-ML34-

65 16 38
                                    

Happy Reading!
_________________

"Hidup itu bukan masalah di alami, tapi di resapi semua alurnya, dan dijadikan pelajaran dan pandangan di masa yang akan datang."
_________

"Ini letak dimana eyang?"

"Letak di pojokkan aja nduk, hati-hati yo ojo sampek tugel kembang e eyang." (Hati ya jangan sampai copot bunganya eyang.) Ucap eyang dengan nada medoknya. Eyang memang sudah lama tinggal di Bogor, tapi eyang tidak bisa berbahasa sunda angel katanya. Malah eyang lebih mahir bahasa Jawa. Karena eyang aslinya emang Jawa kedua orang tua eyang asli orang Solo.

"Iya eyang, gak bakalan copot kok bunganya." Citra meletakkan pot bunga itu dipojokan rumah eyang yang terdapat pilar dekat pohon rimbun.

"Eyang ini pohonnya gak ditebang aja? Ngeri Radit liatnya." Radit bergidik ngeri saat bokongnya pertama kali mendarat di bawah bangku berbahan bambu yang terletak dibawah pohon rimbun disamping rumah eyang.

"oalah yo ojo, lek ditebang omah e eyang anget dadi ne." (Ya jangan, kalau ditebang rumahnya eyang panas jadinya.) Ujar eyang tanpa melirik Radit, tangannya masih sibuk memperbaiki tanamannya. Memotong dan mencabut tumbuhan liar yang akan mengancam tanaman kesayangannya.

"Tapi ngeri lho eyang. Kalau misalnya ada mbak kunti bertengger diatas cekikikan haha hihi diatas gimana?" Ucap Radit Frontal. Chika secara spontan melempar biji nangka ke arah Radit.

"Lo ngomong yang baik mas! Jangan nakut-nakutin gue!" Chika menatap Radit garang, yang ditatap malah terkekeh.

"Jarene sopo enek demit? Wong eyang ae selama ini gak pernah liat kok. Jangan ngada-ngada kamu Radit. Eyang sumpel cangkemmu sama kotoran ayam ini mau?" (Katanya siapa ada hantu? Orang eyang aja selama ini gak pernah liat kok. Jangan ngada-ngada kamu radit. Eyang sumbat mulutmu sama kotoran ayam mau?)

Radit melongo lebar, mulutnya menganga secara langsung saat eyang berucap ingin memasukkan kotoran ayam kemulutnya. Ya ampun! Setega itukah eyang kepadanya?

Chika tertawa kencang melihat ekspresi Radit.

"Masukkan aja sekarang eyang! Chika ikhlas kok. Biar mas Radit tau rasanya gimana. Cobain deh mas pasti rasanya ahh mantap." Ujar Chika mengacungkan jempolnya

"Yeeee itu mah maunya elo! Lo aja yang makan tuh." Radit berdecak kesal melirik kotoran ayam yang digunakan sebagai pupuk oleh eyang.

"Udah deh mas dari pada lo duduk aja disitu mending bantuin kita nanam ini deh." Sahut Citra yang diam sedari tadi. Tangannya sibuk menggempurkan tanah hitam didalam pot. Tanah yang baru saja dia masukkan.

Radit berkacak pinggang, "males deh, gue bantu doa aja deh sambil duduk liatin kalian ya hahaha." Ujarnya tertawa kencang meledek.

"Jangan ketawa berlebihan nduk nanti keselek ludah mu sendiri."

"Eyang kok jorok banget sih."

"Bukannya jorok emang gitu." Eyang melirik sekilas lalu kembali menanam anak pohon jagung didalam tanah tanpa pot.

"Wes, nduk wes kelar kabeh iki. Sekarang cuci tangan kalian ya, kita makan dulu udah sore." Eyang berdiri tegak pergi untuk mencuci tangannya pada keran air yang sudah tersedia di halaman rumahnya.

MY LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang