-ML27-

50 21 37
                                    

Happy Reading!
_________________

"Perhatian itu tak selalu ditunjukkan secara langsung. Secara langsung itu hanya diberikan dari orang yang ramah. Sementara orang dingin sering kali tanpa sengaja memberi perhatian tanpa disadari. "

-||-

Citra Pov-

Hari sudah berganti, adzan sudah mulai terdengar dari arah mesjid yang tak jauh dari rumah. Aku segera bangun dari kantukku yang masih terasa. Sembari mengucek-ngucek mata, saat rasanya cahaya sudah memasuki area penglihatanku, aku segera bangkit dari atas tempat tidur berniat untuk mencuci muka dikamar mandi sekaligus mengambil wudhu.

Dengan jalan sedikit tertatih, aku berjalan kearah kamar mandi, saat hendak membuka handle pintu aku terkejut melihat suamiku berdiri didepan pintu kamar mandi dengan wajah serta rambut basahnya akibat air wudhu, bahkan air wudhu yang berada diarea wajahnya menetres didepan mataku.

Masya Allah. Batinku bergumam.

Betapa beruntungnya aku mendapatkan suami seperti dia, meski saat ini masih belum ada cinta diantara kami. Aku tetap bersyukur kepada allah karena telah berbaik hati menjodohkan ku dengan seorang lelaki yang baik secara agama.

"Cit! Kok malah melamun, wudhu sana. Kita shalat berjamaah bersama." Ucapnya membuyarkan lamunanku. Aku terkesiap dengan tampangku yang tak terkondisikan. Lalu segera masuk kekamar mandi dan mengambil wudhuku.

Saat pertama kali aku keluar dari kamar mandi setelah selesai mengambil wudhu, hal yang pertama kali masuk memenuhi netraku adalah suamiku. Ya! Aku bertambah kagum secara nurani akan rupa tampannya itu, ditambah lagi yang saat ini dia memakai baju koko menambah ketampanannya.

"Ngapain berdiri disitu? Cepat kesini. Waktu subuh semakin singkat Cit." Ah lagi-lagi ia mengagetkanku. Aku malu sudah bertindak konyol dihadapannya. Dengan anggukan cepat aku langsung mengenakan mukenaku lalu membentang sajadah dibelakangnya.

Dia memimpin shalat kami saat ini sebagai imam, rasa senang itu tentu saja ada didalam hatiku. Bagaimana tidak? Selama ini aku shalat selalu sendirian dikamarku. Aku jarang sekali shalat bersama keluargaku, hanya sesekali mungkin.

Kami menunaikan shalat dengan khusuk, hingga tiba dipenghujung shalat.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh."

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh." Ucapku dan dia bersamaan saat menoleh kekanan dan kekiri mengucapkan salam di akhir shalat kami.

Kali ini ia memimpin untuk berdoa, cukup lama kami berdoa karena doa yang ia lafalkan cukup panjang. Aku hanya bisa meng-aamiinkan semua doa-doa yang terucap dari bibirnya.

Kuraih tangannya, kemudian menciumnya. Ia pun membalas dengan mencium keningku.

Ahhh kaliann para readerss gak boleh baper yaa! Makanya nikah sana_-

Setelahnya ku lepas mukena yang masih terbalut ditubuhku, ia masih diam duduk di atas sajadah dengan mata yang tak beralih menatapku sama sekali. Entah mengapa dia selalu menatapku seperti itu.

"Saya bisa minta satu hal sama kamu?" Tanyanya atas kediamannya tadi.

Kukerutkan kening tu seolah bertanya 'apa itu?'

MY LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang