6

17.4K 2.2K 167
                                    

Mark membenci siapapun yang mendekati Haechan, submissive sekalipun ia tetap tidak suka. Apalagi sampai bersentuhan seperti tadi! Mark saja baru sekali mengambil keuntungan dari Haechan, tidak lebih dari memeluk pinggang pemuda tan itu. Tapi Jaemin! Di pertemuan pertama berhasil menggandeng Haechan?! Sialan!

Mark banyak diam setelah pulang dari kampus, pria itu terlihat tidak baik. "Tuan anda baik?" Tanya Haechan tapi ia dia baikan. "Saya akan keluar jika tuan tidak ingin di ganggu."

"Siapa yang menyuruhmu?!" Pekik Mark begitu Haechan beranjak dari tempatnya. Mark juga ingin memeluk dan menggandeng Haechan. "Aku sedang kesal, kau tidak bisa lihat aku kesal?!"

"Maaf."

Kenapa Haechan selalu meminta maaf?! Salah satu hal yang paling Mark benci ketika pemuda tan itu mengucapkan kata maaf pada sesuatu yang bukan salahnya! Tapi Mark marah pada Haechan, kan?! "Lupakan, malam ini aku ingin pergi ke klub kemarin." Haechan menundukkan kepalanya, seakan menjawab Ya pada ucapan Mark. "Pemilik tempat itu temanmu?" Mark baru tau jika Haechan memiliki teman.

"Ya, tuan."

"Katakan padanya, aku ingin tempat VIP yang tertutup." Mark berniat membuat Haechan mabuk, tapi jika pemuda itu mabuk apa yang akan Mark lakukan? Memanfaatkan kesempatan?! Ia memang menginginkan Haechan dalam segala hal termasuk ranjang, tapi jika pemuda itu dalam keadaan tidak sadar percuma saja. Haechan akan melupakan malam penuh cinta mereka dan Mark tidak menginginkan itu.

"Baik tuan." Haechan berniat beranjak pergi untuk melakukan panggilan suara dengan Ten tapi suara Mark menahan langkahnya. "Ada yang lain tuan."

"Tidak, tidak ada." Mark ragu, ia ragu untuk mengajak Haechan bersenang-senang. Ada berbagai macam ide yang Mark ambil dari drama, tapi harapan selalu bertolak dengan ekspektasi. Apa Haechan akan menyukainya?

Mark ingin melihat senyum Haechan.

***

"Terimakasih." Haechan berujar di akhir perbincangan mereka, setelah menutup panggilan Haechan menuju halaman depan untuk meminta Paman Kim menyiapkan mobil pukul tujuh. Setelah itu ia kembali ke kamar Mark tanpa peduli sang Ayah memperhatikannya dari jauh.

Apa yang sudah ia perbuat? Mengambil kebahagiaan masa kecil Haechan dengan memukul dan membentaknya. Anaknya itu bahkan tidak peduli pada pakaian aneh yang digunakannya, untuk anak seusianya penampilan pasti sangat penting—untuk menarik perhatian orang yang disukainya atau sekedar menjadi artis lingkungannya. Tapi Haechan lebih terlihat seperti zombie dengan pernak-pernik yang membuat hatinya teriris.

**

Mark mengundang seseorang yang tidak Haechan kenal, pria itu tinggi, matanya sipit, tampan, dan senyumnya menawan. Tubuhnya lebih besar dari Mark.

"Siapa dia?" Suaranya terdengar begitu rendah dan mematikan, dengan nada dingin yang menyatakan ketidaksukaan membuat Haechan merinding. Tapi pemuda Lee itu masih pada tempatnya, diam tidak bergerak tanpa ekspresi yang berarti.

"Jangan menakutinya." Mark menegur. Hal itu hanya ada dalam imajinasi Mark, dimana Haechan ketakutan dengan aura mengerikan Lee Jeno yang tengah mengintimidasi, nyatanya Haechan tidak terlihat gentar sama sekali, bahkan saat Jeno berujar dengan nada sedingin es. "Dia pelayan pribadiku, namanya Lee Haechan."

"Pelayan? Kau sering menggunakannya?"

"Apa arti pelayan dalam otakmu?!" Mark berujar sinis, salahnya mengundang Jeno yang sedang patah hati. Tapi Mark memerlukan teman bicara, Haechan tidak bisa di ajak bicara santai dan itu membuatnya frustasi. "Kau bisa tinggalkan kami." Mark memberi perintah pada Haechan, pemuda itu membungkuk sebelum keluar dari ruangan pengap yang Ten sebut 'ruang VIP'. "Dia orangnya." Ujar Mark lalu menenggak Vodka yang menjadi teman minum mereka.

Weirdos [MARKHYUK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang