03

615 74 10
                                    



Jungkook masuk dengan perlahan, berbekalkan keberanian serta jantung yang sangat berisik, akhirnya ia memutuskan masuk ke dalam ruangan bertema monokrom tersebut. Tadi sempat aju cekcok dengan Jihoon. Dirinya sudah menyangkal dengan berbagai alasan agar si sekretaris saja yang memberikan titipan ini namun, Jihoon diminta langsung oleh Yoongi agar biar Jungkook saja yang masuk. Ribet memang.

Melihat sang Direktur sedang memunggunginya seketika ia melipat bibir cemas tapi kembali lagi dengan kenyataan Direktur itu tidak tau ia siapa dan hanya berstatus sebagai pekerja di divisi customer service, tidak seharusnya ia seperti ini.

Jungkook menghela nafas dengan perlahan lalu sedikit menenangkan dirinya yang masih ada di depan pintu, sangat takut jika mendekat dan mengusik sang direktur.

"Permisi Sir Yoongi" nadanya bergetar, jarak saat ini hanya beberapa meter dari Yoongi tapi ia sudah bisa mencium aroma mint yang mengguar sejak tadi

ya tuhan, aku bahkan tidak bisa merasakan kakiku. Melihat kursi hitam kebanggaan itu berputar dengan slow motion. "Saya membawakan titipan Sir yoongi dari Miss hwasa. Miss hwasa tengah sibuk menghabiskan makan siang di restorant lantai dua puluh tiga"

Saat melihat wajah Direktur Utama, dengan cepat ia mengatakan dua kalimat itu dengan wajah yang setia menunduk karena takut. Walau direktur dingin itu sibuk dengan berkas nya tapi aura dari manusia kutub itu sangat mengguar.

"Dilantai tidak ada apa apa, lihat aku."

Jujur kaget tapi ia tidak bisa apa-apa selain patuh seperti anak anjing dengan tuan nya. Entah harus mengatakan apa tapi jantung nya sekarang sangat berisik hanya bisa berharap agar Direktur yang sedang mengunci tatapan ini tidak mendengar kericuhan jantung nya. Jungkook mulai melepas tatapan camggung ini, terdengar tidak sopan tapi perutnya mulas seperti ada kupu-kupu berterbangan.

Yoongi berdiri lalu pergi ke arah meja lipat di ujung ruangan, meja itu jika di tarik maka akan memperlihatkan dua kursi kecil bersebelahan dengan satu meja lebar. Sedangkan Jungkook hanya menonton apa yang Yoongi lakukan "Kemari" maka Jungkook akan patuh

Dia berdiri di depan meja yang sudah terpasang cantik lantas meletakkan paperbagnya dan menunggu yoongi  membawa laptop serta berkas di tangan ke arah meja, ia melihat Jungkook yang masih tidak bergeming. "Saya letakkan d-disini sir, saya ijin pamit—"


"Duduk"



Apa katanya?




Yoongi terlihat sudah duduk di salah satu kursi, ia sangat sibuk dengan laptop di depan nya "Duduk, Jungkook" darahnya berdesir saat Yoongi mengatakan itu.

Lagi-lagi Jungkook patuh seperti robot yang sudah di setting otomatis. Dia duduk di sebelah kanan Yoongi, sangat bersyukur saat melihat kursi kecil itu memiliki jarak yang cukup jauh.

Jantung nya terdengar sangat berisik, ingin sekali menghentikan detakan cepat itu, tapi meninggal dong.

Sunyi menyapa keduanya dengan mesra. Yoongi yang sibuk dengan berkas dan laptopnya serta Jungkook yang terdiam mendengarkan suara balikan kertas dan ketikan keyboard milik Yoongi. Makanan juga sudah di hadapan sang Direktur, tinggal tuangkan lalu sumpit dan ngap maka perut Yoongi akan kenyang tapi itu bahkan belum di sentuh sama sekali.

Keduanya seakan tenggelam dalam suasana hening.

"Aku melihat kalian terlambat pagi tadi"

Jungkook berjengkit kaget; oleh Yoongi yang akhirnya bersuara dan ia ketahuan terlambat, ralat bukan ia saja namun teman-teman nya juga. Dirinya menunduk, takut dengan suara Direktur yang sangat datar. Terdengar helaan nafas lelah dari manusia di sampingnya

Rooftop Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang