4

18.5K 2.6K 100
                                    

Ten berdiri didekat Haechan, ia memperhatikan seseorang yang menurutnya tidak asing. Ten berusaha mengingat siapa orang ini, dimana mereka pernah bertemu?! Tapi otaknya tidak bisa di ajak kerjasama. Ten tidak bisa mengingatnya sama sekali.

"Kau boleh melakukan apa yang kau inginkan, aku akan ke sana sebentar." Suara Mark terdengar jelas walau musik disco lebih keras. Pria itu menunjuk lantai dansa setelah berujar dia pergi. Mark ingin melihat Haechan dari jauh, apa yang akan pemuda itu lakukan jika ia tidak ada disekelilingnya?

Ten menghampiri setelah Haechan di tinggalkan. Ten duduk di kursi kosong samping Haechan, menuangkan bir kedalam gelas kaca yang ia letakan di atas meja bar lalu menyodorkan benda bening berisi cairan itu pada Adiknya. "Dia yang kau maksud?" Haechan mengangguk dan menerima gelas yang Ten berikan. "Jadi bagaimana? Aku sudah meminta tolong Johnny, jika kau bersedia kau bisa pergi sekarang." Ten berujar membujuk. "Kau akan pergi kan?" Oh Haechan harus tau bagaimana perjuangannya membujuk Johnny.

"Tidak bisa." Haechan menenggak minumannya lalu meletakan gelasnya di atas meja bar.

"Haah, baiklah. Aku tidak akan memaksamu, tapi jika kau memerlukan sesuatu kau bisa beritahu aku." Ten tersenyum lalu kembali menuangkan Alkohol kedalam gelas Haechan.

"Mm." Haechan bergumam dengan kepala mengangguk. Ia melirik ke lantai dansa, mencari keberadaan tuannya yang tidak bisa Haechan temukan. Haruskah Haechan mencarinya?

"Lalu bagaimana dengan sekolahmu?" Tanya Ten mengganti topik. Haechan itu type orang yang tidak di tanya tidak bersuara, dan untungnya Ten itu orang yang cerewet.

"Aku sudah lulus." Jawab Haechan singkat, wajahnya sangat polos, membuat pertanyaan Ten terdengar bodoh.

"Astaga." Ten mendesah, jika lulus SHS Ten juga tau. Ia datang!! Baiklah tidak perlu di bahas. "Maksudku, kau tidak berniat melanjutkan sekolahmu?"

Sekolah?

Haechan tidak tau. Haechan tidak berpikir untuk melanjutkan sekolahnya, orang tuanya juga tidak membahas soal kuliah, dan tidak ada yang menyuruhnya kuliah. "Tidak tau, Ibu ataupun Ayah tidak pernah membahas itu, mereka tidak menyuruhku untuk kuliah."

Ten menganggukkan kepalanya, mengenal Haechan selama tiga tahun membuat Ten mengenal Haechan dengan baik. Semua pergerakan Haechan itu di kontrol- sikapnya, caranya bicara, dan pakaiannya. "Aku akan ke kamar mandi sebentar." Ten tersenyum, menepuk pundak Haechan pelan, lalu pergi dari sana.

Haechan mengedipkan matanya beberapa kali, merasa kepalanya sedikit aneh. Seperti berputar dan semua yang ia lihat jadi berbayang.

Haechan bukan seorang peminum. Semua pergerakannya di batasi, ini juga menjadi salah satu faktor kenapa Haechan tidak pernah menyentuh alkohol. Dan hari ini tanpa berpikir dua kali Haechan menenggak minuman yang Ten berikan.

Haechan menyandarkan kepalanya pada meja bar, gelas yang sebelumnya ia pegang, Haechan letakan di sisi kanan kepalanya.

*

Mark memperhatikan dari lantai atas. Percuma saja Mark mengajak Haechan ketempat seperti ini, pemuda itu tidak melakukan apapun! Setelah kepergian orang pendek yang memberi Haechan minum, lelaki cantik itu malah merebahkan kepalanya di atas meja. Apa Haechan mengantuk?

Mark melirik arlojinya, baru pukul sembilan malam. Biasanya Haechan pulang dari rumahnya pukul sebelas malam, aneh.

"Hai, boleh aku duduk di sini?" Seseorang menyapa, gadis cantik bergaun minim tersenyum kearah Mark. "Boleh aku tau nama mu?"

"Mark, Mark Lee." Jawab Mark singkat. Otaknya sedang bekerja keras, berpikir kenapa Haechan mengantuk di jam ini-Haechan mabuk? "Maaf, aku harus pergi." Mark hampir melompat karena panik, kakinya melangkah cepat menuruni tangga. Ah! Bodohnya Mark Lee, seharusnya ia tau Haechan tidak pernah minum! Pemuda itu seharian berada di tempatnya!! "Lee Haechan!" Mark memekik, menangkap tubuh Haechan yang hampir jatuh ke lantai.

"Tuan,," Haechan bergumam.

Hey, ada bagusnya Haechan mabuk. Tingkahnya pasti menggemaskan!! Mark tersenyum memikirkannya, membayangkan Haechan bertingkah seperti bayi selalu ada dalam bayangannya. "Ayo kita pulang." Ujar Mark, mengangkat tubuh besar Haechan dengan perasaan gembira.

"Saya bisa jalan sendiri." Ujar Haechan parau, ia membungkuk untuk melepaskan diri lalu mendekati meja bar dan menarik perhatian si barista dengan mengetuk meja bar. "Katakan pada Ten Hyung aku pulang!" Ujar Haechan, Mark tersenyum karenanya. Lihat?! Begini saja sudah menggemaskan!

"Ayo, ayo. Aku akan membantumu berjalan."

"Terimakasih." Sahut Haechan. Jujur saja Haechan memang tidak bisa berjalan sendiri, kepalanya terasa sangat berat dan semua yang ia lihat terasa kabur. Ini efek dari minuman beralkohol?

"Hey, pelan-pelan!" Ujar Mark menarik Haechan ke pelukannya. Tidak masalah kan Mark mengambil sedikit keuntungan dari mabuknya Haechan? Hanya sedikit. "Kau bisa jatuh." Tangan kanannya terselip di pinggang Haechan dan yang lain menggenggam pergelangan tangan Haechan cukup erat. Ini yang membuat Mark tersenyum.

"Astaga, ada apa dengan Haechan...?"

"Buka saja pintunya." Ujar Mark menghentikan langkah kaki Paman Kim-yang berperan menjadi supirnya sejak JHS. Bukannya tidak mau di bantu, hanya saja saat ini Mark sedang menikmati adegan-memeluk Haechan- walau sebenarnya tidak begitu.

Jika di pikir-pikir baru kali ini Mark menyentuh Haechan, selama ini Haechan selalu menjaga jarak dan membatasi diri. Ah, bukan Haechan tapi dirinya. Mark yang menyuruh Haechan berdiri setengah meter darinya, berjalan setengah meter di belakangnya. Tidak boleh terlalu dekat ataupun terlalu jauh-jika terlalu dekat kondisi jantung Mark menjadi tidak baik, detak jantung Mark bisa menggila hanya karena Haechan berdiri terlalu dekat. Dan jika sebaliknya, orang-orang bisa dengan leluasa mendekati Haechan! Itu juga tidak bagus untuk jantung dan otaknya-emosinya bisa menggila.

"Sa-Saya bisa.,," Haechan melepaskan rangkulan Mark, berjalan masuk ke mobil seorang diri lalu bersandar pada kepala kursi. Haechan bersumpah ia tidak akan menyentuh alkohol lagi!

Penolakan.

Mark memang ingin Haechan memberontak perintahnya, menunjukan rasa tidak suka, dan marah pada sikap semena-menanya. Tapi saat Haechan menolak, rasanya sangat menyakitkan dan menyebalkan! Mark sering mengalami penolakan-berawal dari Mark yang dengan kurang ajar meminta Haechan melayani napsunya. Saat itu Mark pikir Haechan akan melakukannya, ternyata ia salah. Haechan tidak semurah itu.

"Kau-harus menggunakan sabuk mu." Mark bergumam sebelum mendekati Haechan lalu menarik sabuk pengaman dari pinggir kursi mobil.

"Saya bisa melakukannya sendiri." Tapi nyatanya Mark yang tetap memasang sabuk pengaman untuknya. Karena alkohol Haechan merasa kehilangan semua kekuatannya, untuk memasang sabuk pengaman saja tidak bisa, berjalan juga di bantu tuannya. Memalukan!

"Lihat? Ini yang kau sebut bisa?" Sindir Mark. Haechan menyentuh tangannya!!! Hal bagus jika Haechan dalam keadaan mabuk setiap hari! Mark bisa menggenggam tangan Haechan, memeluk pinggang Haechan, hanya sebatas itu. Mark tidak memikirkan yang lain!! Sungguh! Otaknya tidak membayangkan adegan lain seperti berciuman atau sesuatu yang lebih panas dari itu!! Benar-benar tidak memikirkannya!!

TBC

Don't be silent readers😁

Weirdos [MARKHYUK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang