—12-5-20xx
Dengan langkah malas, pemuda marga Min itu menenteng satu keranjang penuh berisi pakaian menuju ke arah depan, dimana sedan hitam miliknya terparkir elok. Jika bukan karena pesan sang ibu yang memintanya untuk menghantarkan pakaian-pakaian menjijikan ini ke laundry maka Yoongi sudah ada di atas belahan jiwanya a.k.a kasur.
Awalnya, pemuda pucat itu mau mengabaikan dan akan meminta bibi di rumahnya melakukan pekerjaan melelahkan ini namun, ibunya terlanjur memberikan tatapan galak.
"Mana ada seorang CEO pergi ke laundry" gerutunya sedari tadi
Tapi disinilah Yoongi, dengan hoodie hitam dan celana jeans senada ditambah masker dan hat bucket hitam--hampir menutupi wajahnya--terlihat tidak ada ciri-ciri seorang CEO sedikit pun, malas-malasan mengendarai sedan hitam kebanggaan nya.
Suhu diluar memang terlihat normal, banyak yang mengendarai sepeda untuk memulai aktivitas pagi ini. Iri sekali pada orang-orang produktif itu, dirinya juga mau namun Yoongi terlanjur malas dan memutuskan membawa kendaraan saja.Memutar stir dengan lihai, dia mulai memasuki area yang serasa asing ini—hanya ibunya dan bibi di rumahnya yang pernah kesini. Yoongi lebih baik menghabiskan waktu di ruang kerjanya atau bergelung selimut di atas kasur. Sedikit mencondongkan badan nya kedepan untuk melihat lebih jelas ke arah jalanan.
Mata itu terfokus pada salah satu bangunan yang serasa ia kenal. Memperlambat sedan itu sebentar, dirasa ini adalah tempat tujuannya, maka Yoongi mulai memarkirkan mobil dengan tertib.
Keluar dengan menenteng satu keranjang penuh. Yoongi berusaha mendorong pintu besi itu dengan lengan dan langsung disambut oleh aroma pelembut pakaian yang ia kenal. Memperlihatkan ada beberapa orang di dalam sana—kebanyakan sih wanita—yang seketika menengok saat mendengar bell pintu tanda terbuka.
Yoongi bedehem canggung lalu memilih mesin cuci yang terdeka. Memasukan seluruh baju di keranjang yang ia bawa dengan gesit. Sesekali melirik arloji mahal yang menandakan ia harus cepat kembali kerumah melanjutkan sesi pacaran dengan berkas-berkas busuk di ruang kerja.
"Lalu, apa?"
Yang jadi masalah, Yoongi tidak tau kerja tombol-tombol di hadapannya. Sedikit mengumpati benda itu lalu mulai mengeluarkan ponsel berjuta-juta won dari kantung hoodie lantas tenggelam begitu saja mencari tau bagaimana kerja tombol yang menempel pada mesin kotak sialan ini.
Tanpa di sadari, di laundry tersebut ada pekerja yang siap sedia membantu kapan saja, nyatanya Yoongi memang bodoh. "Ada yang bisa saya bantu?"
Terdengar sapaan halus menganggu pendengarannya, sebenarnya enggan mendongak karena ia tak suka di ganggu tapi suara tersebut terdengar sedikit familiar.
"Eum" pria di hadapannya terlihat melipat bibir kedalam; menandakan seperti cemas akan sesuatu "S-Saya seorang pekerja disini, saya bisa membantu anda" ada rasa keraguan di wajah Yoongi namun setelah pria di depannya menyunggingkan senyum yang ia kenal Yoongi melebarkan matanya.
"Costumer Service dikantor?"
Wajah itu mirip seseorang dan senyum itu adalah senyum yang biasa menyapanya saat ia datang ke kantor, lantas melirik name-tag yang terjepit di seragam pemuda tersebut. Tebakannya benar. Jeon Jungkook, Customer Service.
Yoongi bedehem mengelus leher putih nya lantas mengambil langkah mundur dan melihat pria itu tersenyum dan mendekat ke arah mesin cuci. Dengan lihai jari lentiknya menari di tombol-tombol yang tidak ia mengerti. Tanpa sadar seseorang yang mengaku CEO itu memerhatikan Jungkook dengan cermat, pemuda itu terlihat sibuk merapikan sebagian pakaian yang berantakan agar tidak ada yang tersangkut ke dalam mesin cuci. Dan sialnya pintu mesin cuci tersebut ada di bawah. "Ya tuhan, ini masih pagi" lirih Yoongi kecil.
Disana kesabaran Yoongi benar-benar di uji, bokong itu, paha itu. Astaga. Dirinya menggeleng ribut.
Yoongi mencoba fokus dengan mengalihkan pandangan nya ke arah langit-langit. Melirik dengan ujung matanya bahwa pemuda di depan nya itu mulai berbalik untuk menanyakan pelembut pakaian mana yang yoongi suka.
"Pakai yang paling bagus" dengan suara berat nya, Yoongi berbicara.
Mendengar itu Jungkook merasa sedikit aneh karena mendengar nada berat yang sangat familiar di telinganya. Namun ia acuh dan mempercepat pekerjaan nya karena ini sudah waktu ia menuju ke kantor melanjutkan pekerjaan tetapnya.
30 menit berlalu, semuanya selesai. Yoongi juga sudah membayar. Namun dirinya masih di penuhi oleh salah satu Customer Service di kantornya, terlebih lagi bekerja paruh waktu disini. Yoongi berfikir apa dia kurang memberi gaji? Apa dua juta sekian won itu sedikit?
Didalam mobil ia melirik ke arah pintu yang terbuka menampilkan Jungkook memakai sweater pink pastel dan celana putih berlari menuju ke arah utara, sama seperti tujuan nya
Tunggu?
BERLARI???
Yoongi segera membuka ponselnya dan mencari maps ke arah kantor.
Mengendikan bahunya lalu tersenyum kecil, dia mulai menjalankan sedannya melesat ke arah utara.
"Dia akan berjalan jauh sekali"
"Menarik"
[]
© Savvierre
KAMU SEDANG MEMBACA
Rooftop
Romance"Maaf Sir Yoongi, saya benar benar tidak sengaja" pemuda manis itu menunduk tiga puluh derajat, meringis pelan saat melihat hoodie putih tulang itu berisi noda merah fanta yang mencolok "Ikut aku" ---------------- "So?" Yoongi masih tetap dengan w...