19. Perihal Pergi

341 49 14
                                    

Dival baru saja pulang dari kantornya. Besok adalah hari minggu, saatnya Dival mengambil libur sejenak dari rutinitasnya. Mulai memasuki fase lelah, dan deadline yang sekarang saling berkejaran antara kuliah dan pekerjaannya. Termasuk, jatah pacaran.

Namun Haikal dan Dival berusaha saling mengerti masing – masing. Kesibukan dan rutinitas mereka menuntut mereka belajar memprioritaskan kehidupannya. Tapi komunikasi keduanya tetap berjalan lancar, sebisa mungkin memberikan kabar satu sama lain. Tak lupa, mengingatkan hal – hal kecil.

Hari ini Dival bersama Mas Fathan menghadiri undangan acara di UKM Kewirausahaan di sebuah Universitas Negri. Rencana Mas Fathan membawa Dival untuk membranding perusahaan mereka agar lebih banyak lagi mahasiswa yang tertarik untuk mengambil part time di perusahaan mereka membuahkan hasil.

Pada saat sesi tanya jawab, para mahasiswa yang rata – rata mahasiswa tingkat I terlihat antusias menanyakan banyak hal tentang Eclaire—perusahaan penerbitan cerita tempat Mas Fathan dan Dival bekerja. Pun setelah selesai acara, banyak yang menghampiri mereka untuk melihat secara langsung hasil terbitan Eclaire dengan ilustrasi Dival di dalamnya.

Jadi hari ini dilalui Dival dengan lelah tapi juga antusias. Ini juga merupakan pengalaman pertamanya bericara di depan mahasiswa lain sebagai salah satu pekerja kantor. Hari ini akan banyak cerita yang akan Ia ceritakan pada Haikal sepulangnya nanti.

Dival pulang diantar Mas Fathan. Banyak yang bisa Dival pelajari dari Mas Fathan. Umurnya yang masih muda, namun sudah dipercayai menempati posisi manager. Memang dengan kemampuannya, Mas Fathan sangat mumpuni.

Ditambah dengan kepribadian Mas Fathan yang sangat mudah akrab dengan banyak orang. Kemampuan berbicaranya dalam menggaet orang sudah tidak diragukan lagi.

"lo tuh udah punya cowo, ya, Val?"

Dival mengangguk, lalu menghadap ke Mas Fathan. "iyaa, mas."

"yang katanya vokalis band itu?"

"iyaa. tau darimana, mas?"

"anak – anak tuh pada bilang. Siapa siapa aja yang punya gebetan, yang punya pacar. Cerita semua tuh kemarin pas di Bspace." Bspace adalah tempat biasa mereka nongkrong selesai kantor. Jaraknya tak jauh dari kantor, jadi banyak anak – anak kantor yang bila memang suntuk di kantor bisa mengerjakan pekerjaannya atau tugas kuliahnya disana.

"oiyaa? Termasuk lo juga?"

Mas Fathan tertawa kecil, "lo percaya ga, Val? gue ga pernah beneran punya pacar? Jadi gue ga punya mantan?"

"percaya, sih."

Mas Fathan menatap Dival sedikit terkejut. "hah? serius? Lo percaya?"

"ya kenapa ga percaya sih? mungkin emang lo seneng punya banyak temen, entah cewe entah cowo. Tapi emang belom ada yang klik aja gitu?"

"gue pernah, nemu yang menurut gue cocok. Tapi keluarganya yang ga cocok. Alesannya, karena gue ga punya apa apa."

"maksutnya?"

"dulu. Gue deket sama dia dari jaman SMA. Gue masuk bisnis juga karena dia masuk bisnis juga. Dulu kita pernah punya mimpi bareng mau bikin bisnis baju. Dia yang nanti design kaosnya. Dia pinter gambar, Val. Pengennya dia masuk teknik arsitektur, tapi ga boleh. Disuruh masuk bisnis, karena dia sedih, jadi gue ikut nemenin dia gitu.."

"ahahahah demi?? Gue ga tau lo sebucin itu, mas?"

"dulu gue juga ga punya bayangan mau ambil jurusan apa. Karena ada dia, gue jadi termotivasi. Terlebih gue laki – laki yang nantinya akan menghidupi dia, pikir gue gitu. Eh tapi ga diterima di keluarganya."

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang