Radit menghampiri Citra yang lemas terduduk di kursinya, dengan posisi duduk diatas meja."Lo yakin ga makan dek?" Citra menggeleng, "lo punya maag lho dek, nanti kambuh maag lo." Ucap Radit sedikit khawatir. Pasalnya Citra ini mempunyai masalah pada lambungnya, jika ia telat makan sedikit saja perutnya langsung sakit. Bahkan ia pernah sampai pingsan di lorong kantor akibat kerja lembur lupa makan.
"Engga papa Mas, gue emang udah gak napsu makan."
"Serius?" Tanya Radit sekali lagi menatap intens perempuan dihadapannya.
"Iya Mas."
"CITRA!"
Panggil Chika yang baru saja tiba dengan nafas tersengal-sengal.
"Apa sih Chik? Hobi banget perasaan lo teriak-teriakin nama gue." Citra memutar bola matanya.
Radit terkekeh.
"Liat gue bawa apa? Pasti lu ngiler ntar." Chika mengangkat kantung yang berada ditangannya memperlihatkannya ke Citra.
"Apaan tuh?"
"Pizza." Ucapnya tersenyum lebar.
"Dapet ngambil dari mana lo?"
Pletak!
Chika menjitak kening Citra, "lo kalo ngomong difilter dulu kali Cit." Ucap Chika sebal.
"Hahaha iya sorry."
"Kalian yaa ribut mulu, dapet dari mana Chik?" Timpal Radit juga kepo.
"Dikasih gratis sama anaknya pak Irawan."
"Hahh! Anaknya pak Irawan? Yang mana Chik? Ngada-ngada lo." Citra semakin tak mengerti.
"Kan udah gue bilang sama lo, hari ini bos kita udah beralih ke anaknya bukan bapaknya lagi, pak Irawan gak bakalan kerja lagi Ncit."
"Ncit. Ncit pala lu. Nama gue Citra maemunah.
"Gini, lo ingat yang tadi lo tabrak pas dikantin? Kenapa gue gak ikut belain lo marah-marah? Karena yang lo tabrak tadi itu namanya pak Arvi dia itu anaknya Pak Irawan, terus dia itu yang ngasih ni Pizza buat lo dia nitip ke gue, katanya buat perminta maafan dia ke lo tadi Ncit." Jelas Chika. Radit menoleh melihat keduanya bergantian.
Citra membulatkan bola matanya. Apa-apaan si Chika, temannya itu benar-benar tak tahu malu, "kenapa lo ambil Chika?" Citra menyatukan kedua giginya menatap Chika geram, yang dipandangi hanya senyum-senyum tidak jelas.
"Kasih balik! Gue ga mau ya di sogok sama makan gitu sama dia. Balikkan Chik! Cepetan!"
"Lo yakin ga mau Cit? Aelahh buat gue aja deh kalo lo ga mau, jangan dibalikkanlah Cit. Ga boleh nolak rezeki, pamali." Chika mengelus-ngelus kantung pizza yang masih dipegangnya karena merasa tak rela jika ia tak jadi memakan pizza itu hari ini.
"Iya Cit emang lo gak mau gitu? Enak lho. Tumben lho gak mau, kalau gitu buat gue sama Chika aja deh." Tangan Radit melayang merampas kotak pizza itu dan ingin membukanya, tetapi belum terbuka kotak itu Citra suda lebih dulu mencubit seribu maut ketangan Radit.
"Awhh sakit Cit, lo mah tega, dah ahh makan nihhh, bareng gak ngiler lo?"
"Hooh, ayola Cit gue juga pengen, kapan lagi coba dapet gratisan." Ucap Chika menimpali.
Citra berkacak pinggang melihat keduanya, ia tak ingat lagi bahwa kini perutnya kelaparan minta diisi, kekesalannya kian bertambah, "gue bilang engga, ya engga. Sini!"
Brak!
Dengan kasar Citra mengambil kantung berisi pizza itu dari tangan Chika, Chika menelan ludah kasar menahan seleranya kecewa. Sudahlah! Jika sudah berada ditangan Citra, pizza itu takkan bisa masuk kedalam tenggorokannya. Ia yakin itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LIFE
RandomCover by pinterest @haixyar _______________________________________ 🌿 "Chik tungguin gue," Bruk!! "akh sakit pantat gu___" aduh Radit, ia memegang dan mengelus pantatnya yang kesakitan akibat terpeleset kulit pisang yang dibuang Chika barusan. Ten...