6. Sore Bersama Pak Edo

381 57 4
                                    

"bang. Gue ke depan ya, mau makan siomay. Nitip gak?" tanya Dival pada Dery yang masih sibuk dengan ipad dan ciki di tangannya.

"itu ditinggal? Ntar nangis nyariin elu?" tunjuk Dery pada Haikal yang masih di dalam ruang recording.

"yee, bayi kali ah. Laper gue. Ntar suruh telfon aja."

"oke. Gak mau nitip. Gue makan ini aja." jawabnya sambil mengangkat chiki balls rasa keju yang tadi dibawa Dival.

Dival berlalu keluar studio, untuk makan siomay yang terletak persis di sebrang studio.

"siomay satu mas. isinya telor, kentang sama siomay aja. kasih jeruk nipis, saos kacangnya yang agak banyak, kecap juga. Gausah pake saos. Minumnya es teh."

Dival duduk di kursi yang mejanya menghadap ke jalanan. Masih ada yang mengganjal hatinya tadi,

Mama : tadi mama abis arisan. Kamu udah ada niatan S2 kemana Val? anak temen mama mau ambil di Australia. Kamu mau ga? disana ada Felix juga.

Dari kecil Dival suka menggambar. Gambarannya karakter lucu, khas seperti anak kecil. Dival kecil ingin bekerja sebagai illustrator buku cerita. Dirinya yang suka dibacakan buku dongeng sebelum tidur mengamati setiap gambarnya lekat lekat. Darah seni ayahnya mengalir dalam dirinya.

Bagaimana sebuah gambar bisa menjelaskan sesuatu yang bahkan tak bisa dinarasikan.

Bagaimana sebuah gambar bisa mengartikan suasana dan keadaan sulit sekalipun.

Bagaimana sebuah gambar bisa merepresentasikan pikiran dan keinginannya.

Dival dan kecintaannya terhadap menggambar.

Namun, Dival remaja di doktrin dengan keadaan dimana menjadi mapan adalah sebuah kewajiban, dengan menjadi PNS. Mamanya yang menjadi PNS, sedangkan ayahnya yang dikenal sebagai pengusaha dipandang kecil oleh keluarganya sendiri. Menjadi pengusaha itu resikonya besar, selain menanggung dirinya sendiri, juga bertanggung jawab terhadap anak buahnya.

Itulah yang menyebabkan kedua orang tua Dival berpisah. Keinginan Ayahnya yang tidak bisa didukung mamanya karena banyak jatuh bangun sedangkan mereka sudah memiliki Dival, akhirnya mama Dival memilih untuk mencari jalan kehidupannya sendiri, mandiri mencari pekerjaan di tempat yang mapan dengan membesarkan Dival.

Termasuk jurusannya saat ini tidak lepas dari campur tangan mamanya.

"udah masuk sekolah bisnis aja nanti. Kamu tau kehidupan pekerjaan, jadi tau teorinya dan bisa diterapin di praktek. Nanti lulus S1, abis itu coba kerja di tempat perusahaan temen mama."

"kamu gapapa mau gambar. Tapi harus punya pekerjaan tetap val. kehidupan ga semudah itu. Mama tau kamu suka gambar, jadikan itu sebagai pekerjaan sampingan kamu nanti. Tapi kamu harus tetap punya back up dan value sendiri untuk kehidupan kamu."

"terkadang ada sesuatu yang harus kita paksakan untuk bertahan Val, karena ga semua keinginan sesuai dengan realita yang ada."

Akhirnya Dival masuk ke jurusan bisnis. Namun, untuk menyalurkan hobinya menggambar dan berusaha belajar memenuhi kebutuhannya sendiri, Dival mencari website website yang menyediakan jasa freelance untuk menjadi illustrator.

Walaupun belum bisa dibilang banyak, tapi setidaknya cukup memenuhi kebutuhannya sehari – hari dan untuk menabung. Tak jarang banyak deadline yang menumpuk berbarengan dengan tugas kuliahnya. Tapi Dival berusaha seimbang untuk bisa menghidupi dirinya sendiri.

Seperti saat ini, sambil menunggu siomay digoreng, Dival membuka ipadnya dan mulai menggambar untuk buku cerita dongeng. Nanti, jasanya akan dibayar sesuai dengan banyaknya gambar yang Ia buat dan tingkat kesulitan yang dimiliki.

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang