10

15.8K 2K 57
                                    

Menyenangkan.

Mungkin, tapi Haechan tidak begitu paham dengan kegiatan mereka saat di klub tadi. Sekitar sepuluh menit lalu ia sampai di rumah—di kamarnya dan bersiap mandi.

Haechan seperti membuang tenaganya secara cuma-cuma, tidak ada yang mereka lakukan. Ia menolak untuk minum karena kejadian beberapa hari lalu—yang menurut Haechan tidak sopan, selain itu ia akan merepotkan banyak orang. Kemarin saja tuannya itu sampai harus membantunya berjalan dan memasang save belt.

Alkohol bukan teman yang baik.

Suara ketukan pintu menarik Haechan dari lamunannya, ia mengancing kembali kemeja birunya lalu meletakan handuknya di ranjang.

"Oh, Haechan." Ayahnya datang. "Ah, kau ingin bersih-bersih?" Handuk dan pakaian ganti di atas kasur menarik perhatiannya dan Haechan mengikuti arah pandangnya.

"Ya." Jawabnya dengan anggukkan kepala. "Ayah membutuhkan sesuatu?"

"Kau sudah makan?" Saat jam makan malam tadi ia melewatkannya agar bisa makan malam bersama Anaknya. Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri, kan?

"Tuan Mark mengajak saya makan malam bersama." Jawab Haechan, terdengar menyakitkan saat Haechan berujar begitu. Bukan karena Haechan sudah makan, tapi kalimatnya. Seakan memberi jurang besar yang tidak bisa Aya Haechan lewati—bukan Haechan yang membuatnya, Ayah Haechan yang membuatnya.

"Ah, begitu rupanya." Dadanya berdenyut sakit. Mengingat apa yang terjadi saat Haechan kecil dulu membuatnya menyesal dan ia tidak tau bagaimana memperbaiki semua ini. "Emm, bagaimana dengan taman bermain? Ingin pergi ke sana?" Tanyanya setelah bergumam panjang dan memperhatikan ekspresi anaknya yang tidak berubah. Tidak terlihat antusias dengan ajakannya, apa Haechan tidak menyukainya?

"Tuan Mark mengijinkan." Jawab Haechan, tidak sabar menunggu hari itu tiba.

Bagaimana jika Mark tidak mengijinkan? Haechan tidak akan pergi? Keinginan apa yang membuatnya mendidik Haechan sampai seperti ini?!

"Kalau begitu Ayah akan menjemputmu setelah mengantar Ibu check up." Ayahnya tersenyum miris, melihat Anaknya yang seperti ini. Ya, kapan terakhir kali ia melihat Haechan tersenyum? Tidak pernah. Haechan tidak pernah tersenyum dan ia baru menyadari itu.

"Baik." Pembicaraan selesai, Ayahnya memilih pergi untuk istirahat.

Haechan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya sebelum tidur. Hari ini tubuhnya terasa cukup lengket dan aroma alkohol melekat di pakaiannya karena Jaemin minum banyak alkohol.

***

Lelah! Itu yang Mark rasakan. Ia membaringkan tubuhnya di atas ranjang dengan mata menatap langit kamarnya. Hangout bersama teman, sudah lama Mark tidak melakukannya. Terakhir kali saat ia SHS, tepat sebelum hari kelulusan.

Tapi bukan itu pointnya. Walau lelah Mark tetap merasa senang, kenapa? Karena Haechan menolak banyak orang yang ingin berkenalan dengannya. Dengan kalimat dingin 'Tidak.'

Ia bersyukur Haechan bukan orang yang mudah bergaul seperti Jaemin. Pemuda itu tau jelas jika tuannya tidak akan memberi ijin dan menerapkannya dengan baik.

Mark pikir hari ini Haechan akan minum alkohol dan mabuk seperti kemarin, tapi sampai pulang tadi Haechan tidak menyentuh alkohol sama sekali. Padahal Mark berharap begitu, jika mereka sama-sama mabuk dan terjadi kecelakaan akan terasa menyenangkan.

Mereka akan di paksa menikah dan hidup bahagia sampai mati nanti. Tapi sepertinya hanya Mark yang bahagia. Mark tersenyum, ia cukup mabuk hari ini dan orang mabuk identik dengan melakukan keinginan gilanya. Mark menginginkan Haechan, di atas ranjangnya, mendesah namanya dengan suara keras yang merdu, dan meminta lebih untuk di jamah.

Weirdos [MARKHYUK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang