Hai guys..
Maaf ya,aku udah lama bangat gk up
Padahal udah ada 9 reader yang baca..
Soalnya akhir" ini disibukin sama tugas kuliah, sama kuliah online yang bikin stres, jadi gk kepikiran lagi lanjut cerita ini. Apalagi bentar lagi UAS..
Makasih buat yang nunggu meski cuma 9 orang..
HAPPY READING...Oby berdiri di samping motor sportnya memandangi stiker kecil yang masih lengket di sayap motor. Stikker tiger kesayangannya. Ia juga tidak tau kenapa dia begitu menyukai stiker itu. Rasanya rasa suka itu menjalar dari seseorang yang dia sendiri tidak tau dari siapa.
"Bang, gua minjem motor lu dong! Hari ini ayah gak berangkat kerja," ujar Iben tiba-tiba dari belakang Oby.
"Enak aja lu! Trus gua mau naik apa? Maksud lu,gua gk sekolah,gitu?" Tolak Oby kesal.
"Pelit amat sih Oby sama adik sendiri!? Itu belinya juga pake uang ayah!" Teriak sang ayah yang baru keluar dari balik pintu.
Oby mengalihkan pandangannya pada ayahnya. "Tapi yah, Oby kesekolah naik apa? Oby juga mau berangkat," elak Oby.
"Kalian boncengan aja gih! Biar gak telat. Sana cepat! Keburu telat," ujar sang bunda.
"Pah, mah, Elif pamit ya!" Teriak Elif keluar dari dalam rumahnya.
Iben memandang Elif yang baru muncul. "Lu naik angkot aja deh, bang. Sono! Gua minjam motor!" Suruh Iben tanpa rasa bersalah.
"Gak mau!!" Tolak Oby tegas.
"Oby! Kamu gk boleh pelit gitu. Sana naik angkot!" Pintah Yudasa.
"Yah! Oby juga manusia! Emang cuma Iben aja yang butuh perhatian? Cuma Iben aja yang butuh dibelain? Oby juga yah! Oby juga pengen perhatian ayah! Oby pengen kasih sayang ayah! Lu ambil nih motor, Ben! Gua gak butuh motor ini! Gua benci hidup dikeluarga ini! Gua benci semua orang!!!" Teriak Oby marah melemparkan kunci motor sembari pergi meninggalkan mereka.
Masih tampak wajah Yudasa yang tak merasa bersalah apa-apa ditambah lagi Iben yang dengan tenangnya mengambil kunci itu.
"Elif, mau bareng gua ke sekolah?" Tanya Iben dengan PD nya.
"Dasar busuk!" Hina Elif marah dan kesal sambil sedikit berlari mengejar Oby yang belum begitu jauh.
"Elif!!" Panggil Iben.
"Ayah keterlaluan!! Kamu juga Iben! Bunda benar-benar gak tahan lagi. Bunda mau hidup pisah dari ayah! Bunda gk bisa biarin Oby menderita terus-terusan gara-gara ayah! Bunda kecewa sama kalian berdua!!" Omel sang bunda kesal kemudian melangkah masuk kedalam rumah.
"Maksud bunda apa hidup pisah?" Tanya Ayah mengikuti Ny. Lara kedalam rumah.
Sementara Iben sama sekali tak peduli dan menancapkan gas menuju sekolahnya. Dia membiarkan semua begitu saja seakan tak terjadi apa-apa. Sepertinya dia benar-benar mewarisi sifat egois dan jahat dari sang ayah.
***
Oby duduk dihalte memandangi jamnya. Elif ikut duduk di samping Oby dengan perasaan sedikit sedih.
"Ka Oby baik-baik aja?" Tanya Elif khawatir."Lo khawatirin gua? Awas ntar naksir beneran lagi lo. Gua gak ada obat penawar!" Goda Oby tak menunjukkan perasaannya.
Elif menyodorkan sebotol sprite yang belum terminum sedikitpun pada Oby. Yang diberi malah memandangi sprite itu dengan bingung.
"Gak usah sok ceria atau sok kuat didepan aku. Lagian ini bukan kali pertama aku liat yang kek gini. Gak usah malu, kak! Semua orang punya masalah bukan cuma kak Oby aja!" Ujar Elif tak banyak bicara.
"Trus ngapain lo ngasih gua sprite?" Tanya Oby menunjukkan wajahnya yang sebenarnya.
"Setiap kali aku dimarahin papah atau mamah, aku bakal merasa marah sama papah atau sama mamah. Tapi kalau minum sprite, aku bakal lupa kemarahan aku dan hanya ingat sama soda sprite yang bikin perit kembung. Kalau aku berantam sama kedua kakak laki-laki aku juga aku minum sprite. Abis itu aku lupa sama kejahatan mereka trus baikan. Ya emang gk bakal bikin ayah ka Oby baikan sama kak Oby, tapi seenggaknya kak Oby lupain masalahnya kak oby!" Ujar Elif panjang lebar.
Oby menerima Sprite itu dan meminumnya. "Makasih. Spritenya enak bangat. Lumaya juga gratisan!" Balas Oby masih bercanda.
"Dih, pejuang gratisan!" Ejek Elif tertawa kecil.
Oby juga ikut tertawa. Keduanya asyik bercanda sampai bus sekolah tiba. Sepertinya memang terlihat semakin dekat.
Didalam bus, keduanya duduk bersebelahan. Mata Elif tak beralih dari stiker tiger di jam tangan hitam Oby. "Ka Oby suka tiger?" Tanya Elif penasaran.
"Iya! Kenapa?" Tanya Oby balik.
"Enggak apa-apa sih. Aku juga dulu suka bangat! Sekarang enggak!" Jawab Elif.
"Kenapa?"Oby tetlihat penasaran.
"Temen aku dulu ada yang suka stiker tiger kayak gitu! Aku gk tau dia dimana sekarang. Kalo liat harimau, sedih aja!" Jawab Elif sedih.
"Cowok?" Tanya Oby penasaran.
Elif tersenyum manis. Seakan pria itu memang manis untuk dikenang. Pria suami idamannya sejak kecil. Entahlah apa perasaannya masih sama atau sudah benar-benar bergeser pada orang lain. Elif mengangguk menatap Oby. "Ganteng. Bukan cuma itu, dia baik dan pahlawan. Dia cowok idaman. Kalo dia masih disini, mungkin bisa jadi lebih populer dari kak Oby!" Gumam Elif benar-benar membuat kuping Oby panas.
"Seganteng apa sampe segitunya lo. Ngingat Adrie aja gk sampe gitu-gitu amat lo!" Geram Oby pura-pura datar.
"Kak Adrie? Aku gk pernah bilang suka sama dia. Dia baik kayak malaykat. Dia juga ramah sama aku, dia gantiin teman aku yang menghilang buat jagain aku. Itu sebabnya aku kagum sama kak Adrie. Bukannya suka," balas Elif membenarkan keadaan.
"Jadi gak ada hubungan khusus antara lo berdua?" Tanya Oby berharap.
"Ada dong! Dia kan malaykat aku!" Jawab Elif tertawa.
Oby berbalik dengan tawa kemenangan. "Yes!! Peluang masih besar!" Gumamnya bahagia.
***
Elif berjalan dikoridor sekolah. Tiba-tiba Rey sicowok absurd dan gila muncul tepat didepannya. "Elif! Nanti sore bantuin gua milih hadiah!" Cerocosnya pada Elif yang baru tiba disekolah.
"Aduuh, Rey!! Kenapa coba kerjaan lo bikin orang kagetlah, gangguon oranglah, ngerepotin oranglah!! Kesel bangat tau gk?" Omel Elif pada Rey.
"Bantuin dong! Please!! Ini hadiah aniversarry gua sama cewek gua. Lo kan cewek, satu-satunya sahabat gua, ya! Pleasee!" Bujuk Rey menempelkan kedua telapak tangannya.
Elif menghela nafas. "Hari ini?" Tanyanya.
Rey mengangguk.
"Okey. Gue temenin," ujarnya semangat. "Meski gue gk suka suasana mal, demi ello sahabat rempong, gak apa-apa!" Jawab Elif sembari berlalu meninggalkan Rey.
"Makasih Malaykat perempuan!!" Teriak Rey bahagia.
Elif berjalan dengan santainya. Kemudian sejenak ia terhenti. 'Besok, ulangtahun Yoben?' Batinnya sedih. Biasanya dia memberi hadiah kecil. Seperti stiker tiger atau gantungan tas berbie. Dan anehnya, Yoben dulu selalu menerima hal-hal kecil itu meski tak sesuai seleranya.
"Anjay!! Si iblis kelas kita ulangtahunnya besok, njir! Keknya gk bakal masuk lagi dia kekelas!!" Gosip beberapa kakak kelas yang baru saja melewatinya.
"Si Oby, maksud lu? Iya njir. Sejak SMP dia gak pernah masuk kelas kalo lagi ulang tahun. Waktu SD bahkan dia nangis dibelakang sekolah," tambah seseorang lagi tertawa mengejek.
"Cuma tampang doang sok kuat. Dianya kek banci!!" Ejek seorang lagi serentak mereka semua tertawa lebar.
Elif ternyata menguping dari tadi. "Gila sih ada cowok mulutnya kek emmak-emmak. Dasar tukang gosip. Bahagia amat liat teman sengsara!!" Gumam Elif mengumpat. 'Ulangtahun kak Oby?' Batin Elif.
BERSAMBUNG...
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE SENIOR
Teen FictionHidup selama bertahun-tahun tanpa mendapatkan perhatian dari sang ayah itu emang hambar. Hal itulah yang dirasakan seorang pria bernama Yobyen Yudasa yang selalu merasa tertekan dengan sikap dari ayahnya sendiri. Ia merasa hidupnya memang ditakdirk...