Di chapter ini aku pake narasi baku
ya. Maaf banget kalau kaku dan bikin
gak nyaman :'( happy reading!.
.
.
.
.Flashback 7 years ago ....
Derap langkah terdengar nyaring di koridor rumah sakit kala itu. Beberapa suster maupun dokter yang berlalu lalang menjadi figur tambahan di antara dinding-dinding berwarna putih pucat. Kosong. Tanpa hiasan sama sekali. Terlihat hampa. Sama seperti apa yang Jungwon rasakan saat ini.
Hari ini kali kedua, semenjak Daniel menjalankan kemoterapi nya untuk pertama kali.
Jungwon bersikeras untuk ikut ke rumah sakit, menemani adik kesayangannya untuk berobat. Jungwon kecil hanya tau, bahwa adik kecilnya sedang tidak enak badan. Sakit ringan, walau kenyataan berkata sebaliknya.
"Pa, Niel mana? Kok nda ada?" tanya Jungwon, menarik pelan celana papanya dari bawah.
Papa hanya tersenyum tipis, berusaha menyembunyikan keadaan yang sedang genting. Jungwon tidak perlu mengetahuinya. Anak itu terlalu kecil untuk menerima hal seberat ini.
"Ada kok, lagi diperiksa dokter. Jungwon mau apa? Beli makan yuk?" ajak Papa kemudian, berusaha mengalihkan topik.
Namun Jungwon hanya menggeleng kukuh. "Mau tunggu di sini aja, bareng sama Niel nanti mam-nya."
Kemudian Papa mengangguk mengiyakan. Diam-diam, pria dengan dua anak itu tersenyum miris kala mengalihkan pandangannya dari anak sulungnya.
Jung, adik kamu lagi berjuang.
+++
"Paaaa, Niel mana? Kok nda pulang, sih? Sepi tau, aku nda ada temen main." Jungwon merengut, protes kepada papanya yang baru saja pulang dari rumah sakit. Melihat perkembangan Daniel yang tak kunjung juga menunjukkan perkembangan yang berarti.
Papa menggendong anak sulungnya yang ditinggal berdua dengan pengasuhnya sedari pagi, mengalungkan tangan anak itu ke lehernya. "Kan ada Mbi, emang kamu ditinggal sendirian sama Mbi?" tanya Papa, merujuk pada pembantu rumah tangga mereka sekaligus pengasuh Jungwon dan Daniel.
"Ada sih ... tapi Mbi gak bisa main robot-robotan, bosen," keluh Jungwon. "Aku kangen Niel," tukasnya kemudian.
Papa terdiam. Seharusnya dia tahu kalau kedua anaknya itu memiliki ikatan yang sangat dekat, bak anak kembar walau kenyataannya umur mereka berjarak dua tahun.
Jungwon dan Daniel seperti tiang yang saling menopang. Jika salah satu dari mereka runtuh, maka yang lainnya akan lumpuh.
+++
"Loh, kok Niel gak ada rambutnya?" Jungwon berucap heran, menatap Daniel yang terbaring lemah di brankar rumah sakit dengan tangan kanan yang terinfus. Juga memakai baju berwarna putih khas rumah sakit setempat.
"Papa potong, gapapa, ya? Niel risih sama rambutnya yang sekarang."
Dia risih karena rambut itu terus berkurang tanpa henti, sampai akhirnya tidak ada yang tersisa lagi.
"Yell, bangun. Aku bosen gak ada yang ajak main." Bocah tujuh tahun itu menggoyangkan lengan adiknya, dengan harapan segera terbangun dan mengajaknya bermain dengan nada cerianya.
![](https://img.wattpad.com/cover/239208599-288-k84083.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Egoistic | Yang Jungwon [✓]
Fanfic"Gue nggak egois, itu cuma perasaan lo doang karna lo nggak bisa terima kenyataan. Lo itu nggak lebih dari seorang pembunuh." bahasa non baku © hyunjoerry, 2020