⨳ 07

2K 370 136
                                    

Pemutusan takdir, dalam hal ini ada dua kondisi yang memenuhi syarat untuk bisa mengajukan pemutusan takdir. Pertama secara alamiah, dengan kata lain salah satu dari pasangan sudah menemui ajalnya lebih dahulu. Dan yang kedua, perselingkuhan.

Didalam kondisi (y/n), (y/n) berhak mengajukan pemutusan takdir terhadap Noritoshi karena sudah berselingkuh secara terang-terangan dengan wanita lain dan melakukan pelecehan juga tuduhan tak berdasar.

Noritoshi mencengkram erat rambut disisi kepalanya. Membaca buku berisi hal-hal mengenai pemutusan benang merah benar-benar membuat kepalanya dilanda rasa sakit.

Dadanya terasa sesak mengingat ucapan yang dilontarkan (y/n) beberapa hari lalu. Takut seandainya (y/n) tak menarik kata-katanya maka, begitu (y/n) memutus hubungan keduanya dengan alasan kedua, (y/n) memiliki hak untuk memilih takdir barunya yang dia anggap layak.

Noritoshi melempar buku yang dia pegang kelantai. Mengabaikan kertas yang tersebar.

Tok tok tok.

Pintu ruangannya diketuk. Seorang pelayan perempuan datang menyampaikan kedatangan ibunya.

Melihat kedatangan ibunya, Noritoshi sontak berdiri dan mencoba merapikan pakaian dan rambutnya yang berantakan.

Tubuhnya membungkuk sedikit kearah ibunya dan menyambut wanita itu dengan senyuman tipis.

Ibunya menatap keselekeliling ruangan kerjanya. Dahi wanita itu sedikit berkerut melihat kertas yang tersebar dilantai.

"Kenapa bisa seberantakan ini?" tanya wanita itu pelan. Matanya menatap Noritoshi bertanya, "apa pelayan tidak merapikan ruanganmu?"

Noritoshi menatap ibunya, merasa kalau ini sebagai kesempatan untuk membahas masalah pemutusan hubungannya dengan (y/n).

Noritoshi menarik ibunya pelan menuju meja tempat pelayan biasa menyediakan kudapan untuk dia makan.

"Ibu," panggilnya pelan. "Aku ingin bertanya sesuatu padamu."

Wanita itu mengerutkan keningnya karena tidak biasanya Noritoshi bersikap seperti ini, terlihat seperti seseorang yang gelisah. "Bertanya apa?"

Noritoshi dan ibunya duduk dibatasi oleh meja kecil, "sebelum itu aku harus memanggil pelayan untuk membersihkan ruanganmu yang berantakan ini."

Noritoshi terbatuk kecil mendapatkan kesempatan tambahan baginya, "ah iya, panggil saja putrinya Mayu untuk membersihkan kertas-kertas ini, bu."

Wanita itu semakin mengerutkan keningnya, "kenapa harus putrinya Mayu? Ada banyak pelayan disini, lagipula bukannya kau sendiri yang meminta agar dia tidak berkerja didekatmu?"

Mendengar ucapan ibunya, Noritoshi memutar otak, "tidak, aku rasa putri Mayu sedang tidak ada kerjaan saat ini. Tadi sekilas aku lihat dia hanya bersantai ditaman." jelas Noritoshi.

Ibunya hanya bisa memiringkan kepala, sedikit asing dengan sikap Noritoshi, "baiklah." putus wanita itu lalu memanggil pelayan agar bisa memanggil (y/n), putrinya Mayu untuk membereskan ruangan Noritoshi.

Pelayan itu pergi dan kembali bersama (y/n) dibelakangnya. (Y/n) menunduk sedikit dan menghiraukan keberadaan Noritoshi yang menatapnya terang-terangan.

Rambut (y/n) dijalin dan dibiarkan menutupi punggung dan tengkuknya. Noritoshi bisa melihat, perempuan itu berusaha menutupi lebam yang ada dilehernya dengan menggunakan kerah tinggi.

(Y/n) menunduk dan mulai membereskan satu persatu kertas yang berserakan dilantai. Noritoshi kembali menatap ibunya, "ibu," panggilnya. "Apa kau tahu caranya membatalkan pemutusan takdir?"

✔ ꒦ ͝  Aria (K.Noritoshi x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang