"Park Sunghoon!"
"Apa sayang?"
Dayeon masang ekspresi kayak mau muntah waktu Sunghoon bilang 'sayang'. Hih, bukannya apa ya. Dayeon udah taken sama Dohyun, ntar kalo ribut lagi kan malah tambah ruwet semuanya.
"Najis sayang-sayang. Nggak laku lo?" sindir Dayeon sambil jalan ngedeket. "Jungwon mana? Udah ditunggu tuh di ruang guru, malah ngilang."
Sunghoon geleng-geleng kepala. "Nggak tau, dia kan nggak main sama gue lagi."
Dayeon ngernyit. "Tumben? Rebutan cewek lo berdua?"
Sunghoon ngedecak males. "Emang lo nggak liat waktu itu gue berantem sama dia? Terus gosip-gosip nggak jelas itu? Lo nggak tau?" tanyanya, dibales gelengan Dayeon. Ya wajar aja sih, Dayeon emang nggak terlalu update tentang gosip gitu-gitu. Kadang dia sendiri malah dikasih tau sama Dohyun—yang udah pasti julid terooos.
"Yaudah deh, ntar kalo ketemu suruh ke ruang guru aja ya. Bye." Dayeon ngelengos pergi, balik ke ruang guru.
Sunghoon juga langsung jalan lagi abis itu. Kadang-kadang siul sedikit buat ngusir kegabutannya. Sekaligus biar nggak takut-takut banget sih, soalnya ini udah sore, sekolah juga udah sepi—sisa beberapa anak yang punya kepentingan kayak Dayeon sama guru-guru doang.
Anyway, Sunghoon emang nggak masuk sekolah tadi. Dia cuma dateng menjelang pulang sekolah karena dipanggil guru. Dan sekarang dia baru pulang setelah nongkrong di teras. Gabut aja sih, di rumah juga sepi banget. Bunda sama ayahnya lagi nginep di rumah nenek sampe besok, kalau Yeji lagi kemah sekolah.
Di tikungan tangga, Sunghoon ngeliat Jungwon yang lagi gelantungan di deket gudang olahraga. Tempat Jungwon jatuh sampe kepalanya bocor itu. Sebenernya Sunghoon mau puter balik aja, tapi pas inget tadi koridor satu-satunya di lantai itu udah agak gelap, jadi yaudah deh. Dia turun ke bawah.
Jungwon awalnya nggak nyadar sampe Sunghoon sendiri ngomong. "Jungwon, lo disuruh ke ruang guru."
Jungwon langsung berhenti gelantungannya dan masang muka bete waktu tau itu Sunghoon. Dia langsung pergi ke atas, tapi Sunghoon buru-buru nahan tangannya. "Gue dikasih amanat, terserah kalau lo nggak mau ke sana, pokoknya gue udah ngasih tau lo." Abis itu Sunghoon ngelepas tangannya.
Jungwon ngedecih. "Yaudah sih, terserah gue mau ke sana apa nggak. Jangan sok ngatur hidup gue, lo bukan siapa-siapa."
+++
"Jungwon, Chaerim, Dohyun, Dayeon. Semangat belajarnya, ya. Terutama kamu berdua," tunjuk Bu Yuju ke Jungwon dan Chaerim. "Saya yakin kalau kalian bersungguh-sungguh bakal menang lagi seperti tahun kemarin."
Mereka berempat ngangguk sambil senyum—fakesmile—kemudian keluar ruang guru setelah salam.
Dohyun dan Dayeon sih udah pasti pulang berdua ya, mereka boncengan. Sisa Jungwon sama Chaerim yang awkward parah di lobby. Sekolah udah sepi banget, berhubung keduanya sama-sama penakut jadi ya mana mau sendirian. Mana ada kebon deket sekolah pula, kan serem.
Akhirnya, Chaerim berusaha bangun topik sedikit. "Jungwon."
Tapi Jungwon nggak noleh. Padahal Chaerim tau betul kalau Jungwon denger, orang dia nggak pake earphone kok.
"Jungwon, please. Dengerin gue." Chaerim akhirnya nyamperin Jungwon dan narik pundak cowok itu, yang langsung ditepis pastinya.
"Apa? Gue mau pulang." Jungwon natap Chaerim tajam dan turun tangga. Dia jalan lurus, sampai perkataan Chaerim berhentiin langkahnya.
"Gue capek kayak gini terus! Gue nggak masalah kalau lo buat berbuat baik sama gue! Tapi berhenti bilang ke anak sekolah kalau gue itu pembunuh, Won! Gue frustrasi! Lo nggak tau rasanya jadi gue yang dihantui perasaan seolah-olah gue beneran yang buat Daniel pergi!"
"Oh ya?" tanya Jungwon kemudian, tatapannya sedikit melunak dari yang tadi. Chaerim sampai sedikit tertegun, kapan ya terakhir kali Jungwon pakai tatapan itu ke dia?
"Sayangnya gue gak peduli," tukas Jungwon kemudian, pergi ninggalin Chaerim. Lagi-lagi.
+++
"Jung, mau makan apa?" Mama Jungwon masuk kamar anaknya, ngeliat Jungwon yang lagi main ponsel di kasur sambil meluk guling.
Jungwon sedikit ngelirik, lalu fokus ke ponselnya lagi. "Apa aja."
Mama Jungwon diam sebentar. "Gofood pizza aja mau? Mama gak sempet masak," tawar mamanya, masih di ambang pintu.
Jungwon gak jawab, entah memang gak denger atau gak niat jawab.
Karena gak dapat jawaban juga, akhirnya Mama Jungwon menghela napas samar kemudian kembali menutup pintu kamar anaknya.
Setelah itu, Jungwon langsung matiin ponselnya dan ditaruh di nakas. Moodnya lagi gak baik buat ngomong sama orang. Daripada nyakitin hatinya, mending Jungwon diem aja.
"Dia frustrasi?" gumam Jungwon pelan. Matanya menatap langit-langit kamar yang terdapat beberapa hiasan sewaktu kecil. Belum dilepas juga sampai sekarang.
Sekelebat bayangan Chaerim di sekolah tadi tiba-tiba kepikiran gitu aja. Tentang ekspresinya yang keliatan capek, juga nadanya yang memang ngebentak, tapi entah kenapa Jungwon juga nangkep kelirihan.
"Cih, orang kayak dia mana punya hati nurani," kata Jungwon kemudian, sebelum keluar kamar.
(tbc)
Bentar lagi ending, hiyya
Maafin juga kalau sempet ditarik ke kandang :(( semoga gak lupa alurnya hshs
KAMU SEDANG MEMBACA
Egoistic | Yang Jungwon [✓]
Fiksi Penggemar"Gue nggak egois, itu cuma perasaan lo doang karna lo nggak bisa terima kenyataan. Lo itu nggak lebih dari seorang pembunuh." bahasa non baku © hyunjoerry, 2020