Sekali lagi kalimat Ten, Ibunya, dan Mark mengganggu pikirannya. Taman bermain, kuliah, dan melakukan hal yang di inginkan.
Haechan berpikir, apakah semua itu penting?
Kuliah itu belajar, selama dua belas tahun Haechan sudah belajar, pergi ke sekolah dan menghabiskan waktu di perpustakaan. Lalu apa gunanya kuliah?
Taman bermain? Seperti apa bentuknya? Haechan tidak ingat kapan terakhir ia pergi ke taman bermain.
Lalu apa maksudnya 'melakukan apa yang ia inginkan'?
Apa yang ia inginkan?
Keinginannya?
Keinginannya?
Apa keinginannya?
Ketukan pintu menarik perhatian Haechan dari pemikiran yang menurutnya tidak berujung. Ia bangun dari tidurnya untuk menyambut siapapun itu, dengan sopan Haechan membungkuk pada sang Ayah. Tamu malamnya. "Ayah memerlukan sesuatu?"
Ayah? Berapa lama ia tidak mendengar panggilan itu keluar dari anaknya? Kapan terakhir kali ia menghabiskan waktu bersama anaknya? "Ayah pikir kau sudah tidur." Susah payah ia menahan air mata dan mempertahankan suaranya agar tidak sumbang.
"Silahkan masuk." Haechan berujar sopan, ia menarik kursi belajar yang terletak di sudut ruangan lalu mempersilahkan Ayahnya untuk duduk.
Tidak normal? Ya, ketidaknormalan Haechan adalah kesalahannya. Bocah itu memperlakukannya seperti tuannya, begitu sopan dan terlampau kaku. Ini bukan hubungan Ayah dan anak! "Ibumu.,," Rasanya sesak melihat anaknya tumbuh menjadi pribadi aneh seperti ini, berdiri didepannya seolah ia tuannya. "Ibumu bilang kau ingin ke taman bermain." Berapa tahun ia melewatkan pertumbuhan Haechan?
"Taman bermain?" Haechan bergumam, ada perasaan aneh yang tidak Haechan mengerti. Dadanya terasa sakit tapi juga senang, perasaan macam apa ini?!
"Mm, Kamis di Minggu mendatang Ayah mendapat hari libur." Bocah itu tidak terlihat antusias, lebih mengarah ke bingung tapi tidak bisa mengekspresikan dirinya. "Setelah mengantar Ibumu check up, kita akan pergi ke teman bermain, kau mau?"
Keinginan?
'Lakukan apapun yang kau inginkan.'
Sebenarnya keinginan itu apa? Haechan tidak mengerti konsep dari keinginan yang sering tuannya bicarakan lalu Ayahnya bertanya hal yang sama, tentang keinginannya.
Lama sekali Haechan terdiam, ia tidak tau apa yang Anaknya itu pikirkan. Wajahnya tidak bisa di nilai, terlalu datar dan kaku. Sekejam itukah dirinya dulu? Sampai membuat Haechan terlihat seperti ini?
"Saya akan bertanya pada tuan Mark." Jawab Haechan pada akhirnya, mengakhiri pembicaraan mereka. Ayahnya keluar setelahnya, pria itu melangkah lebar dan menghilang di balik pintu. "Taman bermain?" Haechan menatap sendu lantai kamarnya. Dadanya terasa aneh, Haechan tidak bisa menjelaskan bagaimana perasaannya. Hal ini terlalu baru untuknya.
**
"Haechan!" Mark muncul dari balik pintu kamar mandi, berniat mengejutkan lelaki manis itu tapi nyatanya tidak. Pemuda Lee itu tidak terlihat seperti biasanya, raut wajahnya sedikit aneh dan itu cukup menghibur Mark. "Kau memikirkan sesuatu?"
"Apa saya boleh ke taman bermain?"
Senyum Mark mengembang, jadi Haechan menyukai taman bermain? "Tentu saja! Kau ingin pergi ke sana? Aku akan mengajak mu berkeliling lalu makan es krim!" Semangat Mark. Apa ini kencan pertama mereka? Apa hubungannya dengan Haechan mengalami kemajuan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Weirdos [MARKHYUK]
FanfictionSikap Haechan yang menurut Mark aneh.. PROSES PENERBITAN🤭