10 Kenangan

20 5 0
                                    

Elif menatap bayangan tubuhnya di cermin. Ia lalu tersenyum sejenak. Kalau sudah di depan cermin, Elif kadang memang susah beralih ke tempat lain. Elif tidak sama seperti gadis lain yang suka mengomentari kekurangannya didepan cermin. Ia lebih suka memuji kecantikannya daripada memperhetikan kekurangannya. Memang kalau sudah begini, tidak ada lagi yang terlihat kurang dari dia.

"Aduh, Shyeliff!! Lo emang cewek dengan wajah paling cantik sedunia. Emang mata para cowok aja yang katarak. Gak bisa bedain yang cantik dan yang jelek. Kalo udah gini, gimana mau pergi dari depan cermin gue?" Gumam Elif puji diri. "Ini tuh sama kayak ucapan Abdurahman Wahid 'saya tidak berbicara dengan kata mungkin'. Artinya gue emang cantik tanpa kata mungkin," semangat Elif tanpa merasa kekurangan sedikitpun.

"Dih, kepedean lo!" Ledek Alif yang tiba-tiba muncul di belakang Elif sembari memberi sentilan pada adiknya yang over PD.

"Apaan sih, ka Alif? Untung aja kepala aku gak pecah, kalo pecah? Mau tanggung jawab?" Omel Elif mengusap-usap kepalanya.

"Lagian ello, sih," balas Alif tertawa kecil.

"Ka Alif ngapain sih di kamar Elif? Gangguin Elif aja,"

"Mau nanya, nama lengkap tetangga baru kita itu apa?"

Elif mengernyitkan keningnya heran. "Kenapa emang?" Tanya Elif.

"Dia kok mirip Yoben,yah? Baru nyadar aja gue. Lu gak inget? Sahabat gue dulu sama Adrie. Itu si suami idaman lo!" Jelas Alif mencoba membuat Elif untuk mengingat.

"Hah!? Itu!! Masa sih, iya? Gak mungkin ka Oby itu Yoben. Orang ka Oby nyebelin gitu kok. Ka Yoben tuh cowok yang baik, ramah, ceria dan gak nyebellin kayak dia. Enak aja disamain," protes Elif kesal.

"Lo gak perhatiin apa, mukanya Oby itu mirip sama Yoben. Cuma Yoben lebih gembul."

"Tau ah,bikin bingung." Elif langsung beralih dari depan cermin untuk duduk di ranjangnya.

"Kalo emang Yoben, lo masih bilang dia suami idaman, gak Lif?" Goda Alif memberi tawa kecilnya.

"Ka Alif apaan sih? Gak mungkin dia ka Alif!! Udah deh, sana pergi aja kekamarnya ka Alif. Dengetin ka Alif ngoceh bikin perut Elif mau pecah. Muak!!" Celoteh Elif.

"Cie-ciee, yang suami idamannya si Oby!! Semoga aja jodohnya beneran Oby," goda Alif memundurkan kakinya ke pintu.

"Ka Alif!!!!!" Teriak Elif kesal.

Alif tertawa kemudian menutup pintu kamar Elif. "Jodohnya Oby!!!" Teriak Alif memunculkan kepalanya dari balik pintu dan segera kabur sebelum Elif melemparkan sisir besinya pada Alif.

"Ka Aliiiiiif!!" Balas Elif kesal.

"Alif, jangan godain adek kamu!" Omel sang bunda dari ruang tamu.

"Enggak kok mah," balas Alif tertawa kecil.

"Apaan sih Ka Alif," gerutu Elif dalam kamarnya.

***

Elif duduk di balkon rumahnya sambil membaca novel 'Dear Nathan' karya Erisca Febriani sipenulis kesukaannya itu.

Sementara Oby baru keluar dari pintu kamarnya bertujuan ke balkon. Ia tersenyum melihat seorang gadis yang sibuk dengan novelnya itu. Ia lalu duduk sembari terus memandangi ke arah balkon tempat Elif duduk membaca novel. 'Jika orang bertanya kapan pertama kali aku mengagumi perempuan yang bukan mengandungku,maka jawabku adalah sejak aku bertemu dengannya untuk pertama kalinya. Jika orang bertanya kenapa aku tidak memilih perempuan yang lebih cantik saja, maka aku akan menjawab, aku lebih nyaman dengan seorang gadis aneh dan cerewet seperti dia. Yah, kali ini aku tampak seperti seorang pria alay yang tak biasanya mengungkapkan sebuah perasaan dengan kata yang seperti ini. Tapi dia mengubah sisi bekuku menjadi cair. Mengubah kemurunganku menjadi tawa,' batin Oby tak berhenti tersenyum memandangi Elif.

LOVE SENIORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang