuki duduk dikursi tempat ibunya duduk tadi.
Pelayan Mizuki sesekali meliriknya yang tengah menuangkan teh kedalam cangkir baru yang bersih.
"Aku harap kau tidak keberatan aku hanya bisa menyajikan teh murah padamu," lirih (y/n).
Mizuki tersenyum dan menggeleng pelan, "tidak apa-apa, aku suka semua teh kok."
Wanita itu masih tetap menyisipkan nada ceria didalam suaranya meski yang ada tepat didepannya kini adalah istri kedua suaminya sendiri.
Mizuki menatap dokumen pernikahan yang ada diatas meja, "itu..."
"Kau tahu pasti itu kan."
Mizuki mengangguk pelan, "ya, aku tahu." Matanya menatap balik mata (e/c) yang membuang pandangan kehalaman kecil rumah. "Aku juga sudah dengar kau mengajukan beberapa persyaratan nikah. Tapi aku tidak mengerti kenapa kau mengajukan syarat-syarat yang jelas merugikanmu itu."
Gerakan tangan (y/n) terhenti diudara, "rugi? Hanya untuk sekarang. Noritoshi-san akan jauh lebih merugi nantinya."
Mizuki tersenyum skeptis, "orang seegois dia itu... Bagaimana caranya kau membuatnya rugi?"
(Y/n) mengangkat bahunya ringan, "kita lihat saja, ngomong-ngomong apa yang ingin kau sampaikan sampai-sampai datang kesini?"
Mizuki meraih tangan (y/n) yang ada diatas meja dan meremasnya sedikit, "aku ingin kau menjadi ibu kedua anakku."
Kening (y/n) mengernyit, "itu tidak bisa. Aku hanya sebatas berhubungan siri saja dengan kepala keluarga Kamo, bagaimana bisa aku jadi ibu anak itu nantinya?" tunjuk (y/n) kearah perut Mizuki menggunakan dagu.
Mizuki mengangkat tangannya dan meminta pelayan menjauh karena ingin berbicara empat mata dengan (y/n), "aku mohon, aku hanya bisa percaya padamu. Aku merasa sedikit tidak enak memintamu begini sebenarnya, tapi aku jelas tidak bisa membiarkan pelayan-pelayan Noritoshi menyentuh anakku nantinya."
Penjelasan Mizuki terdengar aneh ditelinga (y/n), "kenapa kau tidak bisa membiarkan pelayan Noritoshi merawat anakmu?"
Mizuki mengangkat bahunya, "ini hanya firasat, tapi tatapan mereka sangat menakutkan kearahku. Mereka tahu yang seharusnya menjadi nyonya dikediaman ini adalah kau, jadi mereka mulai menatapku sebagai... Sesuatu yang merepotkan dan tidak perlu dilayani dengan baik meski statusku istri sah."
Mizuki menunduk, "aku mohon, kalau itu kau aku tidak akan khawatir dengan keselamatan anakku."
(Y/n) mengusap keningnya yang berdenyut pelan, belum habis masalah Noritoshi, kini Mizuki malah memintanya melakukan hal berat.
"Kenapa kau sekhawatir itu? Kau tidak akan matikan?" tanya (y/n) terkekeh pelan.
"Aku akan mati, sudah divonis dokter karena panggul yang sempit, aku akan mati kalau gagal melahirkan."
.
.
.Hela nafas keluar dari bibir pucat (y/n). Setelah percakapan ditambah perdebatan panjang antara dia dan Mizuki yang tidak mau melahirkan secara cesar kini Noritoshi dengan tidak merasa bersalahnya mengirim beberapa hadiah pernikahan ketempatnya.
Laki-laki itu tebal muka rupanya.
Ada banyak yukata dan kimono juga beberapa baju biasa yang dikirimkan oleh beberapa orang ketempat dia tinggal. Tak tanggung-tanggung, ibunya pun ikut menghantarkan hadiah-hadiah itu. Ada juga beberapa mainan untuk bayi, yang jelas kepada siapa Noritoshi tujukan itu.
(Y/n) memijit pelan dadanya agar bisa mengeluarkan asi. Shirayuki terlihat memainkan rambut panjangnya. Membuat (y/n) sedikit mengaduh karena bayi itu menarik-narik rambutnya kasar.
Hari ini dia sah menjadi istri siri seorang Kamo Noritoshi dan hari ini juga dia menjadi calon ibu kedua anaknya Mizuki.
"Merepotkan sekali."
.
.
."Mizuki-san sudah dibawa kerumah sakit?" tanya (y/n) pada laki-laki yang menjadi suaminya.
Noritoshi menghentikan tangannya mencoret kertas dan menatap (y/n), "sudah. Dia akan melahirkan paling cepat nanti malam karena air ketubannya sudah pecah."
"Sudah pecah? Kenapa kau baru mengatakannya sekarang?" tanya (y/n) sekali lagi. "Kau tidak kesana untuk menemaninya hm? Istri sahmu sedang berjuang melahirkan anak kalian tahu."
Noritoshi terlihat tidak peduli dan hanya mengangkat bahunya pelan, "ada banyak pengawal dan pelayan disana. Lagipula aku butuh kau disini untuk menenangkanku."
(Y/n) menghembuskan nafas pelan, "memangnya kau itu hewan buas apa sampai harus ditenangkan?" bisik ya pelan.
"Kau bilang sesuatu?"
Kepala (y/n) menggeleng, "tidak." kakinya turun dan berjalan keluar kamar Noritoshi. "Sudah cukupkan? Aku pulang dulu."
Dia benar-benar menjadi wanita panggilan milik Noritoshi sekarang. Hidupnya sial sekali. "Yah, ayo kita tunggu penyesalanmu, Noritoshi-san."
.
.
..
.
..
.
.T
B
C.
.
..
.
..
.
.San: buka pertama sama si rumput laut 🗿👌🏻
.
.
..
.
..
.
.See you next chapter 🗿👌🏻
13 April 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ ꒦ ͝ Aria (K.Noritoshi x Reader)
FanficMate Project by San_21_Arts . . . Hubungan sebatas tuan dan pelayan, membuat keduanya yang terhubung sebagai takdir tak kuasa menentang aturan yang telah ada. "Kita mungkin berjodoh, tapi orang-orang tidak akan menyukai itu." "Saya tahu, saya undur...