Bonus Chap / Sequel

17K 2K 95
                                    

PART 1

Haechan mencintainya?!

Haechan mencintainya?!

Tunggu! Darimana Jeno tau itu? Tidak mungkin, Jeno datang menemui Haechan lalu bertanya ini-itu seperti polisi menginterogasi pencuri?! Mereka tidak cukup dekat dan Jeno tidak tau dimana rumah Haechan! Dan jika Jeno pergi ke rumah Haechan, Mark pasti tau itu! Rumah mereka berada di lingkungan yang sama, ia bisa melihat siapa saja yang datang dan pergi memasuki rumah itu. Nyatanya? Tidak ada yang datang, jika Haechan yang pergi itu sudah beda cerita.

Jadi mereka bertemu di luar?!

Seketika Mark menatap Jeno sengit, tidak bersahabat, dan siap membunuh.

"Santai, dude. Bukan aku yang menemui Haechan." Sadar akan ancaman dan bahaya yang Mark perlihatkan, Jeno mengangkat tangannya tanda menyerah. "Jaemin, Jaemin yang pergi." Wajahnya terlihat kaku.

"Jaemin?" Mata tajam Mark berubah lembut. Lagi-lagi Jaemin yang menjadi jalan tengah untuk Mark.  "Kalian bekerjasama?"

"Ya." Sahut Jeno. Merasa sudah aman dari ancaman, Jeno kembali duduk santai lalu bernapas lega. "Sekaligus pendekatan, ide bagus kan?"

"Tidak juga." Mark tidak tau bagaimana mengekspresikannya, ia takut apa yang Jeno katakan saat ini hanya lelucon belaka. Atau Haechan hanya asal bicara. Mark masih ingat jawaban Haechan saat itu 'menyukainya, seperti senyum Jaemin'. Jadi sekarang Mark yang tidak bisa mengekspresikan diri.

"Paman Lee meminta bantuan ku untuk menyembuhkan mu." Jeno berujar lagi.

"Ayahku?"

"Aku berharap memiliki Ayah seperti Paman Lee. Dia mengerti kau dengan baik, apa yang kau butuhkan dan inginkan. Dia memahami mu lebih dari dirimu sendiri."

Ini pertama kalinya Mark mendengar Jeno berujar panjang dan semua hal itu berguna. Bukan kalimat sampah, seperti rencana meniduri Jaemin. "Kau sudah tau perasaan Haechan, sekarang apa yang akan kau lakukan?"

Itu yang sedang Mark pikirkan. Apa yang akan ia lakukan?


***

Haechan sudah rapi dengan kemeja dan jas hitam yang biasa ia gunakan. Pukul lima tiga puluh Haechan sudah keluar dari rumahnya menuju rumah Mark untuk membangunkan si tuan muda.

Tapi saat berada di depan pintu dan mengetuk kayu bercat cokelat itu, Haechan mendengar Mark berbicara dengan seseorang. Ternyata dia sudah bangun.

Apa Haechan masih di perlukan? Setelah seminggu lamanya tidak bekerja, Haechan merasa canggung untuk masuk ke kamar Mark. Apalagi setelah mengerti arti dari cinta dan menyukai, Haechan semakin merasa canggung dengan situasinya.

Pintu terbuka dan Haechan terkejut. Bukan hanya Haechan, Mark juga terkejut melihat si Tan berdiri didepan pintu kamarnya dengan raut serius. "Apa yang kau lakukan di sini?!" Pekik Mark. Merasakan jantungnya berdebar tidak karuan karena pertemuan mereka yang mendadak.

"Sa—Saya..," keringat dingin mulai bermunculan, tangannya bergetar tanpa alasan, dan jantungnya..! Mata Haechan berkedip beberapa kali lalu menunduk.

"Tidak perlu lagi datang ke sini untuk membangunkan aku, kebiasaan ku sudah berubah." Ujar Mark tanpa mau menunggu kelanjutan dari kalimat si manis. "Aku memiliki janji dan tidak di rumah seharian, kau bisa libur hari ini." Sebenarnya apa yang Mark bicarakan?! Di kalimat pertama ia seolah memecat Haechan dan mengusirnya, tapi di kalimat kedua berbanding terbalik. Mark sendiri tidak mengerti!

Salahkan rasa gugupnya yang memuncak.

"Janji?" Haechan bergumam. Ini yang di sebut perasaan tidak suka, kesal, dan marah. Mereka itu serupa, tapi sebenarnya tidak sama. Seperti saat ia membenci senyum dalam figuran orang tuanya. Haechan merasakan itu lagi. "Dengan siapa?" Tanpa bisa di tahan, Haechan bertanya. Jaemin bilang ia harus mengekspresikan dirinya didepan Mark, menunjukan perasaannya lalu berkencan, setelah itu menikah dan tinggal bersama.

Weirdos [MARKHYUK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang