17. Jangan lagi

273 44 11
                                    

"laah beneran Felix mah yang dateng???"

"ya buat apa sih, Val, mama ngeprank kamu. Mama bisa bedain kali mana Haikal, mana Felix."

Dival terduduk lesu. Bukan apa – apa sebenarnya, tapi kan semalam dirinya dan Haikal baru saja baikan. Dival tau kalau Haikal tidak suka dirinya pergi bersama Felix. Terus kalo gini gimana dong?

"saran mama mending kamu bilang Haikal. daripada Haikal udah keburu kesini? Lagian, kan Felix anter sampe kamu ketemu Haikal, kan? abis itu kamu sama Haikal lagi. Mama yakin gapapa. Kamu juga bisa jelasin ke Felix, kalo sekarang kamu punya pacar."

Lama memikirkan saran mamanya, akhirnya Dival menghubungi Haikal.

"halo?"

"..."

"halo? Kal?"

"hmm...siapa?"

"hah?" Dival menjauhkan handphonennya, melihat ke kontak yang Ia hubungi, benar kontak Haikal kok. Lah ini kenapa malah nanya siapa. Curiga nih, belom bangun.

"haikal..."

"siap—OH PACAR ASTAGA. Maap yang, hehe baru bangun. Belom melek matanya."

"lahh? Baru bangun??"

"hehe...ini mau langsung mandi!! Kenapaa?"

"hmm...Kal, gue ke rumah lo dianter Felix, gimana?"

"kenapa? Si Felix nyamperin pagi pagi?"

"iya...."

"oh..."

"...gimana?"

"ya gapapa."

"HAH? BENERAN?"

"anternya ke rumah gue kan? gak langsung balik kampus?"

"engga kok. Ke rumah lo."

"yaudah. Biar ketemu sekalian."

"hah mau apa?"

"ya gapapa ketemu, biar tau dival udah punya pacar?"

"oh...."

"yaudah ati ati."

"okay. tapi lo beneran ga marah?"

"enggaa sayang."

"okay."

"oh, harus pake sayang dulu ya biar percaya omongan gue gitu?"

"apaan sehhh."

"oke sayang."

"mandi!!!"

"iyaa sayang."

Dival langsung menutup teleponnya. kemudian dirinya mengambil perlengkapan yang akan dibawanya kembali ke kosan. Lalu menemui Felix yang sudah menunggunya.

"oy val!"

"lo kok pagi pagi amat, ngapain Lix?"

"tadinya mau ngajakin lo sarapan di bubur ayam deket sekolahan. Tapi kata tante Andini katanya lo mau balik pagi ini?"

"iyaa. Gue ada kelas soalnya hari ini."

"yaudah, gue anter. Ke tempat Haikal?" Raut wajah dan nada Felix benar – benar seperti Felix biasanya. Tidak ada raut kecewa, sedih, ataupun murung ketika berbicara dengan Dival.

Karena merasa sudah mendapat izin Haikal, dan rasa – rasanya kasian juga Felix mau makan bubur tapi malah mengantar Dival ke rumah Haikal. Akhirnya Dival bersedia ikut Felix.

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang