Sunoo cuma bisa menghela napasnya lalu mengetuk pintu untuk yang ke sekian kalinya. Ini udah beberapa hari sejak Chaerim terus-terusan ngurung dirinya di kamar.
Memang, dia masih sekolah.
Tapi dia cuma keluar kamar untuk sekolah.
Selebihnya, dia bakal di kamar terus. Bahkan nggak makan siang atau malam.
Sunoo tahu, adiknya itu masih terguncang mentalnya. Tentu saja. Dia sendiri masih tidak menyangka, namun mau bagaimana lagi, sebagai kakak laki-lakinya, Sunoo harus bersikap biasa aja. Jangan terlihat ikut terguncang, atau Chaerim akan semakin memburuk, pikirnya.
"Chae, keluar dulu dong. Makan dulu, roti atau apa gitu. Seenggaknya perut kamu ada isinya," ucap Sunoo. Namun masih saja, tidak ada jawaban apapun. Seolah-olah kamar itu kosong. Senyap sekali.
Sunoo mulai lelah. Dia muak. Dia kesal. Dia berpikir, adiknya tidak salah apapun hingga pantas menerima perlakuan seperti ini.
"Jangan pikir Kakak begini karena gak tau rasanya di posisi Jungwon. Kakak tau, Chae. Dulu Kakak juga hampir kehilangan kamu kalau kamu mau tau!" teriak Sunoo di depan kamar Chaerim.
Chaerim dengar. Dia mendengarkan semua perkataan Sunoo. Hanya saja, dia tidak berniat untuk merespon apapun.
Ia sedikit terkejut, apa maksud kakaknya itu?
Sunoo menghela napas panjang. "Lupain. Intinya, kalau dia masih berpikiran gitu, jangan digubris. Biarin aja. Dia masih belum terima. Seiring waktu, dia bakal paham sama keadaannya."
"Walau kamu mogok makan sampe sakit pun, Jungwon nggak akan ngerti keadaan kamu gimana. Dia cuma butuh waktu."
Lima belas menit berselang, Sunoo kembali dari dapur membawa nampan berisi roti selai, susu, dan air putih.
"Ada roti di depan, dimakan. Kakak mau keluar sebentar. Kalau mau nitip, chat aja."
---
Apa yang Sunoo katakan di depan kamar Chaerim tadi memang benar. Chaerim tidak diberi tahu apapun soal ini, bahkan orang tuanya pun tutup mulut. Sunoo kepalang kesal, hingga perkataan itu keluar begitu saja dari mulutnya.
Sewaktu Chaerim berumur tiga tahun, mereka sedang bermain di taman kota. Sunoo yang sedang dalam masa senang-senangnya mempunyai adik, tentu mengajaknya bermain dengan sepenuh hati.
Selayaknya anak kecil, tentu Sunoo tidak bisa menjaga Chaerim secara ketat. Orang tuanya tengah pergi membeli cemilan, meninggalkan mereka berdua dengan mainan masing-masing.
Hingga Chaerim yang baru mulai lancar berlari, mengejar bolanya yang lari ke tengah jalan.
Sunoo lengah, dia baru menyadari adiknya tidak berada di dekatnya dan mencari Chaerim ke sekeliling. Dia tak kunjung menemukannya, sampai satu suara yang sangat keras terdengar.
Chaerim tertabrak dan terpental sejauh tiga meter. Kerumunan seketika terbuat dengan Chaerim di tengahnya dalam keadaan memprihatinkan.
Dokter berkata, mustahil Chaerim akan sembuh total tanpa ada kecacatan sedikitpun. Ia didiagnosis akan menderita lumpuh di sebagian tubuhnya ketika pulih.
Namun, Tuhan memberi keajaiban.
Chaerim sembuh tanpa cacat. Sebuah kemustahilan yang akhirnya menjadi nyata, tidak seperti kata dokter yang menangani.
Katakanlah Sunoo masih kecil saat itu, ia belum benar-benar mengerti apa arti kehidupan. Namun seiring dewasa, Sunoo akan sangat menyesal seandainya Chaerim tidak tertolong saat kejadian.
Sejak saat itu, Sunoo tidak main-main untuk menjaga Chaerim. Ia menjaga Chaerim lebih dari ia menjaga dirinya sendiri.
---
Sunoo tidak benar-benar pergi untuk urusan penting. Ia hanya berkeliling di jalanan tanpa ada tujuan pasti. Selang tiga puluh menit, Sunoo berhenti sejenak untuk melihat ponselnya. Ia melihat ada chat masuk.
Chaerim
| mau browniesDi balik helm hitamnya, Sunoo tersenyum lebar. Adiknya masih memiliki semangat untuk bangkit lagi. Ia bergegas pergi, lalu pulang dengan membawa lima kotak brownies sekaligus.
Rasa kasih sayang dengan boros memang berbeda sedikit.
Sementara itu, di kamarnya, Chaerim juga ikut tersenyum. Dia merasa masih ada alasan baginya untuk tetap sehat dan kembali beraktivitas. Sunoo adalah support system terbaik bagi Chaerim, sekalipun dunia membencinya. Lagipula, ia belum kesalahpahaman yang tengah terjadi di antara Jungwon dengannya. Ia tidak ingin hidup dihantui rasa bersalah.
Maka, alasan utama Chaerim untuk bertahan adalah; melihat kakaknya bahagia dengan membuat dirinya bahagia, dan membuat Jungwon tidak lagi menganggapnya sebagai seorang pembunuh adiknya.
(SELESAI)
DEEPLY SORRY AKU BARU UPDATE AAAAAAA karena sempet mikir mau ga publish bonchap karena buntu, cuma belakangan ini aku kepengen nulis lagi :(
Oh iya, aku minta maaf kalo ada beberapa detail yang kurang/ga sama dari cerita intinya, karena aku udah lama banget ga lanjutin dan ga baca ulang ceritanya 😀🙏
![](https://img.wattpad.com/cover/239208599-288-k84083.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Egoistic | Yang Jungwon [✓]
Fanfic"Gue nggak egois, itu cuma perasaan lo doang karna lo nggak bisa terima kenyataan. Lo itu nggak lebih dari seorang pembunuh." bahasa non baku © hyunjoerry, 2020